Membedah Rumah Adat Toraja dan Mamasa yang Serupa Tapi Tak Sama

Kees Buijs mengumpulkan dokumentasi sejak akhir 1970-an

Makassar, IDN Times - Kebudayaan masyarakat Sulawesi masih menyimpan segudang misteri yang menarik perhatian banyak kalangan. Salah satunya yakni, perbedaan antara rumah adat Toraja di Mamasa, Sulawesi Barat, dengan yang ada di Sulawesi Selatan.

Kees Buijs, seorang misionaris asal Belanda yang sudah bertugas di Sulawesi Barat sejak akhir dekade 1970-an, meneliti soal itu. Kees berkesempatan menjabarkan cuplikan isi buku ketiganya, "Tradisi Purba Rumah Toraja Mamasa Sulawesi Barat", di hadapan peserta diskusi yang hadir di Auditorium Prof. Syukur Abdullah, FISIP Universitas Hasanuddin, pada Rabu (5/2) siang.

Baca Juga: Selain dari Toraja, Sulsel Juga Punya 5 Jenis Kopi Ini, Sudah Coba?  

1. Di masyarakat Toraja Mamasa, rumah tradisional mereka disebut sebagai banua

Membedah Rumah Adat Toraja dan Mamasa yang Serupa Tapi Tak SamaInstagram.com/rifqyredha

Kees menjelaskan beberapa sejumlah hal dari obsevasinya selama tiga dekade di Mamasa. Salah satu yang mencolok adalah penamaan rumah adat.

"Di Sulawesi Barat, rumah Toraja ini disebut sebagai banua. Padahal banua di Toraja Sulawesi Selatan, dipakai untuk merujuk rumah milik golongan rakyat biasa, menunjukkan strata sosial masyarakat," ujarnya di hadapan peserta diskusi.

Lebih jauh, ia berteori bahwa riwayat rumah adat banua ini berusia jauh lebih tua ketimbang rumah adat tongkonan milik suku Toraja di Sulawesi Selatan. Hal tersebut disimpulkannya dari bukti-bukti sejarah serta tradisi lisan masyarakat Mamasa.

Penamaan banua di Mamasa masih memakai sistem strata sosial persis dengan Toraja Sulsel. Semakin banyak ukirannya, maka semakin tinggi kedudukan sang pemilik rumah di masyarakat.

Ada banua longkarrin (rumah sederhana), banua rapa' (rumah dengan warna alami), banua disussuk (rumah yang diukir khusus), banua bolong (rumah yang berwarna hitam) serta banua sura' (rumah dengan ukiran dalam jumlah banyak).

2. Baik tongkonan maupun banua masih mengandung filosofi kedatangan leluhur

Membedah Rumah Adat Toraja dan Mamasa yang Serupa Tapi Tak SamaInstagram.com/pentri_buntupayung

Baca Juga: Lebih Dekat dengan Toraja Utara, Kabupaten Termuda di Sulsel

Baca Juga: Tana Toraja, Primadona Pariwisata Sulawesi Selatan  

Kees turut menjabarkan bahwa ada kebiasaan di orang-orang Toraja Mamasa pada masa lampau yakni berpindah tempat sembari membawa rumah. Ia merujuk pada kisah masyarakat Kecamatan Rambusaratu, yang menyebut bahwa banua layuk --rumah adat tertua Toraja Mamasa, diperkirakan berumur lebih dari 400 tahun-- telah berpindah sebanyak tiga kali.

Berbeda dengan tongkonan, banua milik masyarakat Toraja Mamasa sedikit banyak mengandung filosofi asal leluhur mereka.

"Kapal dan laut berhubungan filosofi asal orang Toraja Mamasa. Rumah adat banua sepintas membentuk kapal atau perahu. Tak sampai di situ, peti mati mereka juga mirip dengan miniatur perahu," lanjut sosok 75 tahun tersebut.

Kendati demikian, baik banua maupun tongkonan sama-sama menghadap ke Utara, arah kedatangan leluhur. Sesuai penelitian sejarawan, etnis Toraja termasuk dalam kebudayaan proto-Melayu di mana para pendahulu mereka berasal dari Filipina dan daerah selatan Tiongkok.

3. Kees Buijs dan Anwar Rachman satu suara perihal perbedaan mencolok antara banua dan tongkonan

Membedah Rumah Adat Toraja dan Mamasa yang Serupa Tapi Tak SamaInstagram.com/kampungbuku

Anwar Rachman, editor serta perwakilan dari pihak Penerbit Ininnawa, turut menyodorkan penjelasan tambahan perihal kehidupan masyarakat Toraja Mamasa.

"Mereka termasuk jarang dibahas, padahal budaya mereka tak kalah kentalnya. Jika bisa saya bilang, mereka hidup sembari merayakan dewa-dewa," paparnya.

Sosok yang juga menjadi kurator festival seni Makassar Biennale itu menyebut dapur sebagai salah satu perbedaan paling mencolok antara banua milik Toraja Mamasa dan tongkonan di masyarakat Toraja Sulsel.

"Di Sa'dan, dapur tongkonan hanya berfungsi seperti monumen dan diletakkan di tingkat terbawah atau rumah tinggal yang letaknya bersebelahan. Tongkonan di sini memiliki sifat politis lantaran menunjukkan derajat dan pencapaian sebuah keluarga," ungkap Anwar.

4. Upaya Kees Buijs memotret budaya Toraja Mamasa tak lepas dari rasa prihatian atas minimnya minat mempelajari budaya lokal

Membedah Rumah Adat Toraja dan Mamasa yang Serupa Tapi Tak SamaIDN Times/Achmad Hidayat Alsair

Kees menambahkan, dapur jadi pusat aktivitas penting etnis Toraja Mamasa. "Dapur di banua malah berfungsi secara penuh. Selain jadi tempat sang pemilik rumah menyiapkan hidangan, dapur difungsikan sebagai area persembahan kepada dewa-dewa di masyarakat lampau," tuturnya.

Berbicara perihal motivasi penelitian Toraja Mamasa, Kees yang sudah menginjak usia kepala tujuh berkeinginan membagi ilmu bagi khazanah pengetahuan lokal lewat catatan dan ribuan foto hasil dokumentasi.

"Selain membagi apa yang saya kumpulkan sejak tahun 1978, niatan ini juga berangkat dari rasa prihatin saya atas minimnya minat generasi muda untuk mempelajari budaya lokal yang mereka miliki," tegas Kees.

Baca Juga: Liburan ke Toraja, Kamu Jangan Lupa Kunjungi 5 Tempat Paling Hits Ini!

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya