Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berjabat tangan (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Karyawan yang dekat dengan atasan lebih diapresiasi, merusak motivasi karyawan bertalenta.
  • Penghargaan yang tidak adil menurunkan semangat kerja dan memicu konflik di tempat kerja.
  • Perusahaan kehilangan tenaga ahli karena kurangnya penghargaan dan promosi yang adil, merugikan pertumbuhan perusahaan.

Keadilan di tempat kerja tak hanya soal aturan jam kerja dan pembagian tugas, tapi juga perihal apresiasi terhadap kontribusi. Ketika seseorang dapat promosi atau penghargaan karena kinerja baiknya, bukan relasi dekat dengan atasan, maka kepercayaan dan loyalitas dalam tim semakin tumbuh.

Namun, sayang sekali terkadang masih ada praktik-praktik mengapresiasi bukan karena prestasinya, tapi berdasarkan kedekatannya. Karyawan yang dekat dengan atasan kerap dimudahkan naik jabatan, dapat banyak penghargaan bahkan yang sebetulnya belum waktunya. Dampaknya tak main-main, seperti berikut ini.

1.Karyawan berprestasi tak lagi termotivasi

ilustrasi orang yang kurang termotivasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika penghargaan diberikan kepada yang dekat-dekat saja dan mengabaikan karyawan yang memang memiliki kemampuan, maka mereka yang beprestasi pun bisa kehilangan motivasi. Upayanya selama ini seolah tak dihargai. Mereka yang berdedikasi merasa diabaikan, apalagi jika telah berulang, kekecewaan pun dirasakan.

Sistem penghargaan seperti ini menurunkan semangat kerja yang lainnya. Kekecewaan yang memuncak, membuat mereka enggan untuk produktif lagi. Jika dibiarkan berlarut, situasinya merugikan banyak pihak, dari karyawan yang menurun performanya hingga perusahaan yang mengalami kerugian.

2.Perasaan tak adil antarkaryawan memunculkan kecemburuan

ilustrasi orang merasa iri terhadap keberhasilan orang lain (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ketika ini diteruskan terjadi, maka memunculkan perasaan tak diperlakukan adil. Bahkan, lebih buruk lagi bisa memengaruhi relasi antara karyawan. Muncul rasa iri karena yang kurang berkontribusi malah lebih diapresiasi. Kepercayaan kepada manajemen pun berkurang, perlahan menghilang.

Konflik tak terhindarkan, budaya kerja jadi gak baik. Tak lagi saling mendukung dan kompak, namun di belakang bisa saling menjatuhkan. Ketidakharmonisan karena penilaian yang hanya didasarkan kedekatan akan merusak lingkungan kerja. Kini, bukan lagi tentang siapa yang berkompeten, namun siapa yang bisa dekat dengan pembuat keputusan.

3. Kolaborasi kerja semakin gak karuan

ilustrasi berdebat (pexels.com/cottonbro)

Sudah tak lagi asyik seperti dulu ketika saling terbuka dan membantu, setelah ada keputusan siapa yang dapat penghargaan dan pemenangnya ternyata mengejutkan. Sosok yang sebenarnya kurang ada kontribusinya malah dapat penghargaan.

Untuk menciptakan tim yang solid perlu membangun rasa saling percaya. Namun, karena kenyataannya begini, maka yang ada muncul curiga yang membuat kegiatan kolaborasi gak berjalan apik. Alih-alih fokus pada tujuan bersama, masing-masing malah waspada dan enggan terbuka. Hasilnya, komunikasi tim pun rusak, dan berpengaruh ke banyak aspek.

4.Kehilangan talenta-talenta yang sebenarnya potensial

ilustrasi bekerja secara profesional (pexels.com/fauxels)

Tak pernah dapat apresiasi meski terbukti banyak sekali mencetak prestasi, namun yang biasa saja malah dapat karena bisa dekat dengan atasan. Lama-lama mereka yang potensial mengembangkan perusahaan pun memilih pergi di tempat yang lebih dihargai.

Satu per satu mengundurkan diri dan masuk ke perusahaan yang mampu bersikap adil dalam memberi kesempatan promosi jabatan maupun apresiasi karyawan berprestasi. Kehilangan tenaga ahli yang berpengalaman, berdedikasi dan profesional saat bekerja tentu merugi.

Jika banyak yang keluar, maka akan memakan waktu lagi untuk dapat pengganti yang berkompeten. Meski ada proses seleksi dulu, pelatihan karyawan baru, dan sebagainya. Semua ini bisa diminimalkan jika atasan lebih bijaksana dan adil, serta transparan dalam pemberian penghargaan terhadap karyawannya.

5.Sulit menarik karyawan baru yang punya talenta bagus

ilustrasi karyawan berkualitas (pexels.com/ANTONI SHKRABA)

Ketika sudah banyak yang keluar dan tersebar pula alasannya, maka kredibilitas perusahaan tentu dipertanyakan. Orang-orang berkompeten pun enggan untuk memasukkan lamaran karena sudah banyak jadi perbincangan tentang sistem promosi jabatannya.

Akibatnya, menarik karyawan bertalenta berkualitas pun sulit dilakukan, apalagi biasanya mereka juga mengutamakan keadilan dan budaya lingkungan kerja yang sehat. Betapa pentingnya membangun sistem yang transparan dan adil demi menjaga nama baik perusahaan juga.

Berikan penghargaan kepada mereka yang memang pantas menerimanya. Lihat kontribusinya yang selama ini bekerja profesional. Cek juga ke lapangan untuk dapat informasi kenyataan yang terjadi. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan untuk kesejahteraan karyawan dan pertumbuhan perusahaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team