Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengendalikan apa yang bisa dikendalikan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Stoikisme adalah filosofi yang mengajarkan cara hidup lebih damai dengan membedakan hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Di tengah dunia yang tidak pasti, memahami konsep ini membantu menciptakan jarak antara emosi dan realitas. Dengan begitu, kita dapat memilih untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.

Bukan hanya soal teori, mengikuti filosofi ini juga memberikan langkah-langkah untuk lebih tenang menghadapi kehidupan. Pada ulasan ini, terdapat lima cara praktis ala Stoik untuk memisahkan kendali. Mulai dari mengenali konsep dasar dikotomi kendali hingga melatih pikiran dengan teknik visualisasi negatif, berikut adalah kelima tipsnya.

1. Kenali dikotomi kendali, dasar pemikiran stoik

ilustrasi mengendalikan apa yang bisa dikendalikan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Stoikisme mengajarkan bahwa hidup ini terdiri dari dua hal, yaitu yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Pikiran, tindakan, dan keputusan ada di bawah kendali kita, sedangkan opini orang lain, cuaca, atau hasil dari usaha kita adalah hal yang tidak bisa diatur.

Bagi Stoik, perasaan cemas atau stres sering muncul karena terlalu banyak memikirkan hal yang tidak dapat dikontrol. Saat kita bisa menerima batasan ini, hidup akan terasa lebih ringan. Kita belajar untuk tidak reaktif pada hal-hal eksternal dan mengalihkan energi ke hal-hal yang bisa diubah.

2. Mulai dari pikiran dan tindakan

ilustrasi melatih pikiran (pexels.com/Christina Morillo)

Salah satu prinsip utama Stoikisme adalah fokus pada pikiran dan tindakan kita sendiri. Apa yang kamu pikirkan dan lakukan adalah hal yang sepenuhnya berada dalam kendalimu. Misalnya, kamu bisa memilih untuk tetap tenang meskipun berada dalam situasi yang sulit.

Dengan melatih pikiran untuk fokus pada apa yang ada di kendali, kita akan lebih bijak dalam mengambil keputusan. Langkah ini dapat membuat membuat hidup lebih damai serta meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain karena kita tidak lagi menuntut hal yang di luar kuasa mereka.

3. Latih diri dengan visualisasi negatif

ilustrasi memikirkan kemungkinan terburuk (pexels.com/Ariel Paredes)

Visualisasi negatif adalah teknik yang mengajarkan kita untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk. Bayangkan apa yang terjadi jika rencana gagal, seseorang tidak memenuhi ekspektasi, atau keadaan berubah drastis. Tapi ini bukan untuk membuat diri takut, melainkan untuk membangun ketenangan.

Dengan membayangkan hal terburuk, kita menjadi lebih siap menghadapi kenyataan. Teknik ini membantu mengurangi keterkejutan atau kekecewaan. Sebaliknya, saat situasi yang lebih baik terjadi, kita jadi lebih bersyukur.

4. Cintai takdir apa adanya

ilustrasi seorang sedang bahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Amor fati, atau cinta pada takdir, adalah inti dari filosofi Stoik. Konsep ini mengajarkan untuk menerima segala sesuatu yang terjadi dengan hati terbuka, baik itu menyenangkan maupun tidak. Menerima apa yang tidak bisa diubah adalah kunci untuk hidup lebih selaras.

Saat kita mampu mencintai takdir apa adanya, kita berhenti melawan realitas. Filosofi ini tidak berarti menyerah, melainkan menemukan kebahagiaan dalam perjalanan hidup, meskipun penuh tantangan. Amor fati mengajarkan kita untuk hidup dengan rasa syukur atas apa pun yang datang.

5. Kendalikan yang bisa, terima yang tidak

ilustrasi mengendalikan hal yang bisa dikontrol (pexels.com/picjumbo.com)

Dalam hubungan dengan orang lain, tidak semuanya ada di bawah kendali kita. Pendapat, tindakan, atau emosi mereka adalah hal yang tidak bisa kita atur. Tetapi kita bisa mengendalikan cara merespons atau menyikapi situasi tersebut.

Belajar membedakan kapan harus mencoba dan kapan harus menerima adalah seni hidup ala Stoik. Dengan melepaskan kebutuhan untuk mengontrol segalanya, kita membuka ruang untuk menerima kehidupan dengan lapang dada. Hubungan pun menjadi lebih sehat dan minim konflik.

Memisahkan hal yang bisa dikendalikan dan yang tidak adalah seni hidup yang mendalam dan membebaskan. Filosofi Stoik memberikan panduan praktis untuk fokus pada hal yang penting, menerima kenyataan, dan mencintai perjalanan hidup sebagaimana adanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team