Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Tips Bikin Portofolio Keren Ala Gen Z, Gak Harus Ribet!

ilustrasi seseorang membawa CV (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi seseorang membawa CV (pexels.com/cottonbro studio)

Di era digital seperti sekarang, portofolio udah jadi senjata utama buat menunjukkan kemampuan kamu, apalagi kalau kamu kerja di bidang kreatif, digital, atau freelance. Tapi sayangnya, masih banyak Gen Z yang bingung gimana cara bikin portofolio yang menarik tapi tetap simpel dan gak makan waktu banyak. Padahal, portofolio yang oke bisa jadi tiket buat dilirik HRD atau klien potensial.

Gen Z dikenal melek teknologi dan jago eksplorasi platform digital. Nah, kamu bisa manfaatkan kelebihan ini buat bikin portofolio yang gak cuma keren, tapi juga merepresentasikan kepribadian dan skill kamu. Tenang aja, kamu gak perlu jadi master desain buat bikin portofolio yang stand out.

Kalau kamu pengin mulai bikin atau upgrade portofolio, ini dia tujuh tips simpel tapi ampuh yang bisa bikin hasilnya maksimal tanpa harus ribet. Yuk, langsung cek satu-satu!

1. Tentukan tujuan portofolio kamu dari awal

ilustrasi CV (freepik.com/m.salama)
ilustrasi CV (freepik.com/m.salama)

Sebelum bikin, kamu harus tahu dulu tujuan portofoliomu. Apakah untuk apply kerja, menarik klien, atau buat dokumentasi karya pribadi? Tujuan ini bakal ngaruh banget ke isi dan gaya penyajiannya. Portofolio untuk desain grafis, misalnya, tentu beda pendekatannya dengan portofolio untuk penulisan atau manajemen proyek.

Dengan tujuan yang jelas, kamu jadi lebih fokus dalam memilih konten dan gak asal masukin semua karya. Ingat, portofolio bukan tempat buat pamer semua hal, tapi buat menunjukkan yang terbaik dan paling relevan!

2. Pilih platform yang sesuai dan mudah diakses

ilustrasi aplikasi LinkedIn (pexels.com/BM Amaro)
ilustrasi aplikasi LinkedIn (pexels.com/BM Amaro)

Gak harus bikin website sendiri kalau kamu belum terbiasa. Sekarang ada banyak platform gratis dan gampang dipakai seperti Canva, Behance, Notion, Google Drive, atau bahkan Instagram khusus portofolio. Pilih yang paling cocok dengan kebutuhan kamu dan mudah diakses siapa pun yang kamu kirimkan.

Yang penting, tampilannya rapi, mudah dibaca, dan bisa dibuka lewat HP maupun laptop. Jangan sampai portofolio kamu kece di desain tapi susah diakses, ya!

3. Masukkan karya terbaik, bukan yang paling banyak

ilustrasi aplikasi LinkedIn (pexels.com/Shantanu Kumar)
ilustrasi aplikasi LinkedIn (pexels.com/Shantanu Kumar)

Kualitas lebih penting daripada kuantitas. Gak perlu masukin semua hasil kerja kamu, cukup pilih 5–10 karya terbaik yang paling mewakili kemampuan dan style kamu. Kalau perlu, kasih sedikit penjelasan atau konteks dari tiap karya apa tantangannya, apa peranmu, dan hasil akhirnya gimana.

Ini bakal bantu reviewer atau HR memahami proses kerjamu, bukan cuma hasil akhirnya aja. Dengan begitu, kamu dinilai sebagai orang yang punya skill plus cara berpikir yang matang.

4. Tampilkan identitas dan gaya khas kamu

ilustrasi CV (freepik.com/m.salama)
ilustrasi CV (freepik.com/m.salama)

Portofolio bukan cuma soal kerjaan, tapi juga soal personal branding. Tambahkan elemen yang menunjukkan siapa kamu, bisa lewat warna, tone tulisan, atau gaya presentasi yang khas. Tapi tetap pastikan gak terlalu ramai atau berlebihan.

Kalau kamu orangnya fun dan playful, kasih sentuhan desain yang ceria. Kalau kamu lebih profesional dan elegan, pakai gaya yang minimalis dan sleek. Dengan begitu, portofolio kamu jadi lebih berkarakter dan berkesan.

5. Sertakan bio singkat dan kontak yang mudah dihubungi

ilustrasi portofolio seseorang (freepik.com/freepik)
ilustrasi portofolio seseorang (freepik.com/freepik)

Jangan lupa tulis sedikit tentang dirimu di bagian awal atau akhir portofolio. Gak perlu panjang, cukup 2–3 kalimat tentang siapa kamu, bidang yang kamu geluti, dan hal yang kamu cari (pekerjaan, proyek freelance, kolaborasi, dll).

Lalu, cantumkan juga kontak aktif seperti email, LinkedIn, atau akun media sosial profesional. Pastikan semua tautan bisa diklik dan gak typo. Hal kecil ini bisa bantu banget kalau ada rekruter atau klien yang tertarik dan mau langsung hubungi kamu.

6. Update secara berkala biar gak kelihatan jadul

ilustrasi CV (freepik.com/pikisuperstar)
ilustrasi CV (freepik.com/pikisuperstar)

Portofolio yang keren tapi isinya udah ketinggalan zaman bakal nurunin nilainya. Usahakan kamu rutin update portofolio minimal tiap 3–6 bulan sekali. Tambahkan proyek baru, hapus yang udah gak relevan, dan perbaiki penampilan visualnya kalau perlu.

Dengan update rutin, kamu juga bisa lihat perkembangan skill kamu dari waktu ke waktu. Ini bisa jadi penyemangat dan bukti nyata kalau kamu terus bertumbuh!

7. Minta feedback dari orang lain sebelum dikirim

ilustrasi seseorang memposting di aplikasi LinkedIn (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi seseorang memposting di aplikasi LinkedIn (freepik.com/rawpixel.com)

Sebelum kamu kirim atau publikasikan portofolio, ada baiknya kamu minta pendapat dari teman, mentor, atau orang yang paham di bidangmu. Kadang kita suka kelewat detail kecil atau salah format yang bisa bikin kesan jadi kurang maksimal.

Feedback juga bisa bantu kamu lihat dari sudut pandang orang lain, dan siapa tahu mereka punya saran bagus buat memperkuat presentasimu. Jangan takut dikritik, karena dari situlah kamu bisa berkembang.

Bikin portofolio keren ala Gen Z itu gak harus ribet dan mahal. Dengan strategi yang tepat dan tools yang kamu punya sekarang, kamu bisa tampil profesional dan menarik perhatian tanpa harus jago desain atau coding.

Jadi, dari tujuh tips tadi, kamu udah pernah coba yang mana? Atau justru udah siap bikin portofolio versi kamu sendiri?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us