ilustrasi baterai tanam di ponsel (unsplash.com/Joel Rohland)
Baterai tanam ternyata juga punya kaitan dengan strategi bisnis para produsen HP. Saat ada opsi baterai bisa dilepas dan diganti, banyak orang cenderung tetap memakai HP lamanya selama mungkin. Artinya, pengguna cukup membeli baterai baru jika dirasa yang lama sudah lemah.
Hal tersebut bisa kurang menguntungkan untuk produsen. Sebab, orang jadi tidak buru-buru beli HP baru. Semakin lama pakai HP lama, semakin sedikit pendapatan yang didapat perusahaan.
Untuk memperbaiki masalah daya baterai tanam, yang biasa masa optimalnya 2–3 tahun pemakaian, pengguna akan lakukan servis di konter HP. Tapi banyak juga yang memilih beli HP baru karena lebih praktis, sekaligus bisa menikmati fitur terbaru.
Strategi ini dikenal dengan istilah planned obsolescence, yaitu ketika sebuah produk sengaja dirancang agar tidak bertahan lama, sehingga konsumen terdorong membeli produk baru. Dirangkum laman THOMAS, Apple diduga pernah melakukan strategi ini di Prancis dengan merancang produknya agar memiliki umur pakai yang pendek.
HP dengan baterai tanam ternyata bukan sekadar tren, tapi punya banyak fungsi bermanfaat di baliknya. Karena itu, produsen sekarang lebih memilih untuk menggunakannya. Kendati demikian, pengguna sekarang jadinya tidak dapat mengganti baterai secara mandiri lagi. Kamu sendiri lebih suka baterai tanam atau tipe yang bisa dilepas, nih? Share pendapatmu di kolom komentar, ya!
Referensi:
https://www.giffgaff.com/blog/removable-vs-non-removable-batteries/
https://odishatv.in/news/technology/smartphone-manufactures-using-non-removable-batteries-here-s-why-199004
https://www.thomasnet.com/insights/designed-to-fail-planned-obsolescence-in-product-design/?msockid=2ef3fb2c2dbc6fd71d96ed272c056e3c
https://www.neway.mobi/news/how-does-non-removable-batteries-come-into-being.html
https://www.pisen.biz/blogs/blog/smartphones-non-removable-batteries-benefits
https://tc.canada.ca/en/dangerous-goods/safety-advisories/lithium-batteries-be-aware-what-you-buy