Masjid Taqwa Tompong dari Tahun 1887, Mozaik Sejarah Islam di Bantaeng

Di puncak atapnya diletakkan guci keramik kuno asal Tiongkok

Makassar, IDN Times - Menyusuri jejak perkembangan Islam di Sulawesi Selatan (Sulsel) tak lengkap jika tak bicara tentang masjid-masjid kuno. Di Gowa ada Masjid Tua Katangka yang iringi kisah tibanya Datuk Tallua pada abad ke-17. Sedang Makassar punya Masjid Babul Firdaus yang berusia satu setengah abad lebih.

Kabupaten Bantaeng juga punya bangunan penanda sejarah Islam lokalnya. Tempat tersebut adalah Masjid Besar Taqwa Tompong yang berada di Dusun Tompong, Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng. Jaraknya dari Pantai Seruni, destinasi populer wisatawan, tak sampai dua kilometer.

1. Masjid Taqwa Tompong didirikan pada tahun 1855, di masa pemerintahan Karaeng Panawang

Masjid Taqwa Tompong dari Tahun 1887, Mozaik Sejarah Islam di BantaengPotret suasana jalanan Kota Bantaeng pada dekade 1900-an. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Menurut kisah yang dihimpun Kementerian Agama, Masjid Taqwa Tompong didirikan pada masa pemerintahan Raja Bantaeng ke-29 yakni Karaeng Panawang (1877-1913). Usulnya berasal dari La Bandu, seorang saudagar kaya asal Wajo yang beristri orang Bantaeng. Permintaan ini diajukan lebih dulu pada dewan adat Sampuloruana (dua belas tetua).

Singkat cerita, usulan tersebut disetujui dan mendapat restu dari Karaeng Panawang. Arsitek yang terlibat dalam perancangan adalah seorang warga Kerajaan Bone bersama La Pangewa. Setelah melalui beberapa bulan pembangunan, Masjid Taqwa Tompong dibangun pada 11 Maret 1885 (22 Jumadil Akhir 1271 H) dan rampung tahun 1887.

2. Seluruh bagian dalam Masjid Taqwa Tompong menyimbolkan hal-hal mendasar seorang muslim

Masjid Taqwa Tompong dari Tahun 1887, Mozaik Sejarah Islam di BantaengBagian pintu masuk Masjid Taqwa Tompong, masjid tertua dan bersejarah di Kabupaten Bantaeng. (Dok. Pusat Data Dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Dari struktur bangunan, masjid yang berdiri di atas tanah seluas 941 meter persegi ini punya kesamaan dengan banyak masjid tua lain. Atapnya bersusun tumpang tiga, dengan empat tiang penyangga atap (soko guru) di bagian tengah. Masing-masing soko guru berukuran 80 x 80 cm.

Tiga atap ini melambangkan hal-hal penting dalam hidup seorang muslim yakni akidah, syariat dan akhlak. Tepat di bagian puncak atap tumpang terdapat guci China kuno kecil yang berasal dari zaman Dinasti Ming (1368-1644). Sementara itu, lima pintu dan enam jendela di empat sisi dinding masjid menggambarkan rukun Islam serta rukun iman.

Baca Juga: Masjid Tua Tosora, Saksi Bisu Perkembangan Islam di Tanah Wajo

3. Ukiran dan kaligrafi di bagian mimbar memiliki corak khas Tiongkok yang kental

Masjid Taqwa Tompong dari Tahun 1887, Mozaik Sejarah Islam di BantaengBagian mihrab dan mimbar Masjid Taqwa Tompong, masjid tertua dan bersejarah di Kabupaten Bantaeng. (Dok. Pusat Data Dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Beranjak ke dalam, langit-langit masjid berhias aksen kayu sebanyak 17 potong. Ini adalah simbol dari total rakaat dalam seluruh salat wajib. Sementara itu, mimbarnya terbuat dari kayu merbau. Yang unik, beberapa relief dan kaligrafi menghiasi sekeliling mimbar. Seluruh hiasan dan kaligrafi diukir di Singapura pada dekade 1880-an, sehingga corak China-nya amat terasa.

Di dalam juga terdapat sebuah Al-Quran kuno bertulis tangan serta beduk penanda waktu salat yang diperkirakan juga tak kalah tuanya. Dengan makna historis yang dimiliki, Masjid Taqwa Tompong jadi salah satu tujuan para wisatawan saat melancong ke Bantaeng.

Baca Juga: Masjid Tua Katangka, Tonggak Sejarah Islam di Sulawesi Selatan

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya