AIESEC Unhas Ajak Millennial Paham Peran Penting di Tengah Pandemik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Dengan perubahan drastis segala aktivitas menjadi serba digital akibat pandemik, pengembangan potensi diri para pemuda pun turut terdampak. Terlebih kemampuan memimpin (leadership skill) yang selama ini hanya bisa dipraktikkan langsung.
Hal tersebut menjadi fokus utama dari AIESEC in Universitas Hasanuddin dalam webinar yang mereka adakan pada Sabtu, 19 Desember 2020 lalu. Diikuti oleh sekitar 200 orang melalui ruang aplikasi Zoom, mereka coba tetap memberi dampak positif. Selain itu, ada juga kesadaran atas isu-isu dunia terkini yang ingin tetap dijaga.
Webinar bertajuk "Cultivating YOUth Culture" ini dimoderatori oleh Pauline Ciuputri, mahasiswi Universitas Airlangga sekaligus National oGT IR (outgoing Global Talent International Relations) Coordinator di AIESEC Indonesia. Sementara bertindak sebagai pembawa acara adalah Endrinayla, Gadis Sampul 2019.
1. Azalia Zatadini menjelaskan peran pemuda begitu penting di masa krisis
Berbicara di sesi pertama adalah Azalia Zatadini, mantan President of AIESEC Indonesia 2018/19. Azalia saat ini berkarier sebagai Leadership Excellence Consultant di firma konsultan sumber daya manusia PT. Daya Dimensi Indonesia. Ia menjelaskan perihal kenapa peran pemuda begitu penting di masa krisis.
Menurut Azalia, situasi terkini yang serba digital bisa memacu pemuda untuk terus berinovasi. Namun di sisi lain, meningkatkan pula terjadinya stress hingga kesulitan ekonomi. "Dengan perubahan-perubahan itu, peran pemuda sangat dibutuhkan karena aktivitas yang remeh temeh bisa sangat berdampak pada diri sendiri dan orang lain," ungkapnya.
Ia pun turut memberi cara-cara meningkatkan kemampuan memimpin. Mulai dari meninjau apakah hal yang dilakukan sesuai dengan nilai pribadi, mengendalikan emosi dan mengasah talenta yang dimiliki. Tak lupa, ia kembali menegaskan pentingnya aksi generasi muda.
"Oleh karenanya, penting kaum muda untuk menyadari betapa spesialnya mereka karena telah menjadi saksi nyata, saksi hidup, dan pelaku yang berperan untuk membuat suatu perubahan untuk orang lain dan diri sendiri. One person, one story, can make a bigger impact," pungkas Azalia.
2. Cindy Colondam dari UNDP Indonesia, menjelaskan sumbangsih milenial untuk mencapai SDGs
Pembicara kedua adalah Cindy Colondam, yang saat ini menjabat Impact Measurement and Management Consultant di UNDP Indonesia. Ia menjelaskan secara mendalam tentang bagaimana kaum millennial bisa memberi sumbangsih dalam mencapai SDGs.
SDGs sendiri adalah rencana aksi seluruh negara anggota PBB untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. Cindy menjelaskan bahwa kauum muda punya peran penting dalam mencapai tujuan SDGs. Yakni sebagai generasi baru dengan pendidikan memadai dan terberdayakan.
"Alasan mengapa kaum muda berperan dalam SDGs karena youth is the key, youth is important untuk menentukan bagaimana generasi selanjutnya mempunyai kehidupan yang bagus. Youth can take global challanges," ungkap Cindy. Tiga cara yang bisa millennial tempuh antara lain terlibat dalam diskusi banyak hal, mengedukasi diri sendiri dan mengajak yang lain melakukan hal serupa.
"Penting bagi kaum muda untuk peduli terhadap misi mencapai SDGs ini, dengan cara bekerja sama demi tujuan bersama. Kalian bisa melakukan segala hal dan memberi dampak positif untuk beberapa tahun ke depan," tutup Cindy.
Baca Juga: Kenali Potensi dan Kemampuan Diri bersama AIESEC UPN Veteran Jakarta
3. AIESEC membuka kesempatan bagi anak muda untuk terlibat langsung dalam program berbasis SDGs di banyak negara
Di sesi ketiga sekaligus penutup diisi oleh dua pembicara yakni Alexander Adhitya (integrated marketing specialist di Microsoft Indonesia) dan Febriana Tri Hartina (risk assurance associte di PwC Singapura). Keduanya pernah terlibat dalam program AIESEC. Masing-masing sebagai Exchange Participant Returnee for Agribida Project di Filipina dan relawan Swasdee 22 di Chulalongkorn, Thailand.
Mereka menjelaskan alasan keikutsertaan di program AIESEC. Febriana memutuskan terlibat beberapa tahun silam sebab berada di titik jenuh. Sementara Alexander menjadi relawan dengan alasan ingin bertemu orang dengan minat serupa. Tiga hal penting turut didapat oleh keduanya. Antara lain kesempatan mengamati budaya negara lain dari dekat, kepemimpinan serta traveling.
Program Global Volunteer sendiri adalah kegiatan pengiriman relawan AIESEC ke luar negeri. Mereka dilibatkan dalam proyek-proyek berbasis SDGs selama 6 hingga 8 pekan. Berminat terlibat langsung? Silakan hubungi langsung AIESEC in Universitas Hasanuddin atau berkunjung ke akun Instagram mereka, @aiesecinunhas. Ayo daftar!
Baca Juga: AIESEC Unhas Berbagi Kiat Sukses bagi Millennial Mencari Kerja