12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa Lalu

Kamu mungkin merasa asing dengan penampakannya kini

Makassar, IDN Times - Semua sepakat bahwa Makassar adalah sebuah kota dengan nilai historis tinggi. Bisa dilihat kok dari banyaknya gedung-gedung tua berarsitektur Eropa yang masih berdiri kokoh hingga detik ini.

Ada yang terbengkalai dan keliatan kusam karena usia. Namun ada juga yang dipelihara, dipugar sampai digunakan menjadi kantor untuk instansi pemerintahan.

Tapi kamu tahu gak, tata pusat kota Makassar sekarang tidak banyak berubah sejak masa kolonial Belanda. Artinya, jalan-jalan yang warga Makassar lewati setiap hari, mungkin aja sudah dijejaki leluhur mereka dulu.

Nah, berikut ini IDN Times menampilkan 12 foto jadul beberapa ruas jalan ibu kota Sulawesi Selatan tersebut.

1. Arendsburg, yang sekarang menjadi bagian dari Jalan Arief Rate

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Sebelum jadi pusat kuliner dan kawasan ekonomi kayak sekarang, jalan ini dulu jadi pemukiman warga lokal dengan hamparan padang rumput untuk ternak. Tapi, pertigaan seperti yang terlihat di gambar kemungkinan besar adalah yang kini menjadi Jalan Sultan Hasanuddin (kiri) dan Jalan Botolempangan (kanan).

Arendsburg kurang lebih berarti "kota burung elang". Mana elangnya? (Circa. 1898-1907).

2. Passarstraat, atau Pasar Straat, yang sekarang dikenal sebagai Jalan Nusantara

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Kayak namanya, kawasan ini sejak dahulu memang udah dikenal sebagai pusat perniagaan. Tengok aja ruko-ruko yang berjejeran di sisi kiri dan kanan jalan. Meski kini sudah kelihatan modern, sejumlah bangunan tua masih tetap dipelihara dan berfungsi sebagai toko. (Circa. 1930-an).

3. Tromplaan (artinya: trombon) yang sekarang dikenal sebagai Jalan Chairil Anwar

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Ruas jalan sempit yang kini menjadi salah satu kawasan elit Makassar tersebut dulu ditinggali bangsawan Eropa dan saudagar peranakan. Tunggu dulu, apa hubungan jalan tersebut dengan salah satu alat musik tiup yang sulit banget dipelajarin? (Circa. 1930-1935).

4. Hoogepad (artinya: Jalur Tinggi), yang sekarang menjadi Jalan Ahmad Yani

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluTropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures

Nama jadul jalan ini emang unik, tapi bukan tanpa alasan. Hoogepad dulunya adalah kawasan elite berisi rumah para petinggi kolonial Belanda, atasan para ambtenaar (pegawai pemerintah). Dan di ujung Hoogepad ini, terdapat Gereja Katedral Makassar yang berdiri sejak 1898. (Circa. 1865-1900).

Baca Juga: Menapaki Jejak Sejarah Kereta Api di Sulawesi Selatan

5. Komedielaan (artinya: Jalan Pertunjukan Komedi) yang sekarang menjadi Jalan Kajoalalido

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Meski disebut sebagai jalan pertunjukan pengundang gelak tawa, gak ada gedung pertunjukan kabaret atau teater yang berdiri di sepanjang ruas jalan ini. (Circa. 1900-1920).

6. Pemandangan Koningsplein atau Alun-alun Raja dari Hoogepad pada saat siang hari

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Kamu tahu gak, padang nan luas di foto di atas sekarang dikenal sebagai Lapangan Karebosi? Hayo jawab, kamu sering jogging atau sekadar nongkrong di Karebosi kan? (Circa. 1920-an).

7. Emmastraat (artinya: Jalan Emma) yang sekarang menjadi Jalan Moh. Hatta

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Lihat di sisi kanan jalan. Itu semua adalah gudang-gudang yang berfungsi menampung komoditas ekspor seperti kopi, cengkeh dan lain-lain. Emma yang dimaksud di sini adalah Emma of Waldeck and Pyrmont (1858-1934), permaisuri Raja William III dan ibu suri Ratu Wilhelmina. (Circa. 1930-1935).

8. Hospitaalweg (artinya: Jalan Rumah Sakit) yang sekarang menjadi Jalan Jenderal Sudirman, ruas jalan terpanjang di Makassar

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Di sinilah berdiri salah satu rumah sakit tertua yakni RS Pelamonia (dulu RS Militer) dan gedung sekolah menengah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Jadi, di sini bukan cuma Mall Ratu Indah doang, ya. (Circa. 1930-an).

9. Keramaian aktivitas masyarakat di Prins Hendrik Laan (artinya: Jalan Pangeran Hendrik) yang sekarang menjadi bagian dari Jalan Riburane

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Di sini berdiri gedung Societeit de Harmonie (kini Gedung Kesenian Sulsel) yang dulunya jadi tempat para pegawai. Belanda melepas penat di akhir pekan. Dansa, musik dan pesta. Santuy versi kolonial gitu deh. (Circa. 1898-1907).

10. Postkantoorweg (artinya: Jalan Kantor Pos) yang sekarang menjadi Jalan Slamet Riyadi

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Di ruas jalan ini berdiri kantor Post- Telegraaf- en Telefoondienst (PTT, Pos, Telegraf dan Layanan Telpon) dan masih difungsikan sebagai kantor Pos Indonesia cabang Makassar. Sayang, nggak ada yang tahu persis apakah menara yang tinggi menjulang dalam foto ini adalah bagian dari kantor PTT atau bukan. Kamu bisa bantu jawab? (Circa. 1900-1920).

11. Generaal van Daalenweg (artinya: Jalan Jenderal van Daalen)

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Gak diketahui di mana letak persis jalan ini atau namanya sekarang. Namun, pemilihan nama jalannya berlatar belakang historis. Gotfried Coenraad Ernst van Daalen adalah salah satu pemimpin operasi pemadaman Pemberontakan Aceh secara brutal di tahun 1904. Van Daalen lahir di Makassar pada 23 Maret 1863. (Circa. 1930-an).

12. Heerenweg (artinya: Jalan Juragan) yang kini menjadi Jalan Sultan Hasanuddin

12 Potret Ruas Jalan Makassar di Masa LaluCollectie Tropenmuseum

Jika kamu perhatikan beberapa foto sebelumnya, ternyata pemandangannya sama aja, ya? Pohon di kiri-kanan jalan, rumah warga dengan pagar putih, serta kesan sepi. (Circa. 1930-an).

Jalan trombone, elang, saudagar, sampai pertunjukan komedi. Kok bisa ya namanya seperti itu? Dalam buku "Makassar Doeloe, Makassar Kini, Makassar Nanti" (Yayasan Losari, 2000), dijelaskan kalau alasan penamaan tersebut mengikuti tata ruang di Amsterdam, ibu kota Kerajaan Belanda beserta koloninya. Nama-nama jalan yang sekarang kita tahu, baru diubah secara bertahap setelah masa kemerdekaan Indonesia.

Oke, pertanyaannya udah terjawab ya. Paham mi ki?

Baca Juga: Merunut Jejak Panjang Terorisme di Sulawesi Selatan

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau
  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya