Nonton Bareng Kinefilia: Melihat Progres Sinema Bawah Tanah Makassar

Tema film-film Makassar masih kurang beragam

Makassar, IDN Times - Dalam rangka peringatan Hari Film Nasional sekaligus 100 Tahun Usmar Ismail, komunitas sineas Makassar Kinefilia bersama kolektif kreatif Sipulung Carita menggelar acara nonton bareng pada Selasa malam (30/3/2021).

Bertempat di PAKOPI Folks and Garden Jl. Hertasning, acara bertajuk "Kilas Balik" ini memutar 16 film pendek karya sejumlah sineas Makassar. Mulai dari Aditya Ahmad (pemenang film pendek Venice International Film Festival 2018), Ayu Kartika, Rahman Saade hingga Rachmat Hidayat Mustamin.

"Kita sebenarnya ingin kembali merayakan nonton secara luring di Hari Film Nasional. Kita melihat di Jakarta sudah menerapkan virtual cinema di Kinesaurus dan Kolektif Film. Tapi kita merasa kurang efektif. Ada sesuatu yang hilang dirasa jadi kita ingin mengembalikan kultur nonton bioskop, berkumpul di suatu tempat," ujar ketua panitia sekaligus sineas lokal, Khozy Rizal, kepada IDN Times.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film yang Wajib Ditonton jika Kamu Suka Film Soul

1. Para penonton disuguhkan belasan film-film sineas Makassar dengan beragam tema

Nonton Bareng Kinefilia: Melihat Progres Sinema Bawah Tanah MakassarSuasana acara nonton bareng film pendek karya sineas-sineas Makassar bertajuk "Kilas Balik" yang diadakan oleh Kinefilia di PAKOPI Folks & Garden, Selasa 30 Maret 2021. (Dok. Kinefilia)

Acara dibula pemutaran film "Pagar", debut penyutradaraan Aditya Ahmad yang rilis tahun 2006. Film ini mengisahkan kecintaan beberapa anak pesantren kepada klub PSM Makassar. Keinginan mereka untuk menonton langsung Juku Eja di stadion terhalang ketatnya izin dari pengurus pesantren.

Tak cuma tentang fanatisme, beberapa film turut mengangkat beragam topik. Mulai dari persahabatan di tengah rusuh 1998 dalam "Telepon Kaleng" (2013, Rahman Saade), "Kedai Jujur" (2015, M. Rais) yang memperlihatkan krisis kejujuran, hingga dilema asmara antara lelaki dengan seorang transpuan dalam karya Rachmat Hidayat Mustamin berjudul "A Tree Growing Inside My Head" (2016).

"Kita juga sebenarnya ingin menunjukkan sinema underground Makassar dengan tema-tema menarik, di luar daripada biasanya seperti yang kita nonton di bioskop. Dengan adanya pemutaran film ini, kita ingin menunjukkan bahwa ternyata banyak isu-isu yang berbeda yang ingin kita tunjukkan ke khalayak ke Makassar," lanjut Khozy.

2. Tajuk "Kilas Balik" dipilih sebab penonton diajak melihat progres perfilman Makassar dari tahun ke tahun

Nonton Bareng Kinefilia: Melihat Progres Sinema Bawah Tanah MakassarSuasana acara nonton bareng film pendek karya sineas-sineas Makassar bertajuk "Kilas Balik" yang diadakan oleh Kinefilia di PAKOPI Folks & Garden, Selasa 30 Maret 2021. (Dok. Kinefilia)

Tajuk "Kilas Balik" tak cuma tentang perayaan Hari Film Nasional. Tak cuma melihat karya-karya lawas atau kepingan suasana Makassar dekade 2000-an, penonton diajak melihat perkembangan para sineas independen. Mulai dari tema yang diangkat, perubahan dari segi sinematografi dan lain-lain.

Di sisi lain, Khozy mengakui bahwa proses kurasi film-film ini agak buru-buru. Segala persiapan baru dimulai lima hari sebelumnya. Karya yang diputar pun tak cuma berasal dari para sineas, ada juga yang merupakan garapan panitia sekaligus sesama sineas. Khozy pun turut menyumbang "Annisa" (2018), mengisahkan seorang remaja putri penghuni asrama sekolah agama yang diam-diam mencintai teman sekamarnya.

Meski yang menonton cukup banyak, dan menaati protokol kesehatan, Khozy menyebut target penonton belum tercapai.

"Kita juga mengharapkan yang datang bukan cuma dari lingkar film maker lokal. Malah orang-orang di luar itu. Cuma mungkin karena kurang persiapan yang datang beberapa orang ji," jelasnya.

3. Ke depannya, Kinefilia berencana melakukan acara nobar secara reguler

Nonton Bareng Kinefilia: Melihat Progres Sinema Bawah Tanah MakassarSuasana acara nonton bareng film pendek karya sineas-sineas Makassar bertajuk "Kilas Balik" yang diadakan oleh Kinefilia di PAKOPI Folks & Garden, Selasa 30 Maret 2021. (Dok. Kinefilia)

Berbicara sebagai sineas, Khozy menyebut tema film-film Makassar masih kurang beragam. Padahal masih banyak tema bisa digali, untuk karya yang lebih bernas.

"Menurut saya kurang transparan karena sisi gelap kota ini menurut saya kurang diekspos di film lokal Makassar."

"Dari keresahan itu, saya menulis skenario dan membuat film pendek yang menunjukkan hal tersebut. Berbicara tentang gender, maskulinitas. Walaupun agak serius, cuma menurut saya sangat krusial. Tahun ini, film pendek saya yang baru selesai syuting Januari kemarin akan rilis. Judulnya 'Lika Liku Laki'," ungkapnya.

Ke depannya, Kinefilia akan aktif mengadakan acara serupa secara rutin. "Targetnya itu dua kali sebulan," jelas Khozy.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Film Terbaik yang Mengangkat Isu Kesehatan Mental

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya