Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Mikhail Nilov)

Intinya sih...

  • Setuju di rapat, ngeluh di belakang

  • Sering bilang “terserah” tapi wajahnya beda cerita

  • Suka menunda pekerjaan sebagai bentuk protes diam-diam

Lingkungan kerja yang sehat sangat bergantung pada komunikasi terbuka, saling percaya, dan sikap profesional. Sayangnya, masih banyak perilaku yang secara tidak sadar justru merusak dinamika tim dari dalam. Salah satu yang paling berbahaya tapi sering diabaikan adalah sikap pasif-agresif.

Sikap pasif-agresif biasanya muncul lewat tindakan tidak langsung, sindiran halus, atau penolakan terselubung. Orang yang melakukannya mungkin tidak merasa sedang berkonflik, tapi dampaknya bisa sangat merusak. Agar suasana kantor tetap sehat, yuk kenali delapan sikap pasif-agresif yang sebaiknya kamu hindari.


1. Setuju di rapat, ngeluh di belakang

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Yan Krukau)

Di ruang rapat, orang ini terlihat kooperatif, menyetujui keputusan tim, dan tidak menunjukkan keberatan apa pun. Namun setelah pertemuan selesai, ia mulai mengeluh ke rekan lain atau menyabot hasil keputusan secara diam-diam. Sikap ini menciptakan kebingungan dan keraguan di antara anggota tim.

Lama-kelamaan, kepercayaan terhadapnya akan menurun karena dianggap tidak jujur dalam menyampaikan pendapat. Rekan kerja jadi ragu apakah dukungan yang ditunjukkan tulus atau sekadar basa-basi. Komunikasi yang tidak konsisten seperti ini bisa menjadi bom waktu dalam kerja sama tim.


2. Sering bilang “terserah” tapi wajahnya beda cerita

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Ivan Samkov)

Ungkapan “terserah kamu aja” terdengar netral, tapi nada suara dan ekspresi wajah sering kali menceritakan hal sebaliknya. Ada rasa kesal atau ketidaksetujuan yang sengaja disimpan tanpa diungkapkan secara terbuka. Hal ini membuat orang lain merasa tertekan dan bingung harus bertindak bagaimana.

Ketika ekspresi tidak sejalan dengan kata-kata, suasana kerja pun jadi tidak nyaman. Rekan kerja merasa serba salah, takut disalahkan jika keputusan yang diambil tidak disukai. Padahal semua itu bisa dicegah jika masing-masing mau berkomunikasi secara jujur dan terbuka.


3. Suka menunda pekerjaan sebagai bentuk protes diam-diam

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Alih-alih menyampaikan ketidaksetujuan secara langsung, dia memilih menunda-nunda tugas tanpa alasan jelas. Ini sering kali digunakan sebagai bentuk perlawanan terhadap instruksi atau keputusan yang tidak disukainya. Sayangnya, dampak dari sikap ini dirasakan oleh seluruh tim.

Keterlambatan pekerjaan bisa mengacaukan alur kerja dan menghambat pencapaian target bersama. Padahal, jika ada keberatan, menyampaikannya secara langsung bisa membuka ruang diskusi. Sikap pasif-agresif semacam ini hanya akan memperkeruh suasana dan menurunkan produktivitas tim.


4. Melempar sindiran halus tapi menusuk

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/MART PRODUCTION)

Daripada memberi kritik secara terbuka, dia lebih suka menyelipkan sindiran dalam bentuk kalimat manis tapi tajam. Contohnya seperti, “Wah, kamu cepet banget pulang, pasti kerjaannya udah selesai semua ya?”—yang terdengar ramah tapi sebenarnya menyudutkan. Kalimat seperti ini sering menimbulkan perasaan tidak nyaman.

Rekan kerja yang jadi sasaran sindiran mungkin tidak langsung membalas, tapi perasaannya bisa terganggu. Komentar menyindir yang diulang terus menerus bisa menumpuk jadi konflik emosional. Lebih baik menyampaikan masukan secara langsung daripada menyembunyikannya di balik senyuman.


5. Diam saat dibutuhkan, aktif saat menyindir

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dalam forum diskusi atau saat tim butuh masukan, dia memilih diam dan tidak berpartisipasi. Tapi di belakang, dia justru aktif mengomentari keputusan atau membicarakan kelemahan orang lain. Ini menciptakan suasana kerja yang tidak sehat dan penuh ketidakpercayaan.

Diam bukan berarti netral jika niatnya hanya untuk menghindari tanggung jawab. Ketika seseorang memilih pasif saat dibutuhkan tapi aktif saat menyindir, itu menunjukkan sikap tidak konstruktif. Tim akan kehilangan dinamika yang sehat dan merasa tidak aman bekerja dengannya.


6. Enggan memberi bantuan, tapi nggak pernah bilang terus terang

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Saat diminta bantuan, dia berkata, “Nanti, ya,” tapi tidak pernah benar-benar menindaklanjuti. Kadang dia bahkan pura-pura lupa atau menghindar tanpa alasan jelas. Ini memberi harapan palsu yang akhirnya membuat orang lain kecewa.

Sikap seperti ini menunjukkan ketidakjujuran dalam berinteraksi profesional. Lebih baik menyatakan tidak bisa membantu daripada memberikan janji kosong. Ketegasan dan kejujuran justru lebih dihargai dalam budaya kerja yang sehat.


7. Bersikap manis di depan atasan, nyinyir ke rekan sejawat

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Tiger Lily)

Di depan atasan, dia terlihat mendukung, penuh hormat, dan patuh terhadap keputusan pimpinan. Tapi setelah itu, dia menyebarkan keluhan atau mengkritik keputusan atasan ke sesama rekan kerja. Sikap ini menciptakan lingkungan kerja yang penuh bisik-bisik dan rasa tidak aman.

Rekan kerja jadi ragu untuk mempercayainya karena merasa dia bersikap dua wajah. Jika ada kritik terhadap atasan, sebaiknya disampaikan melalui jalur yang tepat. Pasif-agresif terhadap keputusan atasan hanya akan memperkeruh hubungan profesional di kantor.


8. Ngasih kritik terselubung lewat humor atau candaan

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kalimat seperti, “Kamu sih emang udah langganan telat, ya,” sering dibungkus dengan tawa atau nada bercanda. Tapi bagi yang mendengar, komentar seperti itu bisa terasa menyakitkan dan tidak lucu sama sekali. Candaan pasif-agresif sering kali sulit dibalas tanpa memicu konflik.

Rekan kerja yang jadi sasaran biasanya bingung harus menanggapi dengan serius atau ikut tertawa saja. Kritik yang dibalut lelucon memang terkesan ringan, tapi tetap bisa melukai. Jika ingin memberi masukan, sampaikan dengan cara yang lebih jujur dan membangun.

Sikap pasif-agresif mungkin tidak selalu disadari, tapi dampaknya nyata dalam merusak suasana kerja. Komunikasi yang tidak jujur dan tindakan tidak langsung justru memperlemah kepercayaan tim. Jika ingin suasana kantor yang sehat, kita perlu belajar menyampaikan pendapat secara terbuka dan menghormati orang lain dengan cara yang dewasa.



This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team