Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi privasi (freepik.com/marymar)
ilustrasi privasi (freepik.com/marymar)

Intinya sih...

  • Gunakan fitur "Kirim sekali lihat" saat berbagi foto untuk mencegah penyalahgunaan gambar.

  • Batasi informasi pribadi di media sosial dengan pengaturan privasi yang ketat dan menghindari penggunaan foto wajah yang terlalu jelas.

  • Gunakan password yang unik, verifikasi dua langkah, waspadai izin aplikasi, dan hindari mengunggah informasi sensitif di internet untuk menjaga privasi di era AI.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa dampak besar bagi kehidupan digital manusia. Di satu sisi, AI mempermudah berbagai aktivitas, mulai dari bekerja, belajar, hingga berinteraksi sosial. Namun di sisi lain, teknologi ini juga menimbulkan ancaman baru terhadap privasi dan keamanan data pribadi. Informasi yang dibagikan di dunia maya bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, termasuk yang tidak bertanggung jawab.

Berbagai perusahaan besar kini mengandalkan AI untuk mengenali wajah, menelusuri perilaku online, hingga merekomendasikan konten yang dianggap relevan. Walau tampak efisien, sistem seperti ini sering kali menyimpan jejak digital yang bisa dianalisis secara mendalam. Berikut ini beberapa cara efektif untuk menjaga privasi di tengah pesatnya perkembangan teknologi AI.

1. Gunakan fitur "Kirim sekali lihat" saat berbagi foto

ilustrasi whatsapp (freepik.com/raw

Salah satu cara sederhana untuk menjaga privasi digital adalah dengan menggunakan fitur “kirim sekali lihat” pada aplikasi pesan instan. Fitur ini membuat foto atau video yang dikirim hanya bisa dilihat satu kali oleh penerima, dan setelah itu otomatis terhapus. Langkah kecil ini dapat mencegah penyalahgunaan gambar, seperti penyebaran tanpa izin atau manipulasi digital menggunakan teknologi AI.

Banyak platform komunikasi modern kini telah menyediakan fitur ini karena kesadaran terhadap pentingnya perlindungan privasi semakin meningkat. Dengan menerapkannya, risiko kebocoran data visual dapat ditekan, terutama di tengah maraknya penggunaan AI untuk membuat konten palsu seperti deepfake.

2. Batasi informasi pribadi di media sosial

ilustrasi media sosial (freepik.com/airdone

Media sosial sering menjadi sumber utama kebocoran data karena banyak orang tanpa sadar membagikan terlalu banyak informasi pribadi. Menyembunyikan profil dari publik, membatasi siapa yang bisa melihat unggahan, serta menghapus data sensitif seperti tanggal lahir, alamat, atau nomor telepon merupakan langkah penting. Pengaturan privasi yang ketat dapat mencegah algoritma AI atau pihak ketiga mengumpulkan data secara berlebihan.

Selain itu, menghindari penggunaan foto wajah yang terlalu jelas pada profil publik juga bisa membantu mengurangi risiko penyalahgunaan identitas. AI pengenal wajah kini mampu melacak seseorang hanya dari satu foto yang tersebar di internet. Dengan menampilkan informasi seperlunya, seseorang dapat tetap aktif di dunia maya tanpa mengorbankan privasi pribadinya.

3. Gunakan password yang unik

ilustrasi password (pixabay.com/gerarlt)

Kata sandi merupakan garis pertahanan pertama terhadap ancaman digital. Menggunakan kombinasi kata sandi yang kuat dan berbeda untuk setiap akun dapat meminimalkan potensi kebobolan. Selain itu, penting pula untuk memperbarui password secara berkala agar akun tetap aman dari serangan siber yang semakin canggih.

Verifikasi dua langkah atau two-factor authentication (2FA) juga sangat direkomendasikan. Sistem ini memberikan lapisan keamanan tambahan dengan meminta konfirmasi melalui perangkat lain, seperti kode OTP atau notifikasi aplikasi. Dengan cara ini, meskipun seseorang mengetahui kata sandi, mereka tetap tidak bisa mengakses akun tanpa konfirmasi tambahan.

4. Waspadai izin aplikasi

ilustrasi aplikasi handphone (pexels.com/pixabay)

Banyak aplikasi modern meminta akses ke berbagai data di perangkat, seperti lokasi, mikrofon, kamera, hingga daftar kontak. Walau beberapa izin dibutuhkan untuk fungsi aplikasi, ada juga yang memanfaatkan data tersebut untuk tujuan komersial atau analisis AI. Sebelum memberikan izin, pastikan aplikasi tersebut benar-benar terpercaya dan memiliki reputasi baik.

Jangan lupa untuk memeriksa pengaturan privasi pada setiap perangkat secara berkala. Beberapa sistem operasi kini menyediakan fitur untuk melihat aplikasi mana saja yang aktif menggunakan data pribadi. Ketika kamu mengendalikan izin tersebut, risiko pelacakan dan pengumpulan data tersembunyi bisa dikurangi secara signifikan.

5. Hindari mengunggah informasi sensitif di internet

ilustrasi data diri (freepik.com/daniel

Kehati-hatian dalam berbagi informasi menjadi kunci utama menjaga privasi. Informasi seperti kartu identitas, nomor rekening, atau dokumen penting sebaiknya tidak diunggah di media sosial atau platform umum. Meski niatnya untuk berbagi pengalaman, data semacam itu dapat digunakan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk kepentingan ilegal.

Menggunakan Virtual Private Network (VPN) dapat membantu menjaga kerahasiaan aktivitas online. VPN mengenkripsi koneksi internet sehingga data pribadi tidak mudah diakses oleh pihak luar, termasuk penyedia layanan internet atau situs web tertentu. Di tengah maraknya pengawasan digital yang melibatkan AI, penggunaan VPN menjadi salah satu langkah terbaik untuk menjaga kebebasan dan keamanan berinternet.

Menjaga privasi di era AI bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Teknologi yang semakin pintar tidak hanya membantu kehidupan, tetapi juga mampu memetakan pola kebiasaan seseorang dari data yang terkumpul.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team