Makassar, IDN Times -
Datu Museng akkana siagang sakrak tatak: "Iyaji bawang mange ri Makkah siagang Madina, tok? Iyaji bawang angngarungi tamparang siagang jeknek bombang, angnginroi parang tattarak akparang kassi? Teaki bata-batai, manna mange ri tamparang pepeka kulampai tikring anggappai mutiara tallasakku."
Dengan suara pasti Datu Museng berkata: "Hanya ke Mekkah dan Madinah, saja? Cuma mengarungi laut berombakkan air, menjelajah sahara berpadangkan pasir? Tak usah khawatir, ke laut api sekalipun aku akan pergi, demi mendapatkan mutiara hidupku."
Demikian potongan cerita rakyat kisah cinta Datu Museng dan Maipa Deapati. Tradisi bertutur sastra lisan atau sinriliq secara turun temurun turut andil mengabadikan kisah asmara tragis ini ke dalam benak rakyat Makassar.
Lalu seperti apa folklor legendaris ini? Apakah segala kisah cinta tersebut benar-benar terjadi? Berikut saduran singkatnya berdasarkan buku Sastra Sinrilik Makassar yang ditulis oleh Paturungi Parawansa.