ilustrasi kucing liar (pexels.com/Francesco Ungaro)
Setelah tumbuh besar, kucing liar mengandalkan metode lain untuk berkomunikasi dengan sesamanya, terutama menggunakan aroma. Dilansir Library of Congress, kucing memiliki kelenjar aroma di pipi, rahang, dan dekat ekornya. Saat mereka menggesekkan bagian tubuh tersebut pada suatu benda atau hewan lain, mereka menyebarkan aroma yang hanya dapat dicium oleh kucing lain. Perilaku ini guna menandai wilayah kekuasaan mereka.
Sayangnya, manusia tidak memiliki indra penciuman yang sama dengan kucing. Sehingga bagi kucing yang tinggal bersama manusia, mereka mempelajari respons positif akibat suara meongnya.
Terdapat perbedaan mencolok dalam vokalisasi kucing liar dan kucing domestik atau peliharaan. Menurut laporan Catster, kucing liar sangat jarang mengeong, sedangkan kucing domestik cukup sering melakukannya. Hal ini karena perbedaan lingkungan tempat tinggal. Kucing liar mungkin tidak memahami bentuk komunikasi mengeong, dan beberapa di antaranya secara alami pendiam. Mengutip penelitian di Behavioural Processes melalui Inverse, kucing liar dan kucing rumahan mengeluarkan suara dengan cara berbeda, menunjukkan jika mengeong bukanlah bahasa yang diperlukan bagi kucing mandiri.
Kalian mungkin menyadari, beberapa kucing yang kita temui di jalanan tidak semuanya mengeluarkan suara. Berbeda dengan kucing peliharaan yang kita temui di rumah seseorang. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh respons positif yang bisa mereka rasakan. Perilaku ini adalah salah satu bentuk evolusi yang dipelajari sang kucing.
Jadi, selama ini ternyata saat kucing mengeong, mereka memberikan kode rahasia dan membentuk ikatan spesial dengan kita! Jadi, makin gemes ya!