Novel Puya ke Puya karya Faisal Oddang mengangkat budaya Toraja dengan epik dalam bentuk fiksi yang mudah dipahami pembaca. Konflik diawali setelah kematian Rante Ralla yang merupakan bangsawan atas (tana bulaan) dan semasa hidupnya menjadi ketua adat, Allu Ralla sebagai anak sulung diharuskan untuk menggelar upacara kematian (rambu solo) bagi bapaknya. Namun, Allu Ralla beranggapan bahwa rambu solo tidak harus diadakan, karena biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Tentunya, kerabat keluarga Ralla tidak sepakat dengan keputusan Allu, mereka mendesak bahwa adat harus dijaga, rambu solo harus digelar.
Puya artinya surga, Puya ke Puya artinya surga ke surga. Novel terbaik tahun 2015 versi Tempo ini mengulik warisan leluhur Toraja tentang makna kematian dan surga yang diturunkan dari generasi ke generasi. Apa saja kepercayaan penganut aluk todolo di Toraja tentang kematian dan surga dalam novel puya ke puya yang dipercayai masyarakat Toraja sampai sekarang? Yuk, menarik untuk mengetahuinya!