ilustrasi orang bermain gawai (pexels.com/Pixabay)
Merasa gak bermain media sosial itu adalah cara untuk mengatasi rasa bosan? Itulah kenapa di era digital, orang jarang merasakan kebosanan, karena kita bisa mengeksplor apa pun di layar. Kenapa kebosanan bisa muncul? Dilansir laman Greatmind, ada dua sumber yang memicu kebosanan. Pertama, karena kegiatan yang kamu lakukan kurang stimulus. Misalnya, kamu mengotak-atik pekerjaan yang sama selama tiga jam. Kedua, karena tujuan kegiatan yang dilakukan mulai kabur. Misalnya, saat kamu diminta untuk ikut pelatihan kantor yang bukan keinginanmu sendiri.
Tahu gak bahwa ternyata bosan merupakan sebuah emosi. Layaknya alarm, kebosanan justru mengingatkan kamu bahwa kamu kekurangan stimulus atau kamu sedang melakukan hal yang gak ingin kamu kerjakan. Fakta menariknya, para peneliti menyatakan bahwa bermain media sosial memberikan sedikit sekali reward untuk menyebutkan rasa bosan. Bahkan, bermain media sosial berpotensi bisa mengurangi kemampuan kamu merasa bosan.
Gak masalah sebenarnya menjadikan media sosial sebagai alat pengusir rasa bosan, tetapi jangan dijadikan satu-satunya cara. Kalau kamu sedang bosan karena mengerjakan pekerjaan yang sama selama berjam-jam, terima rasa bosanmu. Gak apa-apa kok buat merasa bosan. Alih-alih langsung bermain media sosial, nikmati kebosananmu. Kamu bisa hanya diam untuk beberapa waktu atau beristirahat.
Memang sulit kalau sudah biasa terdistraksi oleh media sosial. Rasanya menyenangkan ketika kita bisa scrolling. Namun, ini termasuk dopamin instan yang dapat membuat kita terus-menerus ingin melakukan hal itu sampai lupa waktu. Kalau gak berlebihan, gak masalah kok, tapi kalau sudah sampai sering mengganggu fokusmu, bukankah perlu segera kamu atasi?