Mengenal Nokeso, Tradisi Melepas Masa Remaja di Sulawesi Tengah
Ketika sang anak dianggap telah layak berada di fase dewasa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Upacara adat kedewasaan di beberapa kebudayaan Nusantara. Salah satunya di Sulawesi Tengah. Tradisi melepas masa kanak-kanak milik masyarakat adat Salena suku Kaili Unde tersebut dinamakan Nokeso dan Naloso
Anak remaja yang sudah menginjak usia 12 tahun wajib melewati tradisi ini. Sepanjang prosesi, mereka disebut sebagai Toniasa. Namanya berasal dari akronim tiga kata bahasa daerah setempat --Tona nipaka asa-- yang berarti seseorang yang buat tenang alias didewasakan.
Sebulan sebelum menjalani Nokeso dan Naloso, para Toniasa dikurung dalam sebuah tempat atau ruangan yang disebut Song'i. Mereka dilarang keluar dari tempat tersebut, apalagi menjejak tanah.
Baca Juga: Malabot Tumpe, Tradisi Panen Telur Maleo Milik Masyarakat Banggai
1. Sebelum menjalani prosesi Nokeso, sang anak lebih dulu dididik dalam disiplin adat
Selama "dikurung," Toniasa menjalani pendidikan disiplin menurut adat. Contohnya ketika hendak makan, minum, bangun tidur atau buang air, para Toniasa harus lebih dulu menabuh tambur atau meniup seruling bambu.
Dulu, bangunan/ruangan yang digunakan sebagai Song'i berupa bangunan bertangga bambu. Dinding-dinding ditutup menggunakan kain kulit kayu khusus yang sebut mbesa.
Tepat pada malam sebelum upacara puncak digelar, kuku-kuku tangan dan kaki para Toniasa diberi warna melalui pacar kuku oleh ayah si remaja (disebut Langgai Ntoniasa). Di saat bersamaan, lagu tradisional didendangkan oleh para orang tua yang hadir sembari diiringi alat musik atau tabuhan.
Baca Juga: Fenomena Hidrometeorologi, Banjir dan Puting Beliung Melanda Sulsel