Mengenang Van der Wijck, Kapal Nusantara yang Dikira Fiktif

Nama kapal itu abadi dalam buku karya Hamka

Makassar, IDN Times - Apa yang terlintas di pikiranmu saat mendengar nama Van der Wijck? Dari sudut pandang budaya populer, tentu saja ada dua hal yang terngiang.

Pertama, novel roman "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) terbitan tahun 1938. Kedua, adaptasi novelnya ke layar lebar oleh sutradara Sunil Soraya yang rilis 2013 silam.

Tidak sedikit orang yang mengira Van der Wijck sebagai kapal fiktif. Padahal nyatanya tidak demikian. Kapal itu pernah beroperasi nusantara pada era Hindia-Belanda. Selama dua dekade, dia menghubungkan pulau-pulau mulai dari Sumatra hingga Sulawesi.

Baca Juga: Masih Utuh, 12 Barang yang Ditemukan dari Bangkai Kapal Titanic 1912

1. Namanya berasal dari Gubernur Jenderal ke-25 Hindia-Belanda, Carel Herman Aart van der Wijck

Mengenang Van der Wijck, Kapal Nusantara yang Dikira FiktifPotret Gubernur Jenderal Hindia-Belanda ke-25, Carel Herman Aart van der Wijck. (Wikimedia Commons)

Nama kapal itu sendiri diambil dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda ke-25, Carel Herman Aart van der Wijck (1840-1914). Dia memerintah pada 17 October 1893 sampai 3 October 1899. Saat mengawasi wilayah Oost Indische, ia juga memegang posisi penting di maskapai pelayaran Kerajaan Belanda yakni Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM).

Seperti dijabarkan dalam buku Engines of Empire: Steamshipping and State Formation in Colonial Indonesia (Verloren, 2002), Van der Wijck menyebut tugasnya sebagai penasihat di dewan KPM "telah memperdalam pengetahuan dan pemahamannya tentang fungsi yang dapat dimiliki perusahaan KPM dalam konsolidasi negara kolonial."

Dalam benaknya, pelayaran komersial adalah cara lain untuk bersaing dengan sesama kolonis dan menjadi jembatan penghubung dengan wilayah koloninya.

Enam tahun bertugas di Batavia, Van der Wijck merombak besas struktur KPM Hindia-Belanda. Infrastruktur pelabuhan lebih ditingkatkan. Pelayaran rute Singapura - Bali - Makassar dibuka. Namun kapal-kapal KPM saat itu lebih banyak dikerahkan dalam ekspedisi militer KNIL.

2. Pernah mengantar sejumlah tokoh pergerakan ke pembuangan, salah satunya Mohammad Hatta

Mengenang Van der Wijck, Kapal Nusantara yang Dikira FiktifPotret Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta pada tahun 1950, yang saat itu juga menjabat Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Sementara. (Wikimedia Commons/KITLV)

Tahun 1921, Maatschappij Feijenoord N.V. membuat sebuah kapal kargo penumpang yang bakal melayari lautan Hindia-Belanda. Menurut catatan Lloyd's Register of Shipping London, Kapal Van der Wijck memakai tenaga uap serta memiliki bobot 2.633 ton. Dengan dimensi 97,5 x 13,4 x 8,5 meter, laju kapal penumpang tersebut bisa mencapai 13,5 knot atau 25 kilometer perjam.

Dalam waktu singkat, kapal ini jadi sarana transportasi penting penghubung antar kota besar. Mulai dari Palembang, Batavia (Jakarta), Semarang, Surabaya, Buleleng dan Makassar. Koloni Belanda di Afrika dan Asia Timur juga jadi tujuan tetapnya.

Van der Wijck pula yang mengantar banyak tokoh pergerakan nasional ke pembuangannya. Di antaranya Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir saat menuju Boven Digoel, Papua.

"Setelah satu minggu dalam bui Makassar, kami dinaikkan ke kapal KPM Van der Wijck menuju Ambon. Kapalnya berukuran lebih kecil," cerita Hatta dalam buku Mengenang Sjahrir yang disusun mendiang Rosihan Anwar (Gramedia, 2010).

3. Kapal tersebut karam di Laut Jawa pada 20 Oktober 1936 dalam pelayaran menuju Batavia

Mengenang Van der Wijck, Kapal Nusantara yang Dikira FiktifFoto Kapal Van der Wijck milik KPM saat masih beroperasi di dekade 1930-an. (Dok. Istimewa/Wrecksite.eu)

Kisahnya berakhir pada Selasa 20 Oktober 1936 malam. Setelah baru saja bertolak dari Makassar lalu menyinggahi Buleleng, Kapal Van der Wijck melepas sauh dari Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya). Tujuannya adalah Tanjung Priok (Batavia). Selain memuat minyak, turut pula 300 penumpang lokal dan 30 orang Eropa.

Menurut surat kabar Australia, The Queenslander terbitan Kamis 22 Oktober 1936, Kapal Van der Wijck sekonyong-konyong miring saat sudah berada 64 kilometer barat daya Surabaya. Hanya butuh enam menit hingga seluruh badan kapal lenyap ditelan Laut Jawa.

Proses evakuasi melibatkan banyak pihak. Mulai dari para nelayan di pesisir pantai Lamongan, para pilot pesawat perang yang saat itu sedang ngaso di Rembang, serta kapal-kapal Angkatan Laut Belanda dari Tanjung Perak plus satu kapal penumpang lain. Semua langsung berangkat begitu pesan SOS diterima oleh pihak syahbandar.

Dalam tragedi tersebut, sebanyak 75 penumpang dinyatakan hilang termasuk empat orang Eropa. Sang nahkoda, Kapten Akkerman, selamat dari peristiwa nahas kendati jadi yang paling terakhir meninggalkan kapal.

4. Diangkat ke layar lebar pada tahun 2013

Mengenang Van der Wijck, Kapal Nusantara yang Dikira FiktifPoster film "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" yang rilis pada tahun 2013. (Dok. Soraya Intercine Films)

Sebagai bentuk terima kasih kepada para nelayan Lamongan, pemerintah Hindia-Belanda mendirikan sebuah monumen di Pelabuhan Brondong dan masih berdiri hingga detik ini. "Tanda peringatan kapada penoeloeng-penoeloeng waktoe tenggelamnja Kapal van der Wijck. DDO. 19-20 October 1936," demikian tulisan tugu tersebut.

Tragedi tersebut jadi inspirasi Hamka menulis salah satu novel mahsyurnya. Naskah "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" mulai ia tulis saat memimpin Pedoman Masyarakat, majalah Islam mingguan yang berbasis di Medan. Mulai terbit secara berkala pada 1938 sebagai cerita bersambung di majalah pimpinannya, roman ini diterbitkan dalam bentuk novel setahun kemudian.

Novel ini mengisahkan kisah cinta Zainuddin, pemuda keturunan Minangkabau kelahiran Makassar, dan Hayati si putri bangsawan yang terhalang adat istiadat. Berselang 75 tahun setelah terbit, Sunil Soraya dan rumah produksi Soraya Intercine Films mengadaptasinya ke layar lebar. Herjunot Ali dan Pevita Pearce didapuk sebagai pemeran utama.

Baca Juga: Sejarah Perubahan Nama Makassar ke Ujung Pandang yang Kontroversial

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya