Masjid Tua Al Mujahidin, Saksi Bisu Perkembangan Islam di Tanah Bone

Berusia hampir 4 abad, punya mimbar berornamen guci

Intinya Sih...

  • Masjid Tua Al-Muhajirin berusia hampir 4 abad, menjadi pusat pengajaran Islam dan saksi bisu perkembangan Bone dari masa kejayaan para Arumpone hingga era modern.
  • Didirikan pada masa pemerintahan Raja Bone ke-13, La Maddaremmeng, masjid ini menjadi pusat penyebaran agama Islam dan tempat pembelajaran fikih bagi raja beserta keluarga istana kerajaan.
  • Dengan kapasitas hingga 500 jemaah, masjid ini memiliki ornamen guci dari China masa Dinasti Ming di kubah mimbarnya yang tidak pernah mengalami perubahan meski sudah beberapa kali direnovasi.

Makassar, IDN Times - Berbicara tentang riwayat Islam di Kerajaan Bone, tidak lengkap tanpa membahas Masjid Tua Al-Muhajirin. Berada Jalan Sungai Citarum, Kelurahan Bukaka, Kecamatan Tanete Riattang sekaligus ibu kota Kabupaten Bone, masjid tersebut sudah berusia hampir empat abad.

Bukan hanya yang tertua di Bumi Arung Palakka, tapi juga nilai historisnya. Tempat tersebut menjadi saksi bisu perkembangan Bone dari masa kejayaan para Arumpone hingga era modern. Tak lupa, masjid tersebut juga menjadi pusat pengajaran dan pengembangan Islam di zaman lampau.

1. Didirikan pada masa pemerintahan Raja Bone ke-13 yakni La Maddaremmeng

Masjid Tua Al Mujahidin, Saksi Bisu Perkembangan Islam di Tanah BoneMasjid Tua Al Mujahidin Kabupaten Bone pada tahun 1900 hingga 1905. (Dok. KITLV)

Masjid Tua Al Mujahidin didirikan pada masa pemerintahan Arumpone (Raja Bone) ke-13, La Maddaremmeng, yang bergelar Sultan Muhammad Shaleh pada 9 Juli 1639 atau 12 Rabiul Awal 1060 H. Pendiriannya berasal dari inisiatif kadi (ulama penegak syariat Islam) pertama di lingkungan Kerajaan Bone yakni Fakih Amrulllah.

Ridhwan dalam artikel ilmiah Masjid Tua Almujahidin Watampone (Jurnal Ekspose, 2017) menyebut bahwa Fakih Amrullah masih memiliki darah bangsawan Gowa. Ayahnya adalah Sayid Muhsin, putra ulama Sayyid Ba'alwi asal Mekkah yang menetap di Gowa. Sedang ibunya merupakan putri dari Sultan Abdullah Awwalul Islam, Raja Tallo pertama yang memeluk Islam.

2. Menjadi tempat kadi Bone memberi pengajaran kepada para calon pemuka agama

Masjid Tua Al Mujahidin, Saksi Bisu Perkembangan Islam di Tanah BoneSuasana di dalam Masjid Tua Al-Mujahidin, masjid tertua di Kabupaten Bone. (Dok. Google Maps/pu te')

Masjid ini sendiri menjadi pusat penyebaran agama Islam sejak masa pemerintahan Arumpone La Maddaremmeng. Di sini, kadi Fakih Amrullah memberi pelajaran fikih kepada raja beserta keluarga istana kerajaan. Tak cuma itu, banyak ulama yang lahir dari tempat tersebut dan ikut serta dalam penyebaran Islam di Bone.

Dengan kadi sebagai penggerak utamanya, para calon ulama digembleng di masjid tersebut. Ridhwan dalam artikelnya menyebut bahwa metode pembelajaran yang digunakan saat itu disebut sebagai halaqah, sebuah majelis melingkar di mana diskusi antara murid dan guru dilakukan. Masyarakat Sulsel menyebutnya dengan mangaji tudang.

Baca Juga: Nuansa Tradisi Syiah dalam Kebudayaan di Sulawesi Selatan

3. Guci dari masa Dinasti Ming menjadi ornamen pada mimbar masjid

Masjid Tua Al Mujahidin, Saksi Bisu Perkembangan Islam di Tanah BoneSuasana di dalam Masjid Tua Al-Mujahidin, masjid tertua di Kabupaten Bone. (Dok. Google Maps/pu te')

Memiliki kapasitas hingga 500 jemaah, di masjid tersebut terdapat total 9 pintu masuk yang terinspirasi dari jumlah Wali Songo. Di dalam masjid pun terdapat empat tiang penyangga, dengan makna filosofis empat sahabatan Rasulullah SAW. Fasilitas yang terdapat di dalamnya yakni mimbar yang terbuat dari keramik. Di ujung kubah mimbar masjid juga terdapat ornamen guci yang disebut-sebut berasal dari China masa Dinasti Ming (1368-1644).

Mimbar tersebut menjadi salah satu dari beberapa bagian masjid yang tidak pernah mengalami perubahan meski berusia hampur empat abad. Renovasi sudah beberapa kali dilakukan, seperti pergantian material dari papan kayu menjadi dinding dan penggunaan keramik marmer. Selain itu, di belakang Masjid Al Mujahidin terdapat Kompleks Makam Lalebbata yang menjadi tempat peistirahatan terakhir beberapa Raja Bone.

Baca Juga: Kisah Raja Bone La Maddaremmeng, Lengser Karena Menghapus Perbudakan

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya