Sarat Kebaikan, Begini Falsafah Hidup Orang Bone yang Bisa Kamu Contoh

Jadi warisan turun temurun dari leluhur untuk anak cucu

Makassar, IDN Times - Bagi penduduk Bone, sejak kecil mereka telah mengenal tuntunan bersikap agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kearifan lokal ini disebut sebagai Pangngadereng.

Konsep hidup berdasarkan nilai-nilai Pangngadereng ini diwariskan secara turun temurun. Alhasil orang Bone dikenal sangat menjunjung tinggi rentetan kebajikan hidup ini di manapun dan kapanpun.

Berikut ini IDN Times coba merangkum poin-poin yang melandasi aktivitas sehari-hari orang Bone dan suku Bugis, berdasarkan buku "Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan" (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980) dan "Sejarah Kebudayaan Sulawesi" (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995).

1. Menjunjung sikap sosial dan empati

Sarat Kebaikan, Begini Falsafah Hidup Orang Bone yang Bisa Kamu ContohIlustrasi empati, saling membantu. (Unsplash.com/Toa Heftiba)

Orang Bone menganggap manusia yang baik tak cuma memikirkan diri sendiri. Kepedulian harus ditunjukkan kepada keluarga, kerabat atau teman yang butuh bantuan. Sifat sosial pemurah ini disebut sebagai "sicarinnayyang waramparang angkana sitinajae."

Empati jadi hal yang paling dijunjung. Ada perasaan senasib sependeritaan muncul ketika orang-orang terdekat ditimpa masalah. Lewat "sianrasa-rasang na siamase masei", mereka diajak merasakan derita orang lain dan berusaha lepas dari hal tersebut bersama-sama.

Nah, tidak cuma saat masa duka sekalipun. Orang Bone diajari ikut merasakan kebahagiaan atas pencapaian orang dekat. Pendeknya, suka-duka dijalani bersama. Ini dikenal sebagao "sipakario-rio."

2. Saling mengingatkan demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan

Sarat Kebaikan, Begini Falsafah Hidup Orang Bone yang Bisa Kamu ContohIlustrasi berbicara, bersosialisasi, interaksi sosial. (Unsplash.com/Cong Le)

Dalam Pangngadereng, mereka akan saling menjaga dalam hal-hal baik sepanjang waktu. Namun, orang Bone dan Bugis pada umumnya akan saling memperingatkan demi terhindar dari hal-hal buruk. Keluarga, saudara, dan teman takkan pernah merasa sendirian. Ini tercermin dalam nilai "sipakainge’ ri gau medecengnge."

Karena sering diperingatkan untuk menjauhi perbuatan tak elok, terbangun kesadaran bahwa melakukannya akan membuat pribadi dan orang di sekitar merasa malu. Ini disebut sebagai "malebbi'", dan jadi salah satu alasan mengapa sikap serta pembawaan diri perempuan-perempuan Bone dikenal lembut.

3. Pekerja keras yang menjunjung tinggi harga diri

Sarat Kebaikan, Begini Falsafah Hidup Orang Bone yang Bisa Kamu ContohIlustrasi (IDN Times/Rochmanudin)

Orang Bone sangat gigih bekerja demi tanah kelahirannya. Ini bisa diketahui melalui falsafah "ata memengnga ri Bone." Lebih jauh, nilai inilah yang membuat pemimpin Bone menganggap bahwa memimpin sejatinya adalah proses melayani orang lain.

Tak cuma saat memimpin, mereka pun siap membanting tulang dalam bekerja. Terlebih jika harus menjadi pencari nafkah bagi keluarga. Ada pesan pendek Bugis lama yang berarti :

"Jika kita lunak maka dunia akan keras, sebaliknya jika kita keras maka dunia akan lunak terhadap kita."

Meski berpribadi mengabdi dan siap bekerja, mereka tetap menjunjung tinggi harga diri. Dikenal sebagai "siri'" oleh masyarakat luas, ini adalah tekad menjaga martabat pribadi agar tidak diganggu siapapun. Di beberapa kasus, nyawa bahkan rela dikorbankan jika jalan damai yang sudah ditempuh tak membuahkan hasil.

Baca Juga: Riwayat Bola Soba', Saksi Bisu Perjuangan Rakyat Bone Melawan Penjajah

4. Menjaga relasi sosial, sampai menghargai hubungan asmara

Sarat Kebaikan, Begini Falsafah Hidup Orang Bone yang Bisa Kamu ContohIlustrasi pertemanan, interaksi sosial. (Unsplash.com/Chang Duong)

Lebih jauh, untuk relasi sosialnya, orang Bone dan Bugis secara umum menekankan tiga aspek: Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge'. Sipakatau berarti saling menghormati ke siapapun, saling memberi nasihat untuk kebenaran yakni sipakainge', lalu saling menghargai yang tertuang dalam poin sipakalebbi'.

Leluhur Bugis sendiri mendidik keturunannya agar menjauhi dendam. Ini tertuang sebagai "siaddampengeng pulanae" yang kurang lebih berarti sifat pemaaf akan selalu menghangatkan jiwa. Oleh karena itu, kekerabatan antar masyarakat Bone terjalin dengan sangat erat.

Prinsip-prinsip yang telah disebutkan tadi kemudian terbawa ke hubungan asmara. Di benak orang Bone, entah laki-laki atau perempuan, komitmen dianggap begitu berharga. 

Baca Juga: HUT Bone: Sejarah Panjang yang Membentang selama 7 Abad

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya