Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

2 Kasus Pria di Makassar Bunuh Diri, Pentingnya Ruang Aman-Dukungan Mental

Depresi (pixabay)
Depresi (pixabay)
Intinya sih...
  • Dua pria di Makassar bunuh diri dalam waktu berdekatan, menyoroti pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental dan minimnya ruang aman bagi individu yang sedang mengalami masalah.
  • Konselor Psikologis, Muhammad Wija Hadi Perdana, mengungkapkan tanda-tanda seseorang yang memiliki kecenderungan bunuh diri, seperti perubahan perilaku secara drastis dan ucapan kode atau pesan yang dianggap hanya guyonan.
  • Peran keluarga dan lingkungan sangat krusial mencegah bunuh diri, dengan peka dan empati terhadap orang-orang di sekitar serta memberikan dukungan emosional dan ajakan untuk melakukan kegiatan positif.

Makassar, IDN Times - Dalam kurun waktu berdekatan, dua pria di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), meninggal dunia diduga kuat bunuh diri berdasarkan keterangan pihak kepolisian. Korban pertama pada Jumat (11/7/2025) berinisial HY, seorang dosen di Universitas Negeri Makassar (UNM), kemudian pria berinisial NTT ditemukan tidak bernyawa di kamar indekos, Sabtu (12/7/2025).

Dua peristiwa ini menyorot persoalan kesehatan mental, tekanan sosial, dan minimnya ruang aman bagi individu yang sedang mengalami masalah. Kasus ini tentu menjadi perhatian penting agar hal serupa tidak terulang.

Konselor Psikologis, Muhammad Wija Hadi Perdana, mengungkapkan bahwa tindakan mengakhiri hidup tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Beberapa hal patut menjadi perhatian, antara lain perasaan putus asa berkepanjangan, kehilangan makna hidup, dan depresi berat.

"Serta muncul perasaan tidak didengar atau merasa tidak berharga. Apalagi korbannya ini laki-laki yang mungkin sulit atau tidak punya tempat untuk mengekspresikan, menyalurkan masalah yang dia hadapi," ucap Hadi kepada IDN Times, Kamis (17/7/2025).

Faktor lainnya, kata Hadi, gangguan kesehatan mental yang dialami, apalagi hidup yang penuh tekanan dan kurangnya dukungan sosial, kerap jadi pemicu utama orang memilih untuk mengakhiri hidup.

"Apalagi saya lihat dari kedua kasus tersebut, mereka ini sama-sama sudah berkeluarga. Kita anggap saja bahwa mungkin ada tekanan-tekanan dalam kehidupan berkeluarga itu yang menjadi salah satu pemicu," beber Hadi.

Hadi menambahkan pemicu lainnya, yaitu seseorang mengalami stres yang berkepanjangan dan tidak memiliki tempat untuk menjadi ruang pemulihan. "Kalau bicara soal stres kan, stres itu kadang membangun, tapi ketika sudah berkepanjangan itu bisa menjadi destruktif (merusak mental)," jelasnya.

Penting memahami tanda-tanda seseorang berniat mengakhiri hidup

Konselor Psikologis, Muhammad Wija Hadi Perdana/Dok. Pribadi
Konselor Psikologis, Muhammad Wija Hadi Perdana/Dok. Pribadi

Hadi kemudian membeberkan tanda-tanda seseorang yang memiliki kecenderungan bunuh diri. Menurutnya, hal yang paling bisa terlihat atau diamati ialah perilaku seseorang yang berubah secara drastis.

"Awalnya mungkin berbaur di lingkungan, tiba-tiba menjadi pendiam atau menarik diri dari orang-orang sekitarnya," kata Hadi.

Tanda-tanda lainnya yang kerap kali luput dari perhatian ialah, seseorang telah memberikan kode atau pesan ia ingin bunuh diri melalui ucapan yang kita anggap hanya guyonan.

"Misal, 'sepertinya saya tidak berguna, mungkin lebih baik kalau tidak ada'. Pernyataan-pernyataan seperti itu mungkin yang sekarang tidak ditangkap oleh orang-orang sekitarnya," imbuhnya.

Lebih jauh, seseorang yang memiliki niat bunuh diri bisa juga dilihat dari perubahan minat atau hobi, mungkin dulu punya hobi tertentu sekarang menjadi orang yang meninggalkan hobinya. Kemudian lebih suka membereskan barang-barang, menyimpan barang-barang pribadinya yang penting seolah-olah menyiratkan pesan.

"Atau memberikan tanda-tanda berupa surat wasiat. Surat wasiat ini bisa diartikan juga sebagai pesan-pesan untuk orang-orang di sekitar korban," tuturnya.

Bahkan, orang yang tampak ceria di muka umum juga berisiko, namun mereka pandai menutupi bahwa ia sedang stres atau depresi. Orang-orang seperti itu, sebut Hadi, biasa disebut sebagai smiling depression.

"Hal-hal ini perlu untuk diwaspadai. Perubahan perilaku yang signifikan karena jangan sampai orang yang akhirnya tampil seolah-olah bangkit dari keterpurukan, terlihat banyak senyum, kita mesti wanti-wanti jangan sampai di dalam hatinya sudah mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup," kata Hadi.

Peran keluarga dan lingkungan sangat krusial mencegah bunuh diri

Ilustrasi kesehatan mental (pexels.com/Cup of Couple)
Ilustrasi kesehatan mental (pexels.com/Cup of Couple)

Hadi mengatakan, lingkungan sekitar sangat berperan penting mencegah seseorang melakukan bunuh diri. Apabila melihat kerabat, tetangga atau orang-orang di sekitar kita menunjukkan tanda-tanda hendak mengakhiri hidupnya, maka kita harus peka dan empati.

"Kalau kita melihat orang di sekitar kita ada yang kelelahan secara emosional, tidak masalah kita menanyakan kepada mereka, apa yang bisa kami bantu, bagaimana kondisi hatimu, suasana hatimu akhir-akhir ini," ucap Hadi.

Kemudian, kita juga bisa tawarkan menjadi teman curhat mereka, serta memberikan dukungan emosional dan mengajak melakukan kegiatan-kegiatan positif. Bahkan kita bisa menyarankan mereka untuk mengunjungi psikolog.

"Tapi mungkin bagi sebagian orang, terutama laki-laki itu mungkin tidak menyukai kalimat perintah, misal 'sepertinya kamu butuh kondisi psikolog, datang ke sana, ke psikolog'," tandasnya.

Hadi menyarankan kalimat itu diubah, seperti "Saya punya kenalan, mungkin butuh teman cerita, saya bisa antar ke sana". Sehingga orang tersebut punya opsi bahwa ada tempat untuk curhat atau konseling.

"Di Makassar itu khususnya, di bawah naungan DP3A, itu punya layanan yang namanya Puspaga. Ini bisa diakses gratis oleh warga Makassar yang butuh untuk bercerita kepada psikolog, bukan hanya untuk perempuan, laki-laki pun boleh mengakses secara gratis layanan ini.," bebernya.

Hadi berpesan kepada masyarakat, betapa pentingnya menjaga kesehatan mental. Menurutnya, orang-orang yang membicarakan kesehatan mental itu bukan tanda kelemahan. Tapi mereka dianggap sebagai orang yang berani untuk memperbaiki diri.

"Ketika kita menganggap kesehatan mental itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan merasa terluka, maka itu adalah suatu yang paling tepat untuk mencari bantuan," tukasnya.

Hadi menekankan, bahwa jangan pernah membiarkan gangguan kesehatan mental itu berlarut-larut karena dampaknya sangat berbahaya. "Kalau diibaratkan dengan kondisi fisik, jangan kita menunggu luka itu komplikasi baru kita mencari bantuan karena pasti pemulihannya akan lebih lama," tandasnya.

Terutama, lanjut Hadi, saat gejala-gejalanya sudah muncul seperti mengalami stres berkepanjangan, sedih berkepanjangan, kehilangan minat hidup, sudah sulit menjalani aktivitas secara normal, dan muncul pikiran untuk menyakiti diri, hal itu merupakan tanda bahaya, maka segera mencari bantuan.

"Memang sangat penting untuk memiliki support system di lingkungan kita, orang-orang yang saling mendukung, sehingga waktu untuk berbagi cerita itu ada, waktu untuk stres release itu bisa kita buat di lingkungan kita," Hadi menekankan.

Ia juga sangat berharap orang-orang mampu mengubah pola pikirnya yang menganggap bahwa orang yang ke psikolog itu adalah orang gila. "Orang yang ke psikolog itu adalah orang yang layak mendapatkan dukungan. Sehingga tidak perlu takut atau malu untuk bisa mendapat pertolongan," tutup Hadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us