Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bos dan karyawan (pexels.com/fauxels)
ilustrasi bos dan karyawan (pexels.com/fauxels)

Pernah nggak sih, merasa udah kerja keras tapi tetap stagnan di posisi yang sama? Atau justru merasa bersalah saat ambil cuti padahal itu hak? Dunia kerja sering kali terlihat simpel dari luar, tapi sebenarnya penuh jebakan ilusi yang bisa bikin kita terjebak dalam siklus kerja yang nggak sehat.

Ilusi-ilusi ini bisa datang dari budaya kantor, ekspektasi diri sendiri, sampai tekanan sosial yang tanpa sadar terbentuk. Kalau nggak disadari, bisa-bisa kita terus terjebak dalam pola yang menguras mental dan produktivitas. Nah, berikut empat ilusi di dunia kerja yang sering menjebak tanpa kita sadari mungkin salah satunya sedang kamu alami sekarang. Simak sampai selesai, ya!

1. Kerja keras pasti diapresiasi

ilustrasi rapat kantor (pexels.com/fauxels)

Ini salah satu ilusi paling umum: kalau kerja keras, pasti naik jabatan atau setidaknya diakui. Padahal kenyataannya, kerja keras aja nggak cukup. Dunia kerja juga menilai dari komunikasi, koneksi, dan kemampuan menunjukkan hasil. Banyak yang kerja dari pagi sampai malam, tapi tetap nggak kelihatan performanya karena nggak bisa “jualan” hasil kerjanya.

Apresiasi di kantor bukan selalu soal siapa yang paling capek, tapi siapa yang paling terlihat kontribusinya. Maka dari itu, penting juga buat tahu cara mengomunikasikan hasil kerja ke atasan dan tim. Jangan sampai kerja kerasmu jadi invisibel cuma karena nggak dibicarakan.

2. Loyalitas ke perusahaan akan dibalas setimpal

ilustrasi rekan kerja sedang berjalan bersama (pexels.com/Sora Shimazaki)

Setia ke perusahaan memang baik, tapi bukan berarti harus mengorbankan semuanya. Banyak yang bertahan di satu tempat bertahun-tahun dengan harapan akan dibalas dengan promosi atau perlakuan istimewa. Padahal, realitasnya kadang nggak seindah itu. Perusahaan bisa berubah arah kapan saja—dan loyalitasmu belum tentu jadi pertimbangan utama.

Penting untuk ingat kalau pekerjaan itu hubungan dua arah. Kalau perusahaan memberikan tempat tumbuh dan berkembang, loyalitas bisa jadi hal yang alami. Tapi kalau sudah nggak seimbang, jangan ragu untuk evaluasi ulang. Nggak salah kok mikirin karier pribadi.

3. Promosi adalah bukti kesuksesan

ilustrasi rapat kantor (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Banyak orang menganggap naik jabatan sebagai satu-satunya bukti sukses di dunia kerja. Padahal promosi bukan selalu soal prestasi, tapi juga strategi, politik kantor, bahkan kadang keberuntungan. Ada juga yang justru lebih bahagia di posisinya sekarang, tapi jadi insecure karena belum naik jabatan.

Kesuksesan bisa punya bentuk yang berbeda-beda. Ada yang sukses karena bisa kerja sambil tetap punya waktu buat keluarga, ada juga yang sukses karena bisa kerja sesuai passion meski gajinya standar. Jangan sampai terjebak ilusi promosi sebagai satu-satunya tolak ukur keberhasilan.

4. Produktif berarti harus sibuk terus

ilustrasi wanita sedang ngoding (pexels.com/Christina Morillo)

Sering banget nih: kalau nggak sibuk, merasa bersalah. Seolah-olah kalau nggak kelihatan kerja keras, berarti nggak produktif. Padahal, sibuk dan produktif itu dua hal yang beda. Kadang justru yang paling sibuk malah kerja nggak efisien karena nggak tahu prioritas.

Produktivitas sejati datang dari hasil, bukan dari seberapa banyak waktu yang dihabiskan di depan laptop. Belajar memanfaatkan waktu secara cerdas dan punya waktu istirahat yang cukup itu juga bagian dari kerja yang sehat dan berkualitas.

Dunia kerja penuh dengan ilusi yang bisa bikin kita terus mengejar sesuatu yang nggak realistis, bahkan melelahkan. Mulai dari kerja keras tanpa arah, loyalitas yang nggak dihargai, hingga definisi sukses yang sempit semua bisa menjebak kalau kita nggak sadar.

Yuk, mulai sadari dan evaluasi lagi posisi kita di dunia kerja. Apakah masih dijalanin dengan sadar, atau sudah jadi rutinitas kosong yang melelahkan? Pernahkah kamu merasa terjebak di salah satu ilusi ini? Coba ceritain pengalamanmu dan yuk diskusi bareng!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team