TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Nokeso, Tradisi Melepas Masa Remaja di Sulawesi Tengah

Ketika sang anak dianggap telah layak berada di fase dewasa

ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Makassar, IDN Times - Upacara adat kedewasaan di beberapa kebudayaan Nusantara. Salah satunya di Sulawesi Tengah. Tradisi melepas masa kanak-kanak milik masyarakat adat Salena suku Kaili Unde tersebut dinamakan Nokeso dan Naloso

Anak remaja yang sudah menginjak usia 12 tahun wajib melewati tradisi ini. Sepanjang prosesi, mereka disebut sebagai Toniasa. Namanya berasal dari akronim tiga kata bahasa daerah setempat --Tona nipaka asa-- yang berarti seseorang yang buat tenang alias didewasakan.

Sebulan sebelum menjalani Nokeso dan Naloso, para Toniasa dikurung dalam sebuah tempat atau ruangan yang disebut Song'i. Mereka dilarang keluar dari tempat tersebut, apalagi menjejak tanah.

Baca Juga: Malabot Tumpe, Tradisi Panen Telur Maleo Milik Masyarakat Banggai

1. Sebelum menjalani prosesi Nokeso, sang anak lebih dulu dididik dalam disiplin adat

ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Selama "dikurung," Toniasa menjalani pendidikan disiplin menurut adat. Contohnya ketika hendak makan, minum, bangun tidur atau buang air, para Toniasa harus lebih dulu menabuh tambur atau meniup seruling bambu.

Dulu, bangunan/ruangan yang digunakan sebagai Song'i berupa bangunan bertangga bambu. Dinding-dinding ditutup menggunakan kain kulit kayu khusus yang sebut mbesa.

Tepat pada malam sebelum upacara puncak digelar, kuku-kuku tangan dan kaki para Toniasa diberi warna melalui pacar kuku oleh ayah si remaja (disebut Langgai Ntoniasa). Di saat bersamaan, lagu tradisional didendangkan oleh para orang tua yang hadir sembari diiringi alat musik atau tabuhan.

2. Usai jalani upacara, sang anak diarak di halaman rumah adat

ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Setelah prosesi yang lumayan panjang, akhirnya tiba juga hari di mana sang remaja putra atau purti yang telah berdiam dalam Song'i  untuk memasuki gerbang kedewasaan.

Tepat saat matahari sudah terbit, Toniasa digendong ke sungai untuk dimandikan lalu mengenakan pakaian adat. Nokeso sendiri adalah upacara menggosok atau pemotongan gigi menggunakan batu khusus. Nokeso dipimpin langsung oleh kepala adat dan berlangsung di balai pertemuan adat.

Usai menjalani Nokeso, si Toniasa menuju halaman balai adat (biasa disebut sebagai bantaya). Mereka harus berjalan di bawah kain yang diusung sembari mengelilingi bantaya dan sesembahan. Nah, prosesi itu disebut Neloso.

Baca Juga: Fenomena Hidrometeorologi, Banjir dan Puting Beliung Melanda Sulsel

Berita Terkini Lainnya