11 Fakta Unik Labi-labi, Penyu Air Tawar Bercangkang Lunak

Labi-labi atau juga disebut penyu cangkang lunak adalah keluarga penyu air tawar terbesar di dunia. Familinya disebut Trionychidae, yang berarti "bercakar tiga," sesuai dengan penampilannya.
Diketahui terdapat 25 spesies labi-labi di dunia, dan seluruhnya menghuni perairan tawar. Kendati begitu, banyak spesies yang dapat beradaptasi di air payau. Anggota keluarga labi-labi terdapat di Afrika, Asia (termasuk Indonesia), dan Amerika Utara.
Keunikan dominan dari mereka yaitu memiliki cangkang yang lunak, karena karapasnya tidak memiliki sisik yang bertanduk. Mereka juga memiliki banyak karakteristik yang berkaitan dengan gaya hidup akuatiknya. Banyak yang harus berendam diri untuk menelan makanannya.
Mari mengenal lebih dekat labi-labi, penyu yang tidak seperti spesies mereka pada umumnya. Simak fakta-faktanya berikut ini.
1. Lokasi penyebaran
Tahukah kamu bahwa labi-labi juga termasuk penyu akuatik asli Indonesia? Masyarakat yang daerahnya menjadi habitat labi-labi sering berburu penyu ini untuk dikonsumsi. Di Amerika Utara, labi-labi juga dapat ditemukan tepatnya di timur Pegunungan Rocky, pun di Afrika sub-Sahara dan di sepanjang Sungai Nil hingga Mesir.
Mereka juga berada di Pakistan timur, di seluruh India dan Asia selatan, dan di sepanjang pantai Tiongkok hingga Rusia tenggara. Bahkan sebarannya mencakup seluruh wilayah kepulauan Indo-Australia hingga pantai selatan Irian Jaya, dan mereka tidak dapat ditemukan di Australia.
2. Berhabitat di air tawar
Penyu yang sangat akuatik ini dapat hidup dan ditemukan di semua jenis air tawar. Namun sebagian besar spesies lebih menyukai saluran air yang bersih dan beroksigen baik, dengan dasar air yang terdapat pasir lembut atau lumpur.
Dilansir Encyclopedia.Com, mereka umumnya menghuni sungai besar, sungai kecil, danau, dan kolam, tetapi mereka juga dapat hidup di rawa-rawa, kolam sementara, dan saluran drainase. Beberapa spesies bisa bertahan hidup di air payau, namun hanya labi-labi raksasa Asia (Pelochelys cantorii) yang secara tetap menghuni perairan pantai.
3. Tidak memiliki cangkang keras
Berbeda dengan spesies penyu pada umumnya --terutama penyu pantai, keluarga labi-labi tidak memiliki cangkang keras yang disebut karapas. Meskipun tetap memilikinya, namun cangkang labi-labi lebih mirip kulit dan tidak bertekstur keras atau bertulang.
Sebab, karapas yang terdapat pada sebagian besar penyu memiliki duri atau tonjolan di atasnya, yang dapat digunakan untuk membedakan spesiesnya. Sedangkan labi-labi adalah satu-satunya penyu bercangkang lunak yang tidak memiliki duri dan benjolan pada karapasnya.
Karena itu, cangkang penyu ini sangat ringan dan fleksibel, sehingga memungkinkan mereka bergerak dengan mudah di perairan terbuka atau dasar danau yang berlumpur. Hal ini juga membuat mereka bergerak lebih cepat ketika di darat dibandingkan kebanyakan penyu.
4. Memiliki struktur tubuh yang unik
Penyu air tawar ini memiliki leher yang panjang dan dapat memanjang, kepala yang ramping, dan moncong hidung yang lancip. Hal ini memungkinkan mereka bernapas di permukaan air meskipun tubuhnya terkubur di dalam lumpur.
Sebagian besar spesies hampir memiliki warna yang seragam, dan memungkinkan mereka menyatu dengan substrat. Namun, beberapa spesies yang hidup di India dan Asia Tenggara memiliki pola unik pada cangkang lunaknya, bisa berupa garis-garis lebar, bintik-bintik, atau desain yang estetik.
5. Memiliki selaput kaki yang kuat
Kaki labi-labi dilengkapi dengan tiga cakar, karena itu diberi nama keluarga "Trionychidae," yang artinya bercakar tiga. Jari-jari kakinya--di masing-masing kaki depan--juga dilengkapi selaput yang kuat, yang memungkinkan mereka bergerak di air dengan sangat cepat.
6. Melakukan hibernasi dengan cara mengubur diri
Dilansir Dictionary Biology, labi-labi (penyu cangkang lunak) berhibernasi selama musim dingin, mengubur dirinya di pasir dan lumpur di dasar sungai, danau, atau kolam. Labi-labi tidak butuh makan selama hibernasi, mereka hanya membutuhkan oksigen, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Mereka telah beradaptasi terhadap hibernasi dengan memanfaatkan sesuatu yang disebut pernapasan faring.
7. Mampu menyerap oksigen melalui kulit
Melanjutkan ulasan di atas, labi-labi dapat menyerap oksigen melalui kulit dan lapisan tenggorokannya, atau faring. Nah, dari situlah istilah pernapasan faring berasal. Melalui kulitnya, labi-labi dapat menyerap 70 persen oksigen yang mereka butuhkan. Sedangkan 30 persen sisanya diserap oleh hewan yang memompa air masuk dan keluar dari faring.
8. Sebagian besar spesies labi-labi adalah karnivora
Sebagai hewan reptil dengan diet karnivora, labi-labi memakan invertebrata, katak, dan ikan, meskipun beberapa spesies ada yang memakan tumbuhan. Secara aktif akan mereka mencari, menunggu, hingga menyergap mangsanya dengan cepat. Sebagian besar spesies labi-labi bersifat oportunistik, segala bentuk binatang baik hidup atau pun mati tetap dimakan olehnya.
9. Sistem reproduksi
Musim kawin labi-labi umumnya terjadi pada musim semi. Beberapa spesies telah menyimpan spermanya selama bertahun-tahun. Telurnya berbentuk bola, dan mereka meletakkannya di tepian sungai atau danau berpasir.
Beberapa spesies hanya menghasilkan 3 telur dan pada spesies lain dapat menghasilkan 100 telur. Kebanyakan spesies yang telah diteliti menunjukkan penentuan jenis kelamin secara genetik, hanya saja kromosom seks heteromofiknya tidak ada.
10. Dijadikan makanan lezat
Di beberapa wilayah Asia Timur, labi-labi telah banyak diburu untuk dikonsumsi sebagai makanan yang lezat. Masakan China memadukan daging labi-labi dengan ayam. Ada satu spesies yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia, terutama di China. Spesies ini juga yang telah mengisi tempat masakan Jepang.
11. Populasinya terancam karena terus dieksploitasi tanpa henti
Berdasarkan data Encyclopedia, labi-labi yang hidup di Tiongkok, Asia Tenggara, dan India banyak dieksploitasi untuk dijadikan makanan dan obat-obatan. Sedangkan, kebanyakan labi-labi bergantung pada tingginya kadar oksigen terlarut dalam lingkungan perairannya. Karena itu, mereka sangat rentan terhadap dampak perusakan dan degradasi habitat.
Mereka terutama sangat sensitif terhadap rotenone, yakni bahan kimia yang sengaja ditambahkan ke sungai untuk membunuh ikan. Konsumsi manusia telah berdampak besar terhadap populasi labi-labi di Asia. Meskipun labi-labi telah dilindungi secara hukum oleh negara setempat, namun tindakan eksploitasi terus berlanjut. Bahkan beberapa spesies terus diperdagangkan demi memenuhi permintaan pasar.
Setelah mengenal lebih jauh tentang labi-labi, kita mungkin cukup terkesan dengan cangkangnya yang lunak--tidak seperti kebanyakan penyu pada umumnya. Pun dengan kemampuannya untuk tetap terendam di bawah air atau lumpur dalam waktu lama. Labi-labi menunjukkan banyak konsep biologis yang menakjubkan, ini membuat mereka beradaptasi dengan baik dalam kehidupan akuatik.