5 Risiko Memiliki Lingkaran Pertemanan yang Negatif dan Toksik

- Teman ada namun terasa sendirian
- Bukannya tenang malah menambah beban pikiran
- Dukungan hangat hanya jadi wacana
Punya teman dekat yang selalu ada di saat suka maupun duka adalah anugerah. Sebuah circle pertemanan yang sehat memang bisa menjadi sumber dukungan emosional terbaik. Kebahagiaan serta rasa memiliki menjadi manfaat utama yang membuat kita merasa puas.
Namun, apa jadinya kalau pertemanan malah menjadi sumber stres dan masalah? Bukannya merasa dihargai, kamu justru terus merasa diabaikan dan tidak terlalu penting. Yuk, kenali lima risiko memiliki lingkaran pertemanan yang negatif dan toksik berikut ini.
1. Teman ada namun terasa sendirian

Pertemanan seharusnya membuatmu merasa terhubung dan menjadi bagian dari sesuatu. Namun, dalam lingkaran toksik, kamu justru merasa diabaikan dan tidak dianggap ada. Kamu ada di sana, tapi kehadiranmu seolah tak pernah benar-benar dirasakan oleh mereka.
Kamu mungkin yang paling sering berinisiatif untuk membuat rencana bersama. Anehnya, saat ada acara grup, namamu seringkali terlupakan dan pesanmu diabaikan. Hubungan ini terasa sepihak dan sama sekali tidak memberikan kepuasan batin yang kamu cari.
2. Bukannya tenang malah menambah beban pikiran

Persahabatan memiliki manfaat utama, yaitu kemampuannya untuk mengurangi stres yang kita alami setiap hari. Bertemu teman seharusnya bisa membuat perasaan menjadi sedikit lebih baik dan ringan. Namun, teman yang toksik justru bisa menjadi sumber stres baru dalam hidupmu.
Bukannya merasa lega, kamu malah sering merasa tegang atau mudah tersinggung setelah bertemu. Bahkan saat tidak bersama, interaksi negatif kalian terus berputar di kepala. Akibatnya, kamu jadi lebih sering merasa cemas dan tidak tenang dalam keseharian.
3. Dukungan hangat hanya jadi wacana

Sahabat sejati akan selalu menawarkan dukungan tulus saat kamu benar-benar membutuhkannya. Dukungan itu bisa berupa telinga yang mau mendengar atau validasi atas perasaanmu. Kehadiran mereka seharusnya bisa membuatmu merasa tidak sendirian melewati masa sulit.
Namun, dalam pertemanan toksik, dukungan emosional seperti itu tidak pernah kamu rasakan. Kamu merasa tidak dihargai ketika masalahmu dianggap sepele atau diabaikan begitu saja. Mereka tidak ada di saat kamu paling membutuhkan dukungan seorang teman.
4. Percaya diri runtuh digerogoti keraguan

Ketika seorang teman terus-menerus merendahkan dan memperlakukanmu dengan buruk, lama-kelamaan kamu bisa menerimanya. Kamu mungkin mulai mempertanyakan kekuatan dan kemampuanmu sendiri setelah mendengar kritikan mereka. Harga dirimu pun perlahan terkikis tanpa kamu sadari sepenuhnya.
Dampaknya, kamu mulai menyalahkan diri sendiri atas perilaku buruk yang mereka tunjukkan. Kamu berpikir mungkin memang pantas mendapatkannya atau merasa terlalu banyak meminta bantuan. Kamu jadi merasa tidak berharga dan terus-menerus meragukan dirimu dalam banyak hal.
5. Selalu merasa serba salah tanpa tahu sebabnya

Teman dengan perilaku toksik kerap menggunakan manipulasi halus untuk mendapatkan keinginannya. Hal ini sering kali meninggalkan perasaan aneh seolah ada sesuatu yang tidak beres. Kamu jadi sering merasa bingung dan tidak pernah tahu harus bersikap bagaimana.
Ketidakpastian ini membuatmu selalu berjalan di atas kulit telur saat berinteraksi. Kamu tidak pernah bisa menebak reaksi mereka, membuatmu sangat berhati-hati dalam bertindak. Perasaan gelisah ini pada akhirnya bisa merembet ke area lain dalam hidupmu.
Pertemanan seharusnya mengisi energi positifmu, bukan justru menghabiskannya hingga kamu lelah. Kamu berhak berada di lingkungan yang membuatmu tumbuh jadi lebih baik dan merasa dihargai. Jadi, ambil langkah berani dan selamatkan dirimu dari lingkaran negatif itu sekarang juga!