7 Januari 1962, Sukarno Nyaris Jadi Korban Ledakan Granat di Makassar

Permesta dan kelompok bawah tanah diduga ikut terlibat

Makassar, IDN Times - Upaya pembunuhan berkali-kali menimpa Presiden pertama Indonesia, Sukarno. Saat menjabat dari tahun 1945 hingga 1967, ajudan-ajudan bekerja cukup keras memberi perlindungan untuknya dan keluarga.

Dari tujuh kali peristiwa percobaan asasinasi, tiga di antaranya menggunakan granat. Bentuknya yang kecil dan mudah dibawa ke mana-mana jadi alasan utama para pelaku memakai alat ledak eksplosif tersebut. Salah satu dari tiga upaya penggranatan ini terjadi di Kota Makassar, 60 tahun silam.

Awal Januari 1962, Soekarno mengunjungi Kota Daeng untuk kali kesekian. Namun kedatangannya ini cukup berbeda. Ia datang saat Indonesia sedang melancarkan Operasi Trikora untuk merebut Nieuw Guinea (Papua/Irian Barat) dari Belanda. Sementara itu, gerombolan DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar masih aktif melakukan penyerangan sporadis dan bersembunyi di daerah pedalaman.

1. Percobaan pembunuhan Soekarno dengan granat terjadi di Makassar, Minggu 7 Januari 1962

7 Januari 1962, Sukarno Nyaris Jadi Korban Ledakan Granat di MakassarProklamator Republik Indonesia, Wakil Presiden Mohammad Hatta (kiri) dan Sukarno (kanan) dalam sebuah pertemuan di masa Revolusi Nasional antara tahun 1945 hingga 1949. (Dok. Perpustakaan Nasional)

Minggu malam 7 Januari 1962, Bung Karno berencana melakukan pidato kenegaraan di GOR Mattoanging. Waktu menunjukkan pukul 6 petang WITA ketika iring-iringan yang membawanya serta ajudan bertolak dari Kantor Gubernur Sulawesi Selatan-Tenggara (kini Gedung Balaikota Makassar), tempatnya menginap bersama rombongan.

Jarak antara Kantor Gubernur ke GOR Mattoanging mencapai hampir 4 kilometer. Namun, mobil kenegaraan yang ia tumpangi harus melalui jalan redup dengan penerangan seadanya. Turut serta di dalam mobil tersebut yakni A.A. Rivai, Gubernur Sulawesi Selatan-Tenggara.

Bambang Widjanarko, ajudan pribadi Soekarno yang juga berada dalam mobil, menggambarkan detik-detik jelang penggranatan secara rinci dalam buku Sewindu Dekat Bung Karno (Gramedia, 1988).

Waktu di arloji Bambang menunjukkan pukul 18.55 WITA. Mobil yang membawanya bersama Soekarno sudah memasuki Jalan Cendrawasih, mereka tak lama lagi sampai di GOR Mattoanging. Perjalanannya terasa aman saja, meski banyak yang menyemut di pinggir jalan menyambut rombongan kepresidenan. Tapi beberapa detik kemudian, sebuah ledakan terdengar.

2. Sukarno berhasil lolos dari maut, namun tiga warga tewas akibat ledakan

7 Januari 1962, Sukarno Nyaris Jadi Korban Ledakan Granat di MakassarIr. Soekano, Presiden Indonesia Pertama (Website/kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id)

"Dengan sangat tiba-tiba terlihat cahaya berkilat bersamaan dengan terdengarnya ledakan dahsyat dekat di dekat mobil yang kami naiki. Langsung saya mengerti bahwa itu adalah ledakan sebuah granat," cerita Bambang di buku memoarnya (hal. 92).

Bambang dengan refleks langsung meminta sang atasan dan Gubernur A.A. Rivai untuk merunduk jika sewaktu-waktu ada serangan susulan. Supir ia minta tancap gas demi menghindari hal yang tak diinginkan, kendaraan lainnya juga. Rombongan melanjutkan perjalanan hingga tiba di GOR Mattoanging beberapa menit kemudian.

Dalam pidatonya malam itu, Sukarno mengobar semangat rakyat Makassar demi mendukung Operasi Trikora. Di saat bersamaan, beberapa petugas keamanan tetap berada di TKP. Penjagaan di sekeliling GOR pun diperketat.

Turun dari podium, Sukarno menerima laporan rinci dari Kolonel M. Jusuf, Panglima Kodam Hasanuddin. Sebuah granat meledak 150 meter di belakang mobil yang ditumpanginya. Ada 28 orang menderita luka-luka ringan hingga cedera berat. Satu anak kecil dan dua orang dewasa tewas akibat ledakan tersebut.

Baca Juga: Mengenal Arief Rate, Tokoh yang Diabadikan Jadi Nama Jalan di Makassar

3. Menurut penyelidikan, ada campur tangan Permesta dalam peristiwa tersebut

7 Januari 1962, Sukarno Nyaris Jadi Korban Ledakan Granat di MakassarTentara PRRI-Permesta yang ditawan oleh TNI/Repro. Buku "Jalesveva Jayamahe" (Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, 1960)

"Tujuan usaha pembunuhan itu ialah untuk mematahkan perjuangan rakyat yang telah menggelora di seluruh tanah air, khususnya di Sulawesi Selatan dan Tenggara dalam rangka menghapuskan kolonialisme/imperialisme di Irian Barat," ujar M. Jusuf dalam buku Rosihan Anwar berjudul Sukarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik, 1961-1965 (Yayasan Obor Indonesia, 2006).

Penyelidikan pun dilakukan. Total ada dua belas orang yang terlibat dalam percobaan pembunuhan presiden Sukarno di Makassar. Otak dari aksi ini adalah Ida Bagus Suja Tenaja, pria 41 tahun asal Singaraja. Ida Bagus ini memimpin Resimen Pertempuran Koordinator Angkatan Darat Revolusioner (RPKADREV), yang berhubungan langsung dengan Permesta.

Selain itu ada lima orang berstatus tentara aktif, dua orang Indo-Belanda, satu warga sipil, satu pedagang hasil bumi, satu pedagang makanan dan seorang pegawai Kodim. Semuanya dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Angkatan Darat Dalam Keadaan Perang (Mahadper) untuk Indonesia bagian Timur.

Rosihan Anwar, dalam buku memoar Sutan Sjahrir: Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya (Penerbit Buku Kompas, 2011), punya fakta yang tak kalah mencengangkan. Ia menulis bahwa dua orang Indo-Belanda yang ditangkap disinyalir berhubungan erat dengan kelompok bawah tanah bernama Nederlandsch-Indische Guerilla Organisatie (NIGO).

Teori dari Rosihan Anwar cukup mengejutkan, lantaran hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) sudah satu dekade lebih ditandatangani. Ini sekaligus memberi fakta bahwa pergerakan "teror" bawah tanah di masa Orde Lama bukan isapan jempol belaka.

Baca Juga: Haeruddin Tasning, Tokoh di Balik Nama Jalan Hertasning Makassar

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya