Kisah Mochtar Embut, Komposer asal Makassar Pencipta Mars Pemilu

Ciptakan 100 lagu, hidup dalam sepi karena patah hati

Makassar, IDN Times - "Pemilihan umum telah memanggil kita / Sluruh rakyat menyambut gembira / Hak demokrasi Pancasila / Hikmah Indonesia merdeka."

Generasi 1990-an pasti akrab dengan lirik lagu tersebut. Ini adalah petikan lirik Mars Pemilihan Umum yang mulai digunakan sejak Pemilu 1971, salah satu alternatif selain gubahan dari grup musik Coklat dan Slank yang kerap didengar sekarang.

Penciptanya adalah Mochtar Embut, salah satu komposer populer dari era 1950-an. Seniman Guruh Soekarnoputra pun sempat belajar padanya. Tak cuma Mars Pemilihan Umum, Mochtar juga menulis lagu-lagu jazz menyayat hati. Tapi, kisah hidupnya penuh dengan kegetiran.

Mochtar Embut lahir di Makassar 5 Januari 1934. Darah seni mengalir dari kedua orang tuanya. Terlebih Mochtar kecil dikenalkan pertama kali dengan dunia musik oleh sang ayah, Embut, yang berprofesi sebagai musisi. Sedangkan Sukinah adalah seolah penari.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Kamu Jangan Sampai Golput saat Pemilu

1. Mochtar Embut sudah dikenalkan seni musik oleh kedua orang tuanya sejak kecil

Kisah Mochtar Embut, Komposer asal Makassar Pencipta Mars PemiluMochtar Embut, komposer kelahiran Makassar, semasa hidup. (Dok. Istimewa)

Masuk usia 5 tahun, jari-jemari kecil Mochtar mahir bermain piano dengan lincah. Keterampilan tersebut terasah berkat bimbingan kakeknya, Saimun Notoasmoro, seorang perantau dan musisi asal Surabaya. Tak cuma itu, ia turut belajar pada Ong Kiang Hiap, guru piano tersohor di Makassar saat itu.

Beberapa karya komposer Eropa juga mulai didengarnya saat masih anak-anak. Gubahan Frederic Chopin, Claude Debussy, serta Paul Mauriat mulai rajin hilir mudik di kupingnya. Kelak, mereka disebut oleh Mochtar sebagai komposer yang memengaruhi corak karyanya.

Saat memasuki masa remaja, Mochtar menciptakan beberapa lagu anak seperti Percakapan dengan Alam, Enggan, Biola Jiwaku, Kupu-kupu di Tamanku, Dian dan Angin Malam Tiada Membawa Berita. Bahkan kala menginjak usia 12 tahun, Mochtar sudah didapuk sebagai pianis orkes angkatan darat.

Selepas lulus Europeesche Lagere School (ELS) di Makassar, Mochtar merantau ke Jakarta untuk memperdalam ilmu musiknya. Menurut buku Ensiklopedi Musik Jilid 1 (Cipta Adi Pustaka, 1992), ia menempuh jurusan Bahasa Prancis di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

2. Karya Mochtar Embut begitu tersohor, bahkan dinyanyikan ulang oleh Broery Pesolima dan Rafika Duri

Kisah Mochtar Embut, Komposer asal Makassar Pencipta Mars PemiluCover album Broery Pesolima dan Rafika Duri yang turut memasukkan lagu Di Wajahmu Kulihat Bulan karya Mochtar Embut. (Dok. Spotify)

Sepanjang dekade 1960-an, di saat Indonesia sedang mengalami beragam gonjang-ganjing politik, Mochtar bekerja sebagai pencipta lagu untuk RRI. Profesi tersebut membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di studio sendirian bersama piano.

Beberapa lagu jazz-seriosa yang ia ciptakan saat itu antara lain Di Sudut Bibirmu, Si Upik Berbaju Merah, Salam Mesra buat Halmahera hingga Tiada Bulan Di Wajah Rawan. Tapi Di Wajahmu Kulihat Bulan jadi karya Mochtar paling tenar, sebuah tembang yang menceritakan rasa sepi mendalam. Lagu tersebut pernah dinyanyikan oleh Hetty Koes Endang, Sam Maimun, Rafika Duri, Broery Pesolima, serta Ahmad Dhani.

Selain sibuk dengan lagu-lagu cinta, Mochtar ternyata menyempatkan waktu untuk menciptakan lagu-lagu anak-anak. Dalam daftar karyanya, terselip Kasih Ibu, sebuah lagu pendek yang mungkin popularitasnya menandingi Di Wajahmu Kulihat Bulan.

Pada tahun 1971, Mochtar mengirimkan lagu With the Deepest Love from Jakarta dalam ajang World Popular Song Festival di Tokyo. Siapa sangka, judul tersebut masuk dalam The Best Ten pilihan juri lomba yang digelar oleh Nippon Hyoso Kyokai tersebut. Alhasil, Mochtar menjadi orang Indonesia pertama yang tampil di Budokan Hall yang legendaris, memimpin orkestra untuk membawakan lagu tersebut.

3. Mars Pemilihan Umum karyanya terpilih dalam sayembara yang dilakukan pemerintah pada 1970

Kisah Mochtar Embut, Komposer asal Makassar Pencipta Mars PemiluKomposer asal Makassar Mochtar Embut saat menerima penghargaan dari Menteri Dalam Negeri Amir Machmud atas Mars Pemilihan Umum pada tahun 1970. (Repro. Buku "Pemilihan Umum 1971" (Lembaga Pemilihan Umum, 1973))

Tidak semua lagu Mochtar bertopik cinta. Ia turut memberi sumbangsih untuk pemerintah Indonesia. Beberapa ciptaan yang digunakan untuk instansi yakni Mars AURI (1964), Mars Pemilihan Umum (1970), Mars Keluarga Berencana (1972) dan Mars Hari Kanak-kanak (1972).

Khusus untuk Mars Pemilihan Umum, Mochtar harus mengikuti sayembara terlebih dahulu. Dewan jurinya terdiri dari P. Gitomartojo, E.L. Pohan (komponis senior Indonesia saat itu), jurnalis Wienaktu, Kolonel Ibnu Saleh, dan Drs. Istowo. Setelah dilakukan penilaian, Mochtar terpilih sebagai pemenang.

Dalam buku Pemilihan Umum 1971 (Lembaga Pemilihan Umum , 1973), dijelaskan bahwa Mochtar Embut mendapat Piagam Penghargaan dari Menteri Dalam Negeri sekaligus Ketua Lembaga Pemilihan Umum saat itu yakni Amir Machmud. Mars Pemilihan Umum pun mengudara di RRI dan TVRI, dan terus digunakan hingga dekade 2000-an.

4. Terus menyendiri hingga akhir hayat karena patah hati, sehingga mencurahkan cinta pada dunia musik

Kisah Mochtar Embut, Komposer asal Makassar Pencipta Mars PemiluMochtar Embut, komposer kelahiran Makassar, semasa hidup. (Dok. Museum Penerangan)

Selama hidupnya, Mochtar menciptakan sekitar 100 lagu, sebuah capaian yang sangat produktif bagi seorang komponis. Tapi, kebiasaan bekerja tanpa henti memiliki dampak negatif pada kesehatannya. Pada tanggal 20 Juli 1973, Mochtar meninggal dunia pada usia 39 tahun akibat penyakit liver dan kanker hati.

Meski terkenal berkat lagu-lagu, Mochtar rupanya tetap menjadi seorang bujang hingga saat-saat terakhirnya. Menurut cerita sang adik, Syafei Embut, kakaknya hanya jatuh cinta dua kali selama hidupnya.

Pertama, dengan seorang gadis penyanyi latar yang ternyata menikah dengan pria lain. Kedua, dengan seorang perempuan rekan kerjanya di RRI. Tapi, Mochtar ditolak oleh ibu gadis tersebut yang ingin menantu berdarah biru. Meskipun dihinggapi rasa sepi, Mochtar memilih mencurahkan rasa cintanya pada seni musik hingga akhir hayat.

Baca Juga: Linimasa: Hari Pemungutan Suara Pemilu 2024

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya