Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi savings (vecteezy.com/Orapan Yenchum)

Punya tabungan puluhan juta rupiah di rekening memang bikin hati lebih tenang. Rasanya seperti punya “jaring pengaman” kalau-kalau ada kejadian darurat. Tapi, gimana kalau di saat yang sama kamu juga masih punya cicilan kartu kredit, pinjaman pribadi, atau utang konsumtif lainnya? Banyak orang merasa aman karena punya simpanan, padahal kondisi finansial mereka sebenarnya belum benar-benar stabil.

Menurut pakar finansial Dave Ramsey, simpanan besar bukan jaminan aman kalau kamu masih punya utang. Bahkan, dia menyebut kondisi itu sebagai “ilusi keamanan”. Kamu mungkin merasa punya kontrol atas keuanganmu, tapi realitanya kamu masih bergantung pada uang orang lain yang belum kamu lunasi.

Dikutip dari Go Banking Rates, berikut ini lima alasan kenapa simpanan gak cukup untuk bikin kamu benar-benar aman kalau utangmu belum lunas.

1. Simpanan bikin kamu terjebak dalam ilusi aman

ilustrasi saving (pexels.com/cottonbro studio)

Saat kamu punya tabungan tapi tetap membiarkan utang berjalan, sebenarnya kamu sedang merasa aman palsu. Menurut Dave Ramsey, itu hanyalah illusion of security. Karena meskipun kamu punya simpanan, bunga dari utangmu terus berjalan dan bisa bikin nilai kekayaanmu menurun.

Kamu mungkin mikir, “Kan aku masih punya cadangan uang.” Tapi coba pikir ulang: bukankah lebih masuk akal kalau kamu bebas utang dulu, lalu bangun kembali dana darurat dengan rasa tenang dan gak terbebani?

2. Utang tetap jadi ancaman finansial

ilustrasi menganalisis utang (pexels.com/Mikhail Nilov)

Simpanannya mungkin gak bergerak, tapi utangnya terus makan bunga. Artinya, setiap bulan kamu kehilangan potensi uang karena bunga pinjaman. Belum lagi kalau ada keterlambatan bayar, denda bisa makin menumpuk. Ini bikin kamu lebih rentan terhadap krisis keuangan, apalagi kalau ada kebutuhan mendesak.

Ramsey juga menekankan bahwa selama kamu berutang, keamanan finansialmu ada di tangan orang lain. Kapan pun kreditur bisa datang menagih, bahkan melakukan tindakan hukum.

3. Prioritas finansialmu bisa salah arah

ilustrasi dana darurat (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Kamu mungkin bangga karena berhasil menabung banyak, tapi jadi lupa bahwa utangmu tetap berjalan. Dalam banyak kasus, orang jadi terlalu fokus memperbesar simpanan tanpa sadar mereka sedang “membiarkan” kebocoran di sisi lain. Ini bisa menghambat progres keuangan jangka panjang. Dave Ramsey menyarankan urutan yang jelas: punya dana darurat kecil dulu, lalu fokus lunasi semua utang sebelum menumpuk tabungan besar.

4. Bebas utang itu bentuk keamanan sejati

ilustrasi utang (pexels.com/Monstera Production)

Kalau kamu benar-benar pengin merasa aman, kebebasan dari utang justru jawabannya. Setelah utang lunas, kamu bisa bangun kembali simpanan tanpa beban. Gaji utuh bisa kamu alokasikan sesuai rencana, dan kamu gak perlu khawatir dengan tagihan tiap bulan.

Dave Ramsey menyebut kondisi bebas utang sebagai bentuk “financial peace” yang sesungguhnya. Ini bukan cuma soal punya uang, tapi soal kontrol penuh atas semua penghasilanmu tanpa ada potongan dari cicilan.

5. Risiko kehilangan aset tetap mengintai

ilustrasi pria sedih (pexels.com/Alex Green)

Meskipun kamu punya simpanan, kreditur tetap punya hak untuk menagih bahkan menyita aset kalau kamu gagal bayar. Artinya, uang tabunganmu bisa saja gak cukup untuk melindungi semuanya kalau situasi memburuk.

Dave Ramsey bilang, rasa aman yang kamu rasakan saat punya utang dan simpanan itu semu. Sebab kamu tetap bisa kehilangan aset penting hanya karena masih terikat dengan kewajiban bayar utang.

Jadi, meskipun punya simpanan itu penting, kamu gak bisa mengabaikan utang begitu saja. Selama utang masih ada, keamanan finansialmu tetap rapuh.

Simpanan besar memang bisa memberi rasa aman sementara, tapi bukan solusi jangka panjang. Fokus utama harusnya ada pada pelunasan utang dulu, baru bangun kembali simpanan darurat dan investasi. Dengan begitu, kamu gak cuma merasa aman, tapi benar-benar berada di posisi yang aman secara finansial.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team