Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App

10 Kata Bahasa Indonesia yang Alami Penurunan Makna atau Peyorasi 

ilustrasi buku (unsplash.com/Sarah Noltner)

Kamu pernah gak memerhatikan bagaimana kata-kata yang kamu gunakan sehari-hari bisa berubah maknanya seiring waktu? Kata yang awalnya netral atau bermakna positif bisa berubah menjadi berkonotasi negatif. Nah, fenomena semacam ini disebut dengan peyorasi. Peyorasi adalah salah satu bentuk perubahan makna, yakni makna baru memiliki nilai rasa yang lebih rendah dibanding makna sebelumnya.

Kita bisa menemukan kata bahasa Indonesia yang mengalami peyorasi dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata tersebut umumnya digunakan dalam percakapan sehari-hari, surat kabar, flyer, dan lainnya. Supaya kamu lebih memahami apa itu peyorasi, berikut merupakan sejumlah contoh kata bahasa Indonesia yang mengalami penurunan makna.

1.Kata "bui" mengalami peyorasi karena kata tersebut mengacu pada unsur-unsur negatif, seperti hukuman, konteks ancaman, tindakan melanggar hukum, dan peringatan

ilustrasi orang dipenjara (pexels.com/Donald Tong)

2.Kata "beranak" saat ini memiliki nilai rasa yang lebih rendah dibanding zaman dahulu, sebab kata tersebut cenderung ditujukan untuk hewan

ilustrasi sebuah keluarga (pexels.com/Arina Krasnikova)

3.Kata "pengangguran" secara semantik dikategorikan sebagai peyorasi jika dibandingkan dengan kata "tunakarya", sebab dinilai lebih rendah dan kurang bermartabat

ilustrasi orang overthinking (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi orang overthinking (pexels.com/Andrea Piacquadio)

4.Dulu kata "bini" dianggap sebagai kata yang lazim dan umum digunakan dalam masyarakat, tetapi kata tersebut sudah tidak lazim di masa sekarang

ilustrasi sebuah keluarga (pexels.com/Vlada Karpovich)

5.Kata "jomlo" mulanya bermakna netral, kini seringkali dikaitkan dengan kesepian atau kurangnya keberuntungan dalam percintaan

ilustrasi orang bersedih (pexels.com/Pixabay)

6.Kata "cekok" bermakna meminumkan secara paksa dengan memeraskannya ke dalam mulut, kata tersebut kerap dikaitkan dengan perbuatan tercela

ilustrasi orang bercengkrama (pexels.com/fauxels)

7.Dulu kata "aneh" berarti berbeda, ajaib, atau tidak biasa, kini sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang dianggap tidak normal, tidak wajar, atau bahkan mencurigakan

ilustrasi orang tertawa (pexels.com/Alexander Suhorucov)

8.Kata "raib" bermakna hilang yang sering dihubungkan dengan kejadian-kejadian buruk seperti pencurian, kehilangan harta benda, dan lainnya

ilustrasi orang overthinking (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

9.Kata "berahi" dalam bahasa Indonesia saat ini berkaitan dengan seksualitas atau dapat diartikan sebagai "hasrat seksual"

ilustrasi patah hati (pexels.com/Monstera Production)

10.Secara umum kata "embat" berarti mengambil atau meraih, tetapi di masa kini kata tersebut memberikan kesan negatif karena dihubungkan dengan sikap yang tidak sopan dibanding kata "ambil" yang berkonotasi netral

ilustrasi orang bertukar kado (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi orang bertukar kado (pexels.com/RDNE Stock project)

Contoh-contoh kata peyorasi tersebut menunjukkan betapa dinamisnya suatu bahasa. Masih ada contoh kata peyorasi lainnya yang dapat kamu temukan dalam kegiatan sehari-hari. Apakah kamu punya contoh lain?

Fenomena peyorasi tidak hanya terjadi pada bahasa Indonesia ya, tetapi juga pada bahasa-bahasa lain di dunia. Selain dipengaruhi oleh faktor intrinsik, perubahan makna ini juga disebabkan oleh faktor sosial dan budaya.

Share
Editorial Team
Riani Shr
EditorRiani Shr