Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
1001199922.jpg
Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular, dr Sugisman, memaparkan perkembangan bedah jantung terkini dalam Media Tour 2025 Health Talk RS Premier Bintaro di Hyatt Place Makassar, Sabtu (27/9/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Makassar, IDN Times - Penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan mencatat sekitar 1,5 juta orang di Indonesia menderita penyakit jantung koroner. 

Setiap tahun, lebih dari 300 ribu kasus baru dilaporkan, dengan angka kematian mencapai 45 persen. Angka ini menandakan bahwa ancaman penyakit jantung masih sangat serius dan memerlukan strategi pencegahan sejak dini.

Hal ini dipaparkan oleh dr Sugisman, Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular dalam kegiatan Media Tour 2025 Health Talk yang digelar RS Premier Bintaro di Hyatt Place Makassar, Sabtu (27/9/2025). Dia memaparkan bahwa penyakit jantung saat ini tidak hanya menyerang usia tua tapi juga usia muda.

"Zaman sekarang, orang kena penyakit jantung bukan hanya yang sudah tua, yang masih muda pun sudah ada yang kena penyakit jantung. Saya bahkan pernah melakukan operasi jantung ke pasien usia 25 tahun," kata dr Sugisman.

1. Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mulai meningkat

Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular, dr Sugisman, memaparkan perkembangan bedah jantung terkini dalam Media Tour 2025 Health Talk RS Premier Bintaro di Hyatt Place Makassar, Sabtu (27/9/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Menurut dr Sugisman, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan sebenarnya mulai terlihat meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam tren olahraga yang semakin marak.

Aktivitas fisik bukan hanya terbatas pada olahraga konvensional seperti jogging atau senam, tetapi juga meluas ke berbagai pilihan baru. Misalnya permainan padel yang kini mudah ditemui di berbagai kota. 

"Tren sekarang ini, orang-orang itu kan makin konsen dengan kesehatannya. Apa buktinya? Orang makin banyak olahraga. Lihat tuh, lapangan padel ada di mana-mana. Jadi, artinya, masyarakat sekarang itu makin menyadari akan pentingnya kesehatan," katanya.

2. Medical check up rutin perlu untuk deteksi dini penyakit jantung

Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular, dr Sugisman, memaparkan perkembangan bedah jantung terkini dalam Media Tour 2025 Health Talk RS Premier Bintaro di Hyatt Place Makassar, Sabtu (27/9/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Namun, menurut dr Sugisman, gaya hidup sehat saja tidak cukup untuk menekan risiko penyakit jantung. Deteksi dini melalui pemeriksaan kesehatan secara berkala tetap menjadi hal yang esensial. 

"Nah, mitigasinya sebenarnya adalah kita harus menyempatkan waktu dalam periode tertentu 6 bulan atau sekali setahun untuk melakukan medical check up. Karena dari sanalah skrining awal itu kita bisa peroleh penyakit-penyakit yang potensial yang bisa hinggap di badan kita," katanya.

Medical check up yang dimaksud mencakup pemeriksaan darah, urine, rontgen, rekam jantung, hingga USG jantung. Melalui rangkaian tes tersebut, kondisi tubuh dapat dipantau secara menyeluruh. Bila ditemukan faktor risiko, maka penanganan lebih lanjut dapat diberikan sebelum berkembang menjadi penyakit serius.

"Contohnya dari medical check up itu kita bisa tahu hipertensi atau tidak, diabetes atau tidak, ada kolestrol tinggi atau tidak, asam uratnya tinggi atau tidak. Semuanya bisa kita ketahui," katanya.

3. Empat faktor risiko yang perberat penyakit jantung

Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular, dr Sugisman, memaparkan perkembangan bedah jantung terkini dalam Media Tour 2025 Health Talk RS Premier Bintaro di Hyatt Place Makassar, Sabtu (27/9/2025). (IDN Times/Asrhawi Muin)

Dr Sugisman menekankan bahwa empat faktor tersebut yakni hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, dan asam urat merupakan komponen penting yang dapat memperberat risiko penyakit jantung. Faktor-faktor tersebut juga berhubungan erat dengan munculnya penyakit lain seperti stroke dan gagal ginjal. 

Pengetahuan sejak dini memberi pasien peluang lebih besar untuk memahami kondisi tubuhnya. Dari situ, pengendalian dapat ditempuh lewat pengobatan maupun perubahan gaya hidup.

"Kalau dari pemeriksaan medical check up itu bisa kita ketahui, maka tentu kita bisa mengontrol apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah agar penyakit itu tidak semakin berat," katanya.

Editorial Team