Sarat Kebaikan, Begini Falsafah Hidup Orang Bone yang Bisa Kamu Contoh
Jadi warisan turun temurun dari leluhur untuk anak cucu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Bagi penduduk Bone, sejak kecil mereka telah mengenal tuntunan bersikap agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kearifan lokal ini disebut sebagai Pangngadereng.
Konsep hidup berdasarkan nilai-nilai Pangngadereng ini diwariskan secara turun temurun. Alhasil orang Bone dikenal sangat menjunjung tinggi rentetan kebajikan hidup ini di manapun dan kapanpun.
Berikut ini IDN Times coba merangkum poin-poin yang melandasi aktivitas sehari-hari orang Bone dan suku Bugis, berdasarkan buku "Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan" (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980) dan "Sejarah Kebudayaan Sulawesi" (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995).
1. Menjunjung sikap sosial dan empati
Orang Bone menganggap manusia yang baik tak cuma memikirkan diri sendiri. Kepedulian harus ditunjukkan kepada keluarga, kerabat atau teman yang butuh bantuan. Sifat sosial pemurah ini disebut sebagai "sicarinnayyang waramparang angkana sitinajae."
Empati jadi hal yang paling dijunjung. Ada perasaan senasib sependeritaan muncul ketika orang-orang terdekat ditimpa masalah. Lewat "sianrasa-rasang na siamase masei", mereka diajak merasakan derita orang lain dan berusaha lepas dari hal tersebut bersama-sama.
Nah, tidak cuma saat masa duka sekalipun. Orang Bone diajari ikut merasakan kebahagiaan atas pencapaian orang dekat. Pendeknya, suka-duka dijalani bersama. Ini dikenal sebagao "sipakario-rio."
Baca Juga: Riwayat Bola Soba', Saksi Bisu Perjuangan Rakyat Bone Melawan Penjajah
Baca Juga: HUT Bone: Sejarah Panjang yang Membentang selama 7 Abad