Makassar, IDN Times - Dalam kurun waktu berdekatan, dua pria di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), meninggal dunia diduga kuat bunuh diri berdasarkan keterangan pihak kepolisian. Korban pertama pada Jumat (11/7/2025) berinisial HY, seorang dosen di Universitas Negeri Makassar (UNM), kemudian pria berinisial NTT ditemukan tidak bernyawa di kamar indekos, Sabtu (12/7/2025).
Dua peristiwa ini menyorot persoalan kesehatan mental, tekanan sosial, dan minimnya ruang aman bagi individu yang sedang mengalami masalah. Kasus ini tentu menjadi perhatian penting agar hal serupa tidak terulang.
Konselor Psikologis, Muhammad Wija Hadi Perdana, mengungkapkan bahwa tindakan mengakhiri hidup tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Beberapa hal patut menjadi perhatian, antara lain perasaan putus asa berkepanjangan, kehilangan makna hidup, dan depresi berat.
"Serta muncul perasaan tidak didengar atau merasa tidak berharga. Apalagi korbannya ini laki-laki yang mungkin sulit atau tidak punya tempat untuk mengekspresikan, menyalurkan masalah yang dia hadapi," ucap Hadi kepada IDN Times, Kamis (17/7/2025).
Faktor lainnya, kata Hadi, gangguan kesehatan mental yang dialami, apalagi hidup yang penuh tekanan dan kurangnya dukungan sosial, kerap jadi pemicu utama orang memilih untuk mengakhiri hidup.
"Apalagi saya lihat dari kedua kasus tersebut, mereka ini sama-sama sudah berkeluarga. Kita anggap saja bahwa mungkin ada tekanan-tekanan dalam kehidupan berkeluarga itu yang menjadi salah satu pemicu," beber Hadi.
Hadi menambahkan pemicu lainnya, yaitu seseorang mengalami stres yang berkepanjangan dan tidak memiliki tempat untuk menjadi ruang pemulihan. "Kalau bicara soal stres kan, stres itu kadang membangun, tapi ketika sudah berkepanjangan itu bisa menjadi destruktif (merusak mental)," jelasnya.