5 Cara Menyeimbangkan Keinginan, Kebutuhan, dan Tabungan saat Gaji Pas-pasan

- Rencanakan reward mingguan untuk mengatasi keinginan membeli jajanan mahal
- Catat secara detail semua pengeluaran harian untuk lebih teliti dalam menyusun perencanaan keuangan
- Cari berbagai tempat belanja alternatif dan buat cicilan wajib di luar tabungan untuk menumpuk aset secara perlahan
- Menyisihkan uang untuk sedekah sebagai bentuk menabung pada kebaikan
Gaji yang banyak terasa kurang dan gaji yang sedikit justru bisa cukup. Pas lagi ada rezeki lebih, tiba-tiba pengeluaran juga jadi makin banyak. Uang yang masuk di rekening cuma numpang parkir sebentar lalu tanpa sadar sudah hilang entah ke mana. Rasanya mustahil bisa menyisihkan sebagian uang untuk ditabung, apalagi kalau kebutuhan mendadak sering muncul tanpa terduga. Kalau memotong jatah kebutuhan atau keinginan sampai terlalu sedikit, rasanya jadi jahat ke diri sendiri.
Sekadar keinginan punya tabungan nyatanya gak bisa membuat seseorang konsisten menabung. Kunci menabung sebenarnya gak melulu soal besar kecilnya penghasilan, tapi lebih ke cara kamu mengelola uang yang ada. Bukan soal jumlah yang fantastis, yang penting rutin dan punya tujuan. Perlu komitmen untuk membangun konsistensi. Perlu strategi untuk mempertahankan kebiasaan menabung. Kalau masih kesulitan, coba lima tips ini untuk bantu kamu tetap bisa menyeimbangkan keinginan, kebutuhan, dan tabungan dengan lebih mudah.
1. Rencanakan reward mingguan

Lawan dari keinginan menabung adalah keinginan untuk memberi reward kepada diri sendiri. Setiap hari terasa melelahkan dan kamu belum tentu hidup esok hari: pemikiran-pemikiran yang bikin menghabiskan uang pada saat itu terlihat lebih rasional. Kalau kayak tren TikTok, "uang bisa dicari, tapi jajan atau pergi liburan bareng teman bakal kapan lagi?".
Menjadwalkan self-reward bisa jadi tricky. Terlalu lama akan membuat kamu gak sabar dan berakhir dengan spending yang lebih besar. Sampai harus mengambil dana darurat atau tabungan. Coba rencanakan "hadiah" kecil tiap minggu. Gak harus setiap weekend, bisa kapan saja. Buat jatah pengeluaran mingguan dan perhatikan pengeluaran harian. Pakai sistem gali lubang tutup lubang. Kalau sudah hemat di satu hari, kamu bisa boros di hari lainnya. Semisal kamu punya jatah lima puluh ribu setiap hari, tapi hanya menghabiskan sepuluh ribu di hari senin. Kamu bisa jajan sembilan puluh ribu di hari selasa.
Kadang yang bikin kamu boros justru karena terlalu menahan diri. Dengan mendapatkan hadiah mingguan atau bahkan harian, kamu jadi gak merasa jahat pada diri sendiri dan gak merasa bersalah karena gagal nabung. Keinginan untuk membeli jajanan mahal tetap bisa terpenuhi, meski tertunda sebentar. Hadiah yang lebih susah didapatkan seringkali terasa lebih memuaskan. Pastikan membuat perencanaan ini dari awal supaya tetap masuk dalam anggaran pengeluaran dan bukan tabungan. Dengan begitu, keinginan buat “balas dendam belanja” bisa dikendalikan.
2. Catat secara detail semua pengeluaran harian

Selalu sisihkan tabungan di awal, persis setelah gajian. Kemudian rencanakan keuangan selama satu bulan menggunakan sisa uang di luar tabungan tersebut. Rincikan sampai detail pengeluaran mingguan dan harian. Sebenarnya sepele dan pasti udah banyak yang mengingatkan, tapi tetap aja sering lupa. Padahal, mencatat pengeluaran harian itu penting dan harus konsisten dilakukan, gak peduli sesibuk apa pun. Cari template keuangan yang paling mudah biar kamu gak malas.
Banyak pengeluaran kecil yang sering terlewatkan, seperti bayar parkir, beli es teh pas pulang kerja, kelebihan iuran karena gak ada uang pecah, dan sebagainya. Sebisa mungkin atur jatah harian yang sudah mengakomodasi pengeluaran-pengeluaran kecil ini. Jadi, semakin kamu sering mengeluarkan "uang-uang kecil" ini, semakin kamu terpaksa hemat dalam membeli kebutuhan lain dalam sehari.
Awalnya terdengar ribet dan sekilas seperti terlalu hitung-hitungan. Tapi dalam jangka panjang, kebiasaan ini bikin kamu jadi lebih teliti dalam menyusun perencanaan keuangan. Bikin terbiasa memikirkan jenis-jenis pengeluaran yang sebisa mungkin diantisipasi dan gak perlu memakan dana darurat.
3. Cari berbagai tempat belanja alternatif

Belanja online gak selalu jadi opsi terbaik. Beberapa supermarket menyediakan promo yang lebih banyak untuk produk tertentu. Setiap toko bisa jadi "spesialis" untuk membeli satu jenis produk. Satu barang lebih murah di toko A, barang lainnya lebih murah di toko B. Coba untuk gak selalu membeli semua kebutuhanmu secara sekaligus di satu toko. Kamu juga bisa sediain email dan nomor yang gak terpakai. Jadi member di tempat-tempat yang menawarkannya, meskipun kamu jarang kesana. Banyak tempat memberikan poin atau keuntungan untuk member. Gak ada salahnya subscribe selama itu gratis dan gak merugikan.
Selain itu, perhatikan barang-barang yang kamu konsumsi secara terus-menerus. Kebutuhan wajib yang harus selalu kamu restock. Pertimbangkan untuk menyimpan barang tersebut dalam jumlah banyak sekaligus jika sedang ada diskon. Membeli dadakan ketika sedang butuh bikin kamu menerima harga berapa pun.
Mencari alternatif di atas alternatif demi mendapatkan produk dengan harga termurah memang terdengar melelahkan. Tapi kalau sudah sering dilakukan, nanti kamu akan hafal semua opsi yang ada dengan sendirinya dan merasa sayang kalau gak mendapatkan harga termurah.
4. Buat cicilan wajib di luar tabungan

Kalau tabungan rutin tiap awal bulan kurang memaksa, cicilan bisa jadi opsi lainnya. Semakin mengikat semakin baik. Karena hutang memaksa untuk dibayar, gak bisa dilewatkan atau sekedar ditunda. Cicilan ini sebenarnya mirip dengan tabungan, cuma tujuan dan sifatnya yang berbeda. Tabungan dibayarkan ke diri kamu sendiri, untuk tujuan yang sering kali belum jelas spesifiknya untuk apa. Sementara cicilan dibayarkan ke orang lain dan jelas untuk membayar apa.
Memiliki cicilan adalah cara menumpuk aset secara perlahan. Seperti ketika sedang mencicil tanah, rumah, atau kendaraan. Cari produk yang nantinya bisa kamu perjual belikan kembali, bahkan dengan harga yang lebih tinggi. Tapi, produk cicilan gak harus besar. Kamu mungkin gak mau membayar cicilan kendaraan atau rumah karena terlalu berisiko dengan kondisi keuanganmu. Mulai saja dengan produk kecil, seperti emas. Beberapa bank menawarkan tabungan emas yang dilakukan secara mencicil. Kadarnya bisa kamu sesuaikan dengan kemampuanmu. Kamu bisa menabung mandiri dengan tujuan beli emas, tapi menjadikannya sebagai cicilan akan lebih mengikat komitmenmu.
Cara lainnya adalah menjadikan bucket list-mu sebagai cicilan. Entah itu liburan, membeli pakaian, melanjutkan pendidikan, atau yang lainnya. Atur penarikan otomatis setiap bulan supaya kamu gak ada alasan terlewat bayar. Pisahkan dengan rekening tabungan supaya gak tercampur. Simpan uangnya di tempat yang gak bisa kamu jangkau dengan mudah. Kamu juga bisa coba bikin uang tersebut bekerja dengan sendirinya dengan menaruhnya di instrumen investasi.
5. Menyisihkan uang untuk sedekah

Sekeras apa pun usaha kamu untuk menyimpang uang, tetap akan hilang kalau bukan rezeki. Sedekah bisa jadi bentuk menabung, yakni menabung pada kebaikan. Hitung-hitung seperti menyiapkan amal jariyah. Uang yang kamu sedekahkan akan selalu kembali ke kamu, bahkan berlipat ganda. Bentuknya mungkin gak selalu uang juga, bisa jadi kebaikan lainnya. Sedekah memperlancar rezeki diri sendiri dan orang lain. Gak ada yang tau berapa lama semua rezeki kamu akan bertahan. Gak ada yang menjamin kamu gak akan pernah ada di posisi seseorang yang sangat membutuhkan bantuan dari orang lain. Kalau pun gak terbalaskan di dunia, anggap saja jadi tabungan kamu nanti di surga.
Mengatur keuangan saat gaji gaji terasa pas-pasan memang penuh tantangan. Kadang harus memaksa berpikir, "kalau bisa gratis, kenapa harus bayar?" atau "kalau yang murah aja bisa dipakai, kenapa harus mahal?". Menabung jadi lebih sulit kalau dijadikan beban. Penting, sih, tapi gak perlu sampai menyiksa diri sendiri.