Masjid Attaqwa Al Amin Tondo Bunga, Kepingan Sejarah Islam di Pinrang

Bangunannya unik sebab berada di atas bongkahan batu

Makassar, IDN Times - Mozaik perkembangan Islam di Sulawesi Selatan, dalam bentuk masjid bersejarah, bisa dengan mudah ditemui pada seluruh sudut wilayah. Salah satunya yakni Masjid Attaqwa Al Amin yang berada di Dusun Tondo Bunga, Desa Kariango, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang.

Keunikan masjid ini karena berada di bongkahan batu setinggi 5 meter dari permukaan tanah. Topografi wilayah tersebut memang didominasi perbukitan berbatu. Tapi, tak ada yang tahu persis bagaimana Masjid Attaqwa Al Amin bisa seperti ini.

Baca Juga: Masjid Tua Tondon, Situs Islam Bersejarah di Puncak Bukit Enrekang

1. Ada peran Kerajaan Bone secara tidak langsung dalam pendiriannya

Masjid Attaqwa Al Amin Tondo Bunga, Kepingan Sejarah Islam di PinrangTempat tinggal Raja Bone, antara tahun 1900 dan 1920. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Meski begitu, Masjid Attaqwa Al Amin ini punya sejarah panjang. Berdasarkan penjelasan di entri SitusBudaya.id, masjid berukuran 10 x 11 meter ini diperkirakan dibangun antara tahun 1612 dan 1613, setelah Musu' Assellengeng atau Perang Pengislaman. Pendirinya adalah Andi Al Amin, salah satu kerabat Arumpone (Raja Bone) yang saat itu bertandang ke dusun tersebut.

Alkisah, saat itu perang berkecamuk antara dua kerajaan di Sulawesi Barat yakni Balanipa dengan tetangganya yakni Tapango. Kerajaan Bone sendiri sudah membina hubungan baik dengan Kerajaan Letta (wilayah Dusun Tondo Bunga saat ini) yang menyumbang bala tentara untuk Tapango. 

Bone sendiri menjadi tujuan pengungsian warga Letta yang tidak ikut dalam perang melawan Balanipa. Arung Letta ke-9 bernama Tellu Tombinna menyempatkan diri untuk menengok rakyatnya yang mengungsi di Bone. Ia kemudian melihat Andi Al Amin sedang mengaji di masjid kerajaan. Meski Kerajaan Letta sudah resmi memeluk Islam beberapa tahun sebelumnya, guru mengaji masih nihil.

2. Saat pertama kali berdiri, tidak ada tangga menuju masjid

Masjid Attaqwa Al Amin Tondo Bunga, Kepingan Sejarah Islam di PinrangSuasana Masjid Attaqwa Al Amin Tondo Bunga, masjid tertua di Kabupaten Pinrang. (Dok. Google Map/Adnan Armaeni)

Singkat cerita, Tellu Tombinna meminta izin pada Raja Bone untuk bersedia mengirim Andi Al Amin ke Letta untuk mengajar rakyatnya membaca Alquran. Gayung bersambut, permintaan tersebut dikabulkan oleh Arumpone. Masa Andi Al Amin berada di Letta ini kemudian menjadi asal muasal berdirinya Masjid Attaqwa Al Amin.

Awalnya, bangunan masjid tempat masyarakat Letta belajar mengaji itu disebut sangat sederhana, hanya berdinding kayu dan beratap ijuk. Selain itu, belum ada tangga dari bawah sehingga jemaah harus memanjati bongkahan batu tersebut. Tangga bambu menuju masjid baru ada di masa generasi kedua imam masjid, dan berubah menjadi tangga pahatan batu saat generasi ketiga.

Upaya renovasi masjid ini terjadi pada 1978, tapi tetap menggunakan material kayu. Perubahan bangunan menjadi beton sendiri baru dilakukan pada tahun 1998, hampir 4 abad setelah Andi Al Amin datang ke Letta.

3. Butuh waktu tempuh hampir dua jam dari ibu kota Kabupaten Pinrang

Masjid Attaqwa Al Amin Tondo Bunga, Kepingan Sejarah Islam di PinrangSuasana Masjid Attaqwa Al Amin Tondo Bunga, masjid tertua di Kabupaten Pinrang. (Facebook.com/Saddan As)

Karena keunikan tempatnya, Masjid Attaqwa Al Amin kerap disinggahi wisatawan yang ingin melakukan napak tilas sejarah Islam di Pinrang. Jasa Andi Al Amin untuk masyarakat Kerajaan Letta pun sangat besar, sehingga beliau dimakamkan bersama sang istri di belakang masjid.

Untuk menuju Masjid Attaqwa Al Amin, jarak yang ditempuh dari ibu kota Kabupaten Pinrang sekitar 60 kilometer ke utara, dengan waktu mencapai hampir dua jam perjalanan darat. Setelah menyusuri jalur yang menghubungkan Sulsel dan Sulbar, pengunjung akan berbelok tepat di Kelurahan Bungi untuk menuju wilayah perbukitan.

Baca Juga: Masjid Tua Katangka, Tonggak Sejarah Islam di Sulawesi Selatan

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya