Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengatur keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi mengatur keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Hidup di era serba cepat saat ini membuat anak muda, khusunya Gen Z dituntut lebih adaptif. Bukan hanya dalam hal karier, tapi juga dalam mengelola keuangan. Gaya hidup modern yang serba instan, munculnya tren konsumsi baru, hingga tekanan sosial media sering kali membuat generasi muda kesulitan menjaga stabilitas finansial.

Perlu disadari, kebutuhan hidup di masa depan semakin kompleks. Mulai dari biaya rumah, kesehatan, hingga rencana pensiun yang tak bisa diabaikan. Karena itu, penting bagi Gen Z untuk melakukan antisipasi finansial sejak dini.

Berikut enam langkah cerdas yang bisa diterapkan agar kondisi keuangan tetap sehat meski hidup di era yang serba cepat. Keep scrolling, guys!

1. Membuat anggaran bulanan yang realistis

ilustrasi mengatur keuangan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Banyak Gen Z tergoda untuk mengikuti gaya hidup kekinian, entah nongkrong di kafe, beli gadget terbaru, atau ikutan tren fashion. Tanpa disadari, pengeluaran membengkak jauh dari pendapatan.

Antisipasi pertama yang harus dilakukan adalah membuat anggaran bulanan yang realistis. Catat semua pemasukan, kemudian bagi dalam pos kebutuhan utama (seperti makan, transportasi, sewa), tabungan, investasi, dan hiburan. Jangan lupa sisihkan dana darurat meskipun kecil.

Dengan adanya anggaran, kamu bisa membedakan mana pengeluaran penting dan mana yang sekadar keinginan. Langkah sederhana ini akan melatih disiplin sekaligus mencegah kebocoran finansial.

2. Menghindari utang konsumtif

ilustrasi belanja online dengan pembayaran kredit (pexels.com/Leeloo Thefirst)

Kemudahan layanan pinjaman online atau paylater sering kali membuat Gen Z tergoda berutang untuk kebutuhan konsumtif. Misalnya, membeli barang branded atau liburan ke luar negeri tanpa perencanaan.

Padahal, utang konsumtif hanya memberi kepuasan sesaat tetapi membebani masa depan. Bunga dan cicilan bisa menggerogoti keuangan bulanan, bahkan menjerat pada masalah yang lebih serius.

Jika memang perlu berhutang, pastikan untuk tujuan produktif, misalnya modal usaha atau pendidikan. Ingat, utang seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan nilai diri, bukan sekadar memuaskan gaya hidup.

3. Membangun dana darurat sejak dini

ilustrasi menabung (pexels.com/maitree rimthong)

Banyak yang menyepelekan dana darurat, padahal ini adalah pondasi finansial yang sangat penting. Kondisi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau kebutuhan keluarga mendesak bisa datang kapan saja.

Idealnya, dana darurat minimal tiga hingga enam kali pengeluaran bulanan. Untuk yang baru mulai, gak masalah jika nilainya kecil, yang penting konsisten menabung. Simpan dana ini di rekening terpisah agar tidak tercampur dengan uang sehari-hari.

Dengan dana darurat, kamu bisa menghadapi situasi tak terduga tanpa panik atau harus mencari pinjaman mendadak.

4. Belajar berinvestasi dengan bijak

ilustrasi trading (pexels.com/Hanna Pad)

Di era digital, investasi semakin mudah diakses. Mulai dari saham, reksa dana, hingga aset kripto bisa dilakukan hanya lewat aplikasi smartphone. Namun, kemudahan ini sering membuat anak muda terburu-buru tanpa memahami risiko.

Antisipasi yang bijak adalah memulai investasi dengan instrumen yang sesuai profil risiko. Jika masih pemula, reksa dana pasar uang atau deposito bisa jadi pilihan. Setelah lebih paham, barulah mencoba instrumen dengan risiko lebih tinggi.

Ingat, tujuan investasi adalah pertumbuhan kekayaan jangka panjang, bukan sekadar ikut-ikutan tren atau FOMO.

5. Melindungi diri dengan asuransi

ilustrasi periksa kesehatan (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Anak muda, khusunya Gen Z sering merasa masih sehat dan kuat, sehingga menunda membeli asuransi. Padahal, risiko sakit atau kecelakaan bisa menimpa siapa saja tanpa pandang usia.

Asuransi kesehatan adalah bentuk antisipasi finansial yang wajib dipertimbangkan. Dengan premi yang terjangkau, kamu bisa melindungi diri dari biaya medis yang kian mahal. Selain kesehatan, pertimbangkan juga asuransi jiwa jika kamu sudah memiliki tanggungan keluarga.

Asuransi bukan sekadar pengeluaran, melainkan proteksi yang bisa menyelamatkan tabunganmu dari kerugian besar.

6. Mengasah literasi finansial secara konsisten

ilustrasi konsultasi (pexels.com/SHVETS production)

Di era informasi yang serba cepat, literasi finansial jadi kunci utama. Kamu harus aktif mencari pengetahuan tentang cara mengatur keuangan, strategi investasi, hingga tren ekonomi terbaru. Ini bisa dimulai dengan membaca buku, mengikuti seminar online, atau mendengarkan podcast finansial.

Dengan literasi yang baik, kamu bisa lebih kritis terhadap tawaran investasi bodong, lebih bijak dalam mengelola uang, dan lebih siap menghadapi perubahan ekonomi global. Mengasah literasi finansial bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tapi juga untuk membangun kebiasaan sehat yang bisa menular ke orang terdekat.

Era serba cepat memang membawa banyak tantangan, tapi juga peluang besar bagi anak muda untuk membangun masa depan finansial yang stabil. Sebagai Gen Z yang cerdas, kamu wajib mengantisipasi kondisi finansial sedini mungkin. Mulailah dari langkah kecil hari ini, karena kebiasaan yang konsisten akan memberi dampak besar di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team