HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota Makassar

Sebagian mulai jarang ditemui, kecuali pada acara adat

Kota Makassar yang dihuni masyarakat multietnis menyimpan beragam warisan kebudayaan dari masa lampau. Mulai dari tarian, manuskrip, ritus, seni pertunjukan, hingga kuliner.

Sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya kita mengakui dan menghargai keragaman budaya masyarakat. Kamu mungkin sudah familier dengan sebagian kebudayaan masyarakat Makassar. Namun ada juga yang sudah mulai jarang ditemui, kecuali pada acara adat.

IDN Times mengajak kamu mengenal lebih dekat sepuluh objek pemajuan kebudayaan Kota Makassar. Simak uraiannya di bawah ini, dikutip dari laman Dinas Kebudayaan Makassar.

Baca Juga: Asal-Usul Makassar: Dari Tabiat hingga Cerita Munculnya Nabi

1. Anyaman bambu

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota MakassarDinding anyaman bambu atau gamacca. (Tripadvisor.com)

Anyaman bambu merupakan serat bambu yang dirangkaikan hingga membentuk benda yang kaku. Biasanya untuk membuat keranjang atau perabot. Anyaman bambu juga bisa digunakan untuk dinding rumah khas masyarakat Bugis-Makassar yang disebut gamacca.

Pembuatan anyaman bambu membutuhkan keterampilan, keuletan, dan kreativitas.

2. Tari Pakarena

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota Makassarindonesiakaya.com

Pakarena merupakan salah satu jenis tarian tradisional. Pakarena berasal dari bahasa Makassar, yakni 'karena' yang berarti main. Dengan prefiks 'pa' yang menandakan pelaku, 'pakaraena' merujuk kepada pemainnnya.

Dalam pementasannya tarian tradisional ini dimainkan oleh empat penari yang memakai baju bodo dan lipa' sa'be (sarung) serta kipas. Tarian ini diiringi alat musik gandrang (gendang ) dan puik-puik (sejenis seruling).

Pada masa lalu jenis tari klasik dengan gerakan indah dan unik ini dipertunjukkan sebagai salah satu media pemujaan kepada para dewa. Namun lambat laun fungsinya berubah menjadi media hibruran.

Yang disampaikan melalui tarian tersebut adalah kisah legenda seorang manusia dengan penghuni langit. Entah dewa atau pun bidadari kayangan memberikan pelajaran kepada manusia tentang cara-cara bertahan hidup di muka bumi, mulai dari mencari makan di hutan hingga bercocok tanam. Dari legenda tersebut kemudian tumbuh kepercayaan bahwa gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh para penari merupakan ungkapan terima kasih kepada para penghuni langit.

3. Permainan rakyat Paraga

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota MakassarANTARA FOTO/Arnas Padda

Permainan tradisional orang Bugis-Makassar ini, biasanya dimainkan kaum muda, berupa pertunjukan kepiawaian memainkan bola dari rotan. Permainan ini sebagai hiburan dan penarik perhatian orang pada berbagai acara.

Orang yang memainkan tarian ini disebut Pa'raga, sedangkan cara memainkannya disebut Ma'raga. Permainan ini pada dasarnya berangkat dari gerakan-gerakan dasar seni bela diri. Paraga merupakan pertunjukan permainan bola raga yang dipindahkan dengan suka cita dari kaki ke kaki, kepala, atau tangan. Pertunjukan ini dimainkan dengan suka cita.

Paraga dimainkan tidak untuk di pertandingkan, melainkan sebagai atraksi unjuk kebolehan. Umumnya dimainkan secara beregu dengan jumlah anggota minimal 6 orang.

4. Walasuji

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota MakassarWala suji. (http://dinaskebudayaan.makassarkota.go.id)

Walasuji berasal dari kata 'wala' yang berarti pagar atau penjaga dan 'suji' yang artinya putri. Berupa sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang bermotif belahan ketupat.

Menurut kepercayaan klasik Bugis-Makassar, terdapat sulappa appa (empat sisi) yang menyimbolkan susunan semesta, yakni api, air, tanah, dan angin. Konsep segi empat pada Wala Suji ini berpangkal pada kebudayaan yang memandang alam raya sebagai sulappa appa.

Biasanya wala suji ditempatkan pada bagian gerbang di sebuah acara perkawinan. Wala Suji merupakan karya seni rupa anyaman yang kini turut menjadi sebuah karya seni rupa sebagai hiasan.

5. Putu cangkiri

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota MakassarInstagram.com/@vitia_tandy

Putu cangkiri merupakan penganan khas Makassar yang menjadi warisan kuliner masyarakat setempat. Kue ini memiliki bentuk mirip sepertiga dari ukuran cangkir, sehingga diberi nama dengan nama putu cangkiri.

Putu cangkiri merupakan camilan sederhana yang dibuat dari tepung beras sebagai bahan dasarnya dan dicampur dengan beras ketan. Ada juga yang menambahkan gula merah.

Baca Juga: HUT ke-414 Makassar, Lorong Wisata Diharap Pulihkan Ekonomi

6. Angngaru

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota Makassarwww.makassarguide.com/angngaru-sumpah-setia-orang-makassar.html

Angngaru, dalam bahasa Makassar berarti bersumpah. Ini merupakan tradisi lisan yang dulunya merupakan ikrak yang diucapkan orang-orang Gowa. Sebuah tradisi yang biasanya diucapkan oleh abdi kepada sang raja atau pun sebaliknya.

Biasanya, seorang tubarani yang angngaru akan berlutut dengan posisi badan yang tegap. Di tangan kanannya terhunus badik. Menghadapkan wajah ke depan, dengan kemantapan hati, sebagai tanda kesetiaan.

Dulu angngaru dilakukan sebelum prajurit berangkat ke medan perang. Para prajurit terlebih dahulu harus mengucapkan sumpah untuk mempertahankan wilayah kerajaan, membela kebenaran, dan tak akan mundur selangkah pun sebelum mengalahkan musuh yang dihadapi. Tradisi angngaru ini dapat membakar semangat dan jiwa ksatria prajurit sebelum berlaga di medan perang.

Dalam pementasannya, pelaku angngaru juga memainkan badik, senjata khas Sulawesi Selatan. Badik dianggap sebagai simbol penjagaan dan perlindungan. Pada masa sekarang, angngaru sering dipertunjukkan dalam kegiatan adat, kegiatan pemerintahan, maupun dalam penyambutan tamu kehormatan.

7. Mappetu Ada

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota MakassarInstagram.com/ hastinahnh

Ini merupakan tradisi dalam prosesi lamaran adat Bugis. 'Mappetu' artinya memutuskan, sedangkan 'ada' berarti perkataan. Jika digabung, Mappettu Ada punya makna sendiri, yakni pengambilan kesimpulan dari bahasan dalam prosesi lamaran antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan.

Pada prosesi ini dilangsungkan lamaran, yakni pernyataan formal keluarga pihak laki-laki yang datang kepada pihak perempuan. Juga ditetapkan diterimanya lamaran, penentuan hari pernikahan,serta mahar yang akan ditebus untuk mempelai perempuan.

Pada acara mapettu ada akan dihadiri oleh keluarga laki-laki yang datang, yang dipercayakannya sebagai juru bicara dan pengambil keputusan. Lalu di pihak perempuan telah menunggu orang yang menjadi wali nikah bagi si perempuan minimal satu orang yang hadir. 

8. Maccera' Tasi'

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota Makassarinstagram.com/kemenpar

Upacara Maccera' Tasi' merupakan sebuah ritual melepas sesajian ke laut. Ritual ini dipertahankan oleh masyarakat pendukungnya. Khususnya bagi kalangan nelayan. 

Ritual ini sebagai simbol rasa syukur kepada sang pencipta, karena telah memberikan limpahan rezeki berupa hasil tangkapan laut yang cukup berlimpah, serta permohonan agar diberi keselamatan dalam menghadapi segala tantangan di laut pada saat proses penangkapan ikan.

9. Naskah perjanjian Bongaya

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota MakassarNaskah perjanjian Bongaya (dinaskebudayaan.makassarkota.go.id)

Perjanjian Bongaya merupakan sebuah manuskrip yang erat kaitannya dengan sejarah Kota Makassar. Khususnya sejarah Perang Makassar yang merupakan puncak permusuhan antara Kerajaan Makassar dan VOC.

Dulu, kerajaan Makassar dan VOC merupakan dua kekuatan besar yang saling bertentangan dan bermusuhan. Sebab kedudukan politik dan ekonomi kerajaan Makassar sangat kuat sehingga mendari ancaman bagi VOC dalam menjalankan kebijakan monopoli rempah-rempah. 

Peperangan antara kerajaan Makassar dan VOC menghasilkan perjanjian damai yaitu Perjanjian Bongaya, tanggal 18 November 1667. Naskah perjanjian Bungaya ditulis diatas kertas dalam Aksara Arab berbahasa Melayu yang terdiri dari 30 pasal. Namun perjanjian ini cuma menguntungkan VOC. Hal tersebut jelas tertulis pada isi pasal-pasal yang tercantum pada naskah perjanjian tersebut.

Adapun isi pasal-pasal pada naskah perjanjian Bungaya adalah sebagai berikut.

  1. Kerajaan Makassar diwajibkan membayar kerugian perang (pasal 13)
  2. Melepaskan seluruh tawanan pegawai VOC (pasal 2)
  3. Menyerahkan barang VOC yang disita (pasal 3)
  4. Melepaskan Koloni-koloninya (pasal 14, 16, 21)
  5. Membongkar benteng-benteng pertahanannya (pasal 10)
  6. Mengusir semua bangsa Eropa yang berdagang di Makassar (pasal 6)
  7. Melarang orang Makassar berlayar ke Maluku (pasal 9)
  8. Hanya membolehkan VOC yang berdagang di Makassar tanpa macam-macam kewajian (pasal 8)
  9. Menyerahkan Benteng Ujung Pandang berikut perkampungan dan lingkungannya kepada VOC (pasal 11)

10. Lontara

HUT ke-414, Mari Mengenal Ragam Kebudayaan Kota MakassarInstagram.com/visit_sulsel

Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Namanya begitu karena dulu ditulis pada daun tumbuhan lontar sebelum ditemukannya kertas.

Aksara Lontara terdiri dari 23 huruf untuk Lontara Bugis dan 19 huruf untuk Lontara Makassar. Perbedaan Lontara Bugis dengan Lontara Makassar yaitu pada Lontara Bugis dikenal huruf ngka’, mpa’ , nca’, dan nra’. sedangkan pada Lontara Makassar huruf tersebut tidak ada.

Baca Juga: 5 Kuliner Khas Makassar yang Populer di Jakarta Utara, Assipa'!

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya