5 Hal yang Mempersulit Bangkit dari Kegagalan, Salah Teman Kumpul

- Kegagalan adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, namun harus diterima sebagai bagian dari kehidupan
- Pilih teman yang positif dan optimis untuk mengurangi perasaan terpuruk setelah kegagalan
- Jangan membesar-besarkan kegagalan, fokus pada proses menuju kesuksesan dengan usaha maksimal
Kalau manusia bebas memilih, tentu semuanya ingin langsung berhasil saja. Apa pun yang menjadi keinginanmu, mengalami kegagalan memang bukan pengalaman yang menyenangkan. Namun dengan fakta bahwa manusia tidak bisa mengendalikan semua hal di dunia ini, kamu harus bisa bersahabat dengan kegagalan.
Bahkan bila itu terjadi berkali-kali dalam hidupmu. Membiasakan diri dengan kegagalan akan mengurangi perasaan terpukul. Gagal sendiri meski menyakitkan bukanlah yang terburuk. Ada yang lebih perlu dicegah, yaitu ketidakmampuanmu bangkit dari kegagalan. Ini yang akan menjadi penentu seperti apa kehidupanmu selanjutnya.
Kalau kamu tidak bisa bangkit dari kegagalan sama dengan hidupmu terhenti. Artinya, ada proses yang tak akan berlanjut. Bila ini selalu terjadi saat dirimu gagal di berbagai medan perjuangan, hidupmu menjadi berjalan di tempat. Bangkit dari kegagalan dan kembali bergerak menuju kesuksesan memang tak mudah. Namun, waspadai lima hal berikut yang akan makin mempersulit momen kebangkitanmu.
1. Berkumpul dengan sesama orang gagal dan pesimis

Orang cenderung mencari teman yang senasib untuk merasa lebih nyaman. Harapannya, berkumpul bersama orang-orang yang keadaannya sama dapat membuat mereka bisa mengungkapkan kekecewaan masing-masing sampai lega. Ini ada benarnya, tetapi kamu mesti lebih berhati-hati dalam memilih kawan senasib.
Jangan berkumpul dengan sesama orang gagal dan pesimis. Kamu yang sebenarnya masih punya optimisme pun dapat terpengaruh menjadi sama pesimisnya dengan mereka. Kalaupun dirimu gak nyaman berdekatan dengan orang-orang yang sedang merayakan keberhasilan, tetaplah pilih-pilih kawan.
Bertemu atau berkomunikasilah dengan sesama orang yang baru-baru ini gagal dalam sesuatu, tetapi dia tidak patah arang. Meski semangatnya menipis setelah gagal, minimal gak habis sama sekali. Kalau kamu berkumpul bersama empat orang yang seperti ini dan masing-masing berbagi sisa semangat 20 persen saja, optimisme kalian akan kembali 100 persen.
2. Membesar-besarkan kegagalan yang dialami

Kegagalan yang tidak dibesar-besarkan saja sudah terasa buruk. Apalagi dengan dirimu membuatnya seakan-akan lebih parah daripada aslinya. Meski awalnya kamu mungkin cuma ingin lebih diperhatikan dan didukung oleh orang lain, akibat buruknya justru ke diri sendiri. Mereka berusaha memotivasimu seperti apa pun, dirimu telanjur merasa terlalu terpuruk.
Sebagai contoh, kamu hanya gagal mendapatkan nilai A untuk suatu mata kuliah. Akan tetapi, dirimu menyikapinya seolah-olah gagal lulus dengan mendapatkan nilai D bahkan E. Nilai B memang gak sebagus A. Namun, jangan memperburuk perasaanmu dengan melebih-lebihkan kegagalan yang dialami.
Jangan sampai kamu seperti tertipu oleh pikiran sendiri. Bila kegagalan disikapi sebatas seperti realitasnya, kamu tidak akan merasa begitu buruk. Kecewa pasti ada, tetapi dirimu masih bisa berlega hati karena antara harapan dengan kenyataan gak terpaut terlalu jauh. Kamu mampu menghibur diri dengan berkata bahwa posisimu masih lumayan.
3. Terlampau yakin usahamu sudah semaksimal mungkin

Walaupun rasanya kemarin kamu sudah mengerahkan seluruh kemampuanmu, hati-hati mendefinisikan upaya yang maksimal. Kalau dirimu hanya melihat perjuangan menuju kesuksesan dari apa yang terjadi kemarin, tentu usahamu sudah sebaik mungkin sesuai kemampuanmu saat itu. Namun, ingat bahwa kesuksesan adalah perjalanan panjang.
Maknanya, upayamu yang kemarin rasanya sudah mati-matian pun belum bisa dibilang maksimal lantaran masih banyak tahapan berikutnya yang perlu dicoba. Kamu bisa membayangkan perjalananmu menuju keberhasilan sebagai tangga. Total ada 20 anak tangga yang mengular. Dirimu baru berusaha maksimal dan gagal di anak tangga pertama.
Masih ada 19 anak tangga lagi yang menantangmu untuk menunjukkan upaya terbaikmu. Usaha maksimal menuju kesuksesan tidak dihitung per satu tantangan. Kamu harus siap berpeluh sampai tantangan di 20 anak tangga itu benar-benar terselesaikan. Termasuk jika dirimu perlu mengulang usaha di setiap anak tangga.
4. Membandingkan diri dengan orang yang sedang merayakan kesuksesan

Jangan berusaha melihat bintang ketika kamu berada di dasar jurang. Dirimu bakal merasa jarak di antara kamu dan bintang itu begitu jauh. Bahkan mungkin dirimu hanya bisa menyaksikan kegelapan langit yang membuat nyalimu kian ciut. Lihatlah pada dinding jurang di sekitarmu.
Adakah cukup banyak bebatuan atau akar-akar pohon yang bisa dijadikan pijakan dan pegangan ketika kamu memanjat? Begitu pula saat dirimu mengalami kegagalan. Nasibmu akan terasa kian nahas apabila kamu sibuk membandingkan diri dengan orang yang sedang berada di puncak kesuksesan.
Rasanya bakal tambah menyakitkanmu seperti menggarami luka. Kamu tentu memerlukan sumber inspirasi, tetapi jangan mencarinya dari orang yang situasi hidupnya sedang amat berbeda darimu. Benar dia juga pasti pernah gagal sebelum ini. Akan tetapi, melihatnya sekarang tengah merayakan keberhasilan ketika kamu terpuruk tentu membuatmu sangat tidak nyaman.
5. Rasa malu terlalu besar

Kegagalan memang dapat membuatmu malu karena kemampuanmu ternyata tidak sebesar keyakinanmu. Apalagi kalau tadinya kamu sudah bersikap sok seolah-olah dapat memastikan keberhasilanmu. Akan tetapi, fokus pada rasa malu hanya akan menambah bebanmu dan mempersulit kebangkitanmu.
Kamu merasa seakan-akan semua orang melihat pada kegagalanmu dan mencela. Padahal meski mereka tahu dirimu gagal dalam sesuatu, tak lama kemudian perhatiannya juga sudah teralihkan pada hal-hal lain. Ada terlalu banyak kejadian di dunia ini dan orang tidak mungkin cuma berfokus padamu.
Bahkan selalu terjadi sesuatu di kehidupan mereka sendiri. Tak seorang pun terlampau memedulikan keberhasilan atau kegagalanmu. Suatu momen telah terlewat berarti kehidupan mereka juga terus berlanjut. Kamu merasa semua orang masih memperhatikanmu karena dirimu dalam posisi terhenti oleh keterpurukan. Cobalah untuk gak sepenuhnya berhenti berusaha atau mencari peluang berikutnya agar rasa malu cepat berlalu.
Tidak ada kegagalan yang menyenangkan. Namun, jangan biarkan kondisimu kian buruk dengan lima hal di atas. Kamu akan merasa lebih baik kalau bisa segera bangkit. Kegagalan akan selalu mewarnai perjuanganmu. Ketabahan dalam menerimanya serta kegigihan buat kembali melanjutkan usaha sangat diperlukan.