Datu Museng dan Maipa Deapati, Kisah Cinta Tragis di Tanah Makassar

Makassar, IDN Times -
Datu Museng akkana siagang sakrak tatak: "Iyaji bawang mange ri Makkah siagang Madina, tok? Iyaji bawang angngarungi tamparang siagang jeknek bombang, angnginroi parang tattarak akparang kassi? Teaki bata-batai, manna mange ri tamparang pepeka kulampai tikring anggappai mutiara tallasakku."
Dengan suara pasti Datu Museng berkata: "Hanya ke Mekkah dan Madinah, saja? Cuma mengarungi laut berombakkan air, menjelajah sahara berpadangkan pasir? Tak usah khawatir, ke laut api sekalipun aku akan pergi, demi mendapatkan mutiara hidupku."
Demikian potongan cerita rakyat kisah cinta Datu Museng dan Maipa Deapati. Tradisi bertutur sastra lisan atau sinriliq secara turun temurun turut andil mengabadikan kisah asmara tragis ini ke dalam benak rakyat Makassar.
Lalu seperti apa folklor legendaris ini? Apakah segala kisah cinta tersebut benar-benar terjadi? Berikut saduran singkatnya berdasarkan buku Sastra Sinrilik Makassar yang ditulis oleh Paturungi Parawansa.
1. Kisah berawal dari pelarian Datu Museng dan sang kakek, dua bangsawan Gowa-Tallo, ke Pulau Sumbawa
Seratus tahun lewat pascakejatuhan Gowa-Tallo ke tangan VOC, Datu Museng kecil bersama sang kakek yakni Addengareng menyeberangi lautan luas menuju Pulau Sumbawa. Mencari suaka politik, mereka kabur dari ancaman menjadi korban politik adu domba yang dilancarkan Kompeni di lingkar dalam istana.
Singkat cerita, Datu Museng menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Sumbawa. Di masa-masa eksilnya, ia berkenalan dan jatuh hati kepada Maipa Deapati. Keduanya disebut menjadi anak murid dalam sebuah pengajian yang sama. Sayang, sang perempuan pujaan sudah ditunangkan dengan pewaris tahta Selaparang bernama Pangeran Mangalasa.
Rasa gundah gulana membuat Datu Museng mencurahkan isi hati pada sang kakek. Addengareng merasa terkejut, ia menganggap status bangsawan eksil membuatnya tak pantas meminang Maipa Deapati. Tak ingin membuat kecil hati, Addengareng menyarankan sang cucu memperdalam ilmu ke Mekkah. Alih-alih terpisah jarak, hubungan batin antara Datu Museng dan Maipa Depati justru kian erat. Cinta semakin bersemi.
Ilmu telah dikantongi, Datu Museng kembali ke Sumbawa. Namun ia terkejut saat mendapati Maipa Deapati terbaring lemah akibat sakit. Menggunakan pengetahuan yang dipelajari, ia berhasil menyembuhkan kekasihnya. Merasa berterima kasih, Sultan Sumbawa merestui hubungan keduanya. Pangeran Mangalasa yang merasa terhina meminta bantuan Kompeni untuk membunuh Datu Museng. Namun, upaya tersebut gagal lantaran kesaktian yang dimiliki oleh si bangsawan Gowa.