Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak merasa sedih (pexels.com/RDNE Stock project)

Anak-anak, seperti halnya orang dewasa, punya emosi yang kompleks—tapi belum selalu tahu cara mengelolanya. Saat mereka marah atau sedih, reaksi mereka sering kali spontan dan belum terkontrol. Di sinilah peran orang tua sangat penting: bukan untuk memadamkan emosi, tapi untuk membimbing mereka mengenali, menerima, dan mengekspresikannya secara sehat.

Mengajarkan anak mengelola emosi bukan tugas satu malam. Dibutuhkan kesabaran, konsistensi, dan tentu saja, contoh nyata dari orang dewasa di sekitarnya. Berikut empat cara praktis yang bisa kamu lakukan untuk membantu anak lebih memahami dan mengatur emosinya dengan lebih baik.

1. Ajak anak mengenali dan menyebutkan emosinya

ilustrasi mengajak anak mengenali emosinya (pexels.com/Julia M Cameron)

Langkah pertama dalam mengelola emosi adalah mengenali apa yang sedang dirasakan. Anak-anak sering bingung membedakan antara marah, kecewa, atau sedih karena semua terasa campur aduk. Tanpa bantuan orang dewasa, mereka bisa merasa kewalahan dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi.

Gunakan kalimat sederhana untuk membantu anak mengidentifikasi perasaannya, seperti “kamu kelihatan marah, ya?” atau “kamu sedih karena mainannya rusak?” Dengan begitu, anak belajar bahwa setiap emosi itu valid dan layak dibicarakan. Semakin sering mereka bisa menyebutkan perasaannya, semakin mudah bagi mereka untuk mengendalikannya.

2. Beri ruang untuk menenangkan diri, bukan langsung ditekan

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Saat anak marah atau sedih, banyak orang tua langsung menyuruh diam atau berkata “jangan cengeng.” Meskipun niatnya baik, reaksi ini bisa membuat anak merasa emosinya tidak dihargai. Akibatnya, anak justru belajar menekan perasaannya, bukan mengelolanya.

Alih-alih memaksa anak tenang, berikan ruang untuk mereka menenangkan diri terlebih dahulu. Bisa di sudut tenang, pelukan, atau sekadar duduk di samping tanpa banyak bicara. Setelah emosi mereda, ajak anak bicara untuk menggali apa yang mereka rasakan dan butuhkan. Pendekatan ini jauh lebih efektif dalam membantu anak belajar menghadapi emosinya dengan sehat.

3. Bantu anak mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat

ilustrasi anak mengekspresikan emosi dengan menulis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Wajar jika anak marah atau kecewa, tapi bukan berarti mereka bebas memukul, melempar, atau berteriak sembarangan. Penting untuk mengajarkan bahwa emosi itu boleh, tapi cara mengekspresikannya harus tetap aman dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Bantu anak menemukan cara yang sehat untuk meluapkan perasaan, seperti menggambar, menulis, memeluk boneka kesayangan, atau mengatakan dengan kata-kata, “aku kesal karena…”. Saat anak terbiasa mengekspresikan emosi dengan cara yang aman, mereka pun akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa secara emosional dan lebih mudah diajak bekerja sama.

4. Jadilah contoh cara mengelola emosi yang baik

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Timur Weber)

Anak belajar paling efektif dengan meniru perilaku orang di sekitarnya. Jika kamu mudah tersulut emosi, membentak saat stres, atau menyalahkan orang lain, anak akan menyerap pola itu sebagai sesuatu yang normal. Sebaliknya, ketika kamu bisa menunjukkan pengelolaan emosi yang tenang, anak akan menirunya secara alami.

Tidak masalah jika kamu juga sedang marah atau sedih—justru penting untuk menunjukkan bahwa perasaan itu normal. Tapi tunjukkan pula bagaimana kamu menghadapinya, misalnya dengan berkata, “ibu sedang kesal, jadi butuh waktu sebentar supaya bisa tenang.” Dengan cara ini, anak belajar bahwa emosi bukan untuk ditakuti, melainkan untuk dipahami dan dikelola.
Mengajarkan anak mengelola emosi adalah bekal penting untuk masa depan mereka. Dengan pendekatan yang penuh empati, ruang untuk berekspresi, dan teladan dari orang tua, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih sadar diri, tangguh, dan mampu menghadapi tantangan emosional dengan cara yang sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team