TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Haeruddin Tasning, Tokoh di Balik Nama Jalan Hertasning Makassar

Dia putra dari Tasning Daeng Muntu dan Bonto Daeng Kunjung

Potret Letnan Jenderal Haeruddin "Her" Tasning dan papan nama Jalan Letjen Hertasning di Kota Makassar. (Kolase Berbagai Sumber)

Makassar, IDN Times - Jalan Letjen Hertasning punya reputasi sebagai kawasan pusat bisnis dan perumahan elite di Kota Makassar. Tak cuma itu, beragam kafe dan restoran bertebaran sepanjang dua sisi jalan sepanjang 2,7 kilometer tersebut.

Jalan Hertasning Makassar bertindak sebagai penghubung dua wilayah berbeda. Tepatnya Kelurahan Masale (Kecamatan Panakkukang) dan Kelurahan Kassi-Kassi (Kecamatan Rappocini). Ruas jalan tersebut juga jadi salah satu akses keluar-masuk antara Kota Makassar dan Kabupaten Gowa.

Namun, "Hertasning" sejatinya adalah sebuah singkatan dari nama seorang tokoh pejuang Indonesia asal Sulawesi Selatan (Sulsel). Ia adalah Haeruddin "Her" Tasning Daeng Koro.

1. Haeruddin "Her" Tasning menghabiskan masa sekolah di Kota Makassar

Pemandangan gedung sekolah MULO, salah satu bangunan bersejarah di Makassar, pada tahun 1924. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Dalam buku Tokoh di Balik Nama-Nama Jalan Kota Makassar (Indonesian Culture Watch, 2008) yang disusun Ahyar Anwar dan Aslan Abidin, Haeruddin Tasning (dipanggil HerTasning sejak kecil) lahir di daerah Parangtambung pada 19 Desember 1922. Ia adalah putra kedua pasangan H. Tasning Daeng Muntu dan Hj. Bonto Daeng Kunjung.

Masa sekolahnya dihabiskan di Kota Makassar. Mulai dari pendidikan dasar Europesche Lager School (ELS), Shakel School yang setara pendidikan menengah pertama, kemudian MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang kini setara SMA. Saat menimba ilmu di Mulo, HerTasning disebut menumpang di rumah H. Badong, seorang pedagang kayu yang tinggal di Jalan Latimojong. Ini dilakukan lantaran kedua orang tuanya pindah ke Kampung Taeng, sebuah wilayah pinggiran Sungguminasa.

Tamat MULO pada 1942, HerTasning hijrah ke Bogor sebagai mahasiswa Landbouw School di Buitenzorg, cikal-bakal Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia berniat memajukan sektor pertanian di Parangtambung. Tapi, cita-citanya itu terhalang oleh masuknya bala tentara Jepang ke Hindia-Belanda.

Baca Juga: Mengenal Arief Rate, Tokoh yang Diabadikan Jadi Nama Jalan di Makassar

2. Ikut bergerilya bersama Jenderal Sudirman di hutan belantara Jawa Tengah

Jenderal Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TNI oleh Presiden RI Soekarno (Website/opac.perpusnas.go.id)

Meski tak ada catatan rinci perihal aktivitas HerTasning saat masa pendudukan Jepang. Yang jelas, dia jadi salah satu dari banyak pemuda yang menyingkir ke hutan untuk bergerilya saat NICA-Belanda kembali setelah Indonesia merdeka. Dalam belantara tanah Jawa, ia bertemu dengan sesama pejuang asal Sulawesi seperti Andi Achmad Rifai Manggabarani, Kahar Muzakkar dan Andi Mattalatta. Mereka bergabung dan bertempur bersama pasukan pimpinan Jenderal Sudirman di Jawa Tengah.

Saat berjuang di Jogjakarta, HerTasning berkenalan dengan seorang perempuan yang bertugas merawat para pejuang di garis depan. Namanya R.A. Madahera. Cukup lama menjalin asmara, mereka memutuskan membina rumah tangga pada tahun 1948.

Pernikahan mereka dikaruniai empat anak yakni Bambang Irawan Hertasning Daeng Irate, Diah Herawati Hertasning Daeng Kebo, Burhanuddin Trianto Daeng Parumpa dan Ahmad Rayendra Hertasning Daeng Rewa.

Baca Juga: Meluruskan Salah Kaprah Nama Jalan Bau Mangga di Makassar

Berita Terkini Lainnya