Mengenal Baju Bodo, Busana Adat Tradisional Bugis-Makassar

Penggunaan warnanya berbeda menurut usia dan faktor sosial

Makassar, IDN Times - Busana adat merupakan salah satu wujud kebudayaan masyarakat tradisional. Di Sulawesi Selatan, terdapat salah satu baju adat yang khas yakni baju bodo.

Baju bodo merupakan pakaian adat yang digunakan wanita pada masyarakat suku Bugis, Makassar, dan Mandar. Masyarakat Bugis mengenalnya dengan nama waju ponco. Umumnya digunakan pada acara-acara adat, misalnya pernikahan.

Dinamakan baju bodo karena bentuknya persegi panjang dengan berlengan pendek. Pakaian ini dipadukan dengan sarung sebagai penutup badan bagian bawah.

Baca Juga: Ragam Baju Adat Khas Sulawesi Selatan, Baju Bodo hingga Seppa Tallung

1. Sejarah singkat

Mengenal Baju Bodo, Busana Adat Tradisional Bugis-MakassarBaju bodo khas Sulawesi Selatan di masa lalu. (Koleksi Tropen Museum -KITLV)

Baju bodo digadang-gadang sebagai salah satu baju tertua di dunia. Menurut sejumlah sumber, baju ini konon sudah dipakai oleh masyarakat Sulawesi Selatan sejak pertengahan abad IX. Saat itu baju bodo berbahan kain muslin, yakni lembaran kain tenunan dari pilinan kapas yang dijalin dengan benang katun.

Baju ini dikaitkan dengan catatan Marco Polo yang diterbitkan tahun 1928. Dalam buku The Travel of Marco Polo, disinggung soal pembuatan kain muslin yang dibuat di Mosul, Irak, dan dijual oleh pedagang yang disebut Musolini. Kain itu juga diperdagangkan di Kota Dhaka, Bangladesh. Kain muslin punya kerapatan benang yang renggang dan berongga. Sehingga kain itu cocok dipakai pada daerah tropis.

Dulu masih banyak wanita menggunakan baju Bodo tanpa penutup dada. Masuknya Islam kemudian membuat mempengaruhi perkembangan baju bodo. Muncul modifikasi berupa baju la'bu dengan lengan yang panjang dan menutupi aurat.

Perlahan, baju bodo yang semula tipis berubah menjadi lebih tebal dan terkesan kaku. Bahan pembuatannya juga menggunakan bahan lain seperti sutra, bukan lagi kain muslin.

2. Bentuk baju bodo

Mengenal Baju Bodo, Busana Adat Tradisional Bugis-Makassarilustrasi suku Bugis (indephedia.com)

Baju bodo terbuat dari sehelai bahan berbentuk persegi panjang yang dilipat dua pada bagian bahu. Baju ini seperti baju kurung tanpa jahitan, dengan bagian bawah terbuka. Pada bagian atas berlubang tanpa kerah untuk kepala.

Pada ujung atas kiri dan kanan juga berlubang untuk tempat keluar-masuk tangan. Baju bodo tidak memiliki kancing atau perekat lainnya. Umumnya baju bodo dikenakan dengan hiasan kepala dan sarung atau lipa'.

3. Penggunaan warna

Mengenal Baju Bodo, Busana Adat Tradisional Bugis-Makassarinstagram//manodelia

Penggunaan baju bodo dibedakan menurut usia. Anak perempuan di bawah 10 tahun menggunakan warna kuning gading, menggambarkan dunia anak kecil yang riang. Untuk umur 10 hingga 14 tahun menggunakan warna jingga atau merah muda. Dalam bahasa Bugis, warna merah muda disebut Bakko, yang menjadi representasi dari kata Bakka, yang berarti setengah matang.

Wanita berusia 14 hingga 17 tahun umumnya juga masih menggunakan warna merah muda atau jingga. Namun kainnya sudah berlapis bersusun dua. Biasanya juga dipakai oleh mereka yang sudah menikah tapi belum mempunyai anak.

Untuk perempuan berusia 17 hingga 25 tahun, mereka memakai baju bodo berwarna merah tua, berlapis, dan bersusun. Umumnya juga dipakai oleh perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak. Sedangkan umur 25 hingga 40 tahun memakai warna yang lebih gelap, yakni hitam.

Selain itu, penggunaan warna pada baju bodo juga biasanya dibedakan menurut faktor sosial. Misalnya warna putih digunakan oleh para inang atau bissu. Meski, untuk saat ini pengantin juga kerap menggunakan warna putih.

Para bangsawan dan keturunannya menggunakan warna hijau. Konon, itu jadi simbol bahwa mereka menjunjung tinggi harkat kebangsawanannya. Tapi warna ini juga sering digunakan oleh pengantin.

Berikutnya, pemakaian warna ungu umumnya adalah untuk para janda. 

Baca Juga: 5 Model Baju Bodo Modern, Anggun bak Putri Bangsawan Bugis-Makassar

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya