Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Siapa Lebih Rentan Burnout: Introvert atau Extrovert?

Ilustrasi pria bermain handphone (pexels.com/Kaboompics)
Intinya sih...
  • Burnout bisa datang ke siapa saja, tanpa memandang apakah seseorang introvert atau extrovert. Kepribadian dapat memengaruhi seberapa cepat energi mental terkuras.
  • Introvert butuh waktu sendiri untuk mengisi ulang energi setelah beraktivitas sosial, sementara extrovert mendapatkan energi dari berinteraksi dengan orang lain.
  • Introvert dan extrovert sama-sama bisa mengalami burnout, kuncinya adalah memahami kebutuhan energi masing-masing dan menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

Burnout bisa datang ke siapa saja, tanpa peduli apakah seseorang lebih suka keramaian atau justru lebih nyaman dengan kesendirian. Tapi, apakah cara seseorang berinteraksi dengan dunia luar bisa memengaruhi seberapa cepat rasa lelah itu datang? Ternyata, kepribadian punya peran besar dalam menentukan seberapa cepat energi mental terkuras.

Banyak yang mengira extrovert lebih tahan banting karena sering terlihat aktif dan penuh semangat. Di sisi lain, introvert sering dianggap lebih cepat lelah karena cenderung menyimpan energi. Tapi, apakah stereotip itu benar? Yuk, cari tahu lebih dalam tentang bagaimana kepribadian ini memengaruhi risiko burnout.

1. Kebutuhan energi yang berbeda

pria menyendiri (pexels.com/Andrew Neel)

Introvert biasanya butuh waktu sendiri untuk mengisi ulang energi setelah beraktivitas sosial. Bagi mereka, terlalu banyak interaksi sosial bisa terasa menguras tenaga. Waktu untuk menyendiri jadi kunci utama supaya pikiran tetap segar dan tenang.

Sebaliknya, extrovert justru mendapatkan energi dari berinteraksi dengan orang lain. Lingkungan yang ramai sering membuat mereka merasa hidup dan termotivasi. Tapi, ini bukan berarti extrovert kebal terhadap burnout, karena tekanan sosial yang terus-menerus juga bisa melelahkan.

2. Tekanan sosial yang dirasakan

ilustrasi pria dan wanita sedang bekerja (pexels.com/fauxels)

Introvert sering merasa tertekan saat harus beradaptasi di lingkungan yang menuntut banyak interaksi. Rasa cemas bisa muncul ketika harus terus-menerus berbicara atau bersosialisasi. Jika dibiarkan, tekanan ini bisa mempercepat kelelahan mental.

Bagi extrovert, tekanan sosial biasanya datang dari kebutuhan untuk selalu terlihat aktif dan ceria. Mereka bisa merasa terjebak dalam ekspektasi untuk terus bersosialisasi. Lama-kelamaan, tuntutan ini bisa menyebabkan stres berlebih yang berujung pada burnout.

3. Tanda-tanda burnout berbeda

ilustrasi anak sedang kesepian (pexels.com/Pixabay)

Introvert yang mengalami burnout cenderung merasa lelah secara emosional dan mulai menarik diri dari lingkungan. Mereka bisa merasa kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai. Saat burnout menyerang, waktu sendiri jadi semakin penting untuk memulihkan energi.

Extrovert, di sisi lain, mungkin menunjukkan tanda burnout dengan merasa bosan, mudah marah, atau gelisah saat tidak bisa bersosialisasi. Ketika energi mental terkuras, mereka mulai kehilangan semangat, meskipun berada di tengah keramaian. Situasi ini sering membuat mereka bingung karena tidak biasa merasa lelah di lingkungan sosial.

4. Siapa yang lebih cepat burnout?

Ilustrasi dua wanita bermain handphone (pexels.com/Brett Sayles)

Jawabannya, tidak ada yang pasti. Baik introvert maupun extrovert bisa mengalami burnout dengan cara yang berbeda. Semuanya tergantung pada bagaimana seseorang menjaga keseimbangan antara aktivitas dan waktu istirahat.

Yang terpenting adalah mengenali batas diri. Introvert butuh ruang untuk menyendiri, sementara extrovert perlu waktu untuk menenangkan pikiran. Memahami kebutuhan pribadi adalah langkah pertama untuk mencegah burnout.

Introvert dan extrovert sama-sama bisa mengalami burnout, meski dengan cara berbeda. Kuncinya adalah memahami kebutuhan energi masing-masing. Menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat sangat penting. Mengenali batas diri adalah langkah awal untuk tetap sehat secara mental.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us