TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah EIC Inggris dan Gowa: Hubungan Harmonis yang "Dirusak" VOC

Kongsi dagang Inggris itu pernah punya pabrik di Makassar

Lukisan kapal dagang Thomas Grenville milik East India Company pada 1894 yang dilukis oleh William John Huggins. (Wikimedia Commons)

Makassar, IDN Times - East Indies Company (EIC) milik Kerajaan Inggris memang tak punya banyak porsi dalam buku sejarah Indonesia. Mereka bahkan bisa dibilang kalah saing dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang benar-benar menancapkan kukunya tak cuma di sektor ekonomi, tapi juga politik banyak kerajaan di Nusantara.

Namun, bukan berarti EIC lantas tak punya kisah yang tak bisa diceritakan. Mereka pun pernah menjalin relasi dengan Gowa-Tallo pada abad ke-17. Ini dijabarkan secara dalam buku The East India Company 1600-1858 Volume I : England's Quest of Eastern Trade (Taylor & Francis, 2022).

Kisah awal pertemuan Gowa dan para pelaut-pedagang EIC dimulai di dekade awal 1600-an. Saat itu, mereka membawa pulang banyak rempah-rempah sepulang dari ekspedisi pertama di Pulau Jawa. Informasi yang mereka peroleh, pala dan cengkah tersebut berasal dari Kepulauan Maluku.

1. EIC langsung menjalin relasi dengan Gowa-Tallo tak lama setelah terbentuk

Pemandangan Istana Balla Lompoa yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Gowa antara tahun 1883 hingga 1889, dalam lukisan litograf karya Josias Cornelis Rappard. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Singkat cerita, koridor pelayaran London - Banda langsung tercipta juga di dekade pembuka abad ke-17. Kapal-kapal berbendera Saint George's Cross saat itu mulai mondar-mandir di Semenanjung Malaka dan Nusantara. Pesaing terberat EIC saat itu, VOC alias perkumpulan saudagar Belanda, mulai merasa terancam.

Kapal-kapal EIC sendiri sempat hanya singgah di pesisir Makassar untuk membeli tambahan rempah dan muatan kapal. Tapi, lambat laun, hubungan ekonomi dan jual-beli komoditas dengan Gowa-Tallo ternyata berimbas positif. Kontak pun dijalin dengan petinggi kesultanan kembar yang baru menerima Islam pada 1605 tersebut.

Dan pada Juli 1613, EIC resmi membuka pabrik di pesisir Makassar. Hal ini terang saja tak disambut gembira oleh VOC yang berusaha menerapkan monopoli. Menurut Edward L. Polinggomang dalam buku Makassar Abad XIX (KPG, 206), prinsip perdagangan bebas yang dianut EIC sejalan dengan visi Sultan Malikussaid, penguasa Gowa saat itu.

2. Sebuah pabrik didirikan oleh EIC di Makassar pada Juli 1613

Gambar pabrik milik East India Company (L), kongsi dagang Inggris, di Makassar pada 1638, menurut peta tahun 1670. (Wikimedia Commons)

Periode hubungan dagang Gowa dan EIC kian terasa pada dekade 1620-an. Pabrik-pabrik yang sudah mereka dirikan lebih dulu di Pesisir Coromandel di India akhirnya mendapat lokasi pemasaran tambahan. Pesisir Makassar sebagai zona perdagangan semakin semarak berkat meningkatkan volume perdagangan cengkeh.

Menurut Sanjay Subrahmanyam dalam The Political Economy of Commerce: Southern India 1500-1650 (Cambridge University Press, 2002), Ambon dan Ternate memang sudah dikuasai VOC pada 1605 dan 1607. Tapi, cengkeh di pasar Makassar saat itu berasal dari kebun-kebun di Ternate dan Tidore yang masih dikuasai Spanyol.

"Antara 1622 hingga 1643, ketika VOC secara efektif memadamkan semua sumber 'cengkeh selundupan', perdagangan terus berkembang pesat. Kebijakan Inggris adalah menggunakan pabrik-pabrik Coromandel mereka untuk memasok Batavia (hingga 1628), dan Banten (setelah itu) dengan tekstil, yang kemudian dibawa ke Makassar," tulis Sanjay.

Baca Juga: [FOTO] Melihat Suasana Kawasan Pecinan Makassar 100 Tahun Lalu

Berita Terkini Lainnya