TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dampak Limbah Makanan pada Ketahanan Pangan dan Iklim, Dipahami Yuk!

Kamu masih sering menyisakan atau membuang-buang makanan?

Ilustrasi sisa makanan termasuk sampah organik (pexels.com/Rachel Claire)

Limbah makanan adalah masalah global yang memengaruhi ketahanan pangan dan kelaparan dalam banyak hal. Menurut Program Pangan Dunia, sepertiga dari semua makanan yang diproduksi setiap tahun terbuang atau rusak sebelum dapat dikonsumsi. Sehingga tidak aneh jika mayoritas sampah di Indonesia juga terdiri dari limbah makanan.

Ini adalah jumlah makanan yang sangat signifikan yang dapat digunakan untuk memberi makan jutaan orang yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi di seluruh dunia.  Artikel ini akan membahas efek limbah makanan terhadap ketahanan pangan dan kelaparan.

1. Sumber daya dan tenaga yang terbuang

ilustrasi sayur-mayur (pexels.com/Engin Akyurt)

Makanan yang kamu konsumsi setiap hari memerlukan sumber daya yang banyak. Beberapa di antaranya termasuk energi listrik, tanah, air, dan tenaga kerja untuk dalam proses memproduksi, menyimpan, memanen, mengangkut, mengemas, dan menjual. Saat kamu membuang makanan, kamu menyia-nyiakan sumber daya berharga yang seharusnya dapat digunakan untuk memberi makan orang yang kelaparan. Misalnya, dibutuhkan 1.800 galon air untuk menghasilkan satu pon daging sapi.

Saat makanan terbuang, kamu juga ikut membuang air yang digunakan untuk memproduksinya. Ini adalah masalah yang signifikan di daerah-daerah di mana instalasi air masih langka. Sehingga banyak orang harus berjuang untuk mengakses air minum yang bersih.

2. Ketersediaan pangan berkurang

ilustrasi ladang pertanian (pexels.com/Tom FIsk)

Limbah makanan juga dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan makanan. Misalnya, pangan hilang atau terbuang pada tahap produksi, penyimpanan, atau pengangkutan. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan dan naiknya harga pangan.

Ini dapat mempersulit orang yang sudah berjuang untuk membeli makanan untuk yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Selain itu, sisa makanan juga dapat menyebabkan kelangkaan pangan di daerah-daerah yang pernah dilanda kelangkaan pangan sebelumnya. Terutama daerah yang terkena dampak konflik, bencana alam, atau krisis lainnya.

Baca Juga: Sejarah Coto Makassar, dari Dapur Istana ke Warung Tepi Jalan

3. Peningkatan emisi gas rumah kaca

ilustrasi gas rumah kaca (pexels.com/Pixabay)

Limbah makanan juga memiliki dampak terhadap lingkungan. Ketika makanan terbuang sia-sia, makanan ini membusuk dan mengeluarkan gas rumah kaca seperti metana. Faktanya, jika limbah makanan adalah sebuah negara, mereka akan menjadi penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan China.

Ini adalah masalah yang signifikan karena gas rumah kaca berkontribusi terhadap perubahan iklim, yang dapat berdampak signifikan terhadap ketahanan pangan dan kelaparan. Misalnya, perubahan iklim dapat menyebabkan kekeringan, banjir, dan kejadian cuaca ekstrim lainnya yang dapat merusak tanaman dan mengurangi produksi pangan.
Mengurangi limbah makanan sangat penting untuk mengatasi ketahanan pangan dan kelaparan.

Baca Juga: 5 Tanaman Liar Ini Bisa Dijadikan Obat Tradisional, Jangan Dicabut!

Verified Writer

Yohan

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya