Larut dalam Seni Masa Prasejarah di Buku "Yang Hilang Ditelan Kuasa"

Jadi buku rangkuman acara Makassar Biennale 2021 di Pangkep

Makassar, IDN Times - Salah satu buku yang lahir dari helatan Makassar Biennale (MB) 2021 adalah Yang Hilang Ditelan Kuasa (Yayasan Makassar Biennale, 2022). Buku tersebut berisi transkripsi pembukaan dan simposium rangkaian acara MB 2021 yang berlangsung di Kampung Belae, Desa Kabba, Kecamatan Minasa Tene, Kabupaten Pangkep, pada 25 September hingga 2 Oktober 2021.

Buku tersebut menyajikan cara pandang dalam membahas area pegungan karst yang membentang dari Maros hingga Pangkep. Tak cuma dari segi sejarah peradaban prasejarah dunia dan Sulawesi, melainkan juga memandangnya dari sisi kesenian.

Baca Juga: Makassar Biennale, Kisah Para Penulis Buku Ramuan di Segitiga Wallacea

1. Makassar Biennale 2021 di Pangkep membahas temuan prasejarah di kawasan karst

Larut dalam Seni Masa Prasejarah di Buku Yang Hilang Ditelan KuasaKegiatan Makassar Biennale 2021 di Kampung Belae, Desa Kabba, Kabupaten Pangkep. (Dok. Yayasan Makassar Biennale)

Di Kampung Belae sendiri terdapat Gua Sakapo yang berisi lukisan cap tangan dan perburuan binatang. Ini cuma salah satu dari ratusan gua, yang sudah atau belum dieksplorasi, dengan seni cadas di kawasan karst Maros-Pangkep.

Berdasarkan publikasi jurnal ilmiah Science Advances pada Januari 2021, lukisan babi (Sus celebensis) di Leang Tedongnge di Kelurahan Balleangin, Kecamatan Balocci, jadi yang tertua di dunia yakni berusia sekitar 45.500 tahun. 

"Temuan arkeologis berupa lukisan cadas yang melekat abadi di dinding gua menunjukkan praktik kebudayaan di masa yang jauh, 40 ribuan tahun yang lalu (deep time) yang kemudian menggemparkan tatanan masyarakat ilmiah dan artistik dunia," demikian keterangan tertulis yang diterima IDN Times pada Jumat (6/1/2023).

2. Seni cadas di Maros-Pangkep ditinjau dari berbagai perspektif

Larut dalam Seni Masa Prasejarah di Buku Yang Hilang Ditelan KuasaLukisan gua di Leang Tedongnge, kawasan karst Maros-Pangkep, yang disebut sebagai seni cadas tertua di dunia. (Dok. Basran Burhan)

Buku Yang Hilang Ditelan Kuasa sendiri jadi upaya untuk membincangkan kembali posisi dan kawasan karst dalam ekosistem ekologis dan kebudayaan. Dalam tulisan yang bertindak sebagai pembuka, penulis-peneliti Nurhady Sirimorok menulis bagaimana sifat kreatif manusia luntur akibat perkembangan zaman serta segala tuntutannya.

Lalu Louie Buana dan Maharani Budi dari Lontara Project membicarakan tantangan menginterpretasikan ulang sejarah Bessé dan lukisan purba kawasan karst Maros-Pangkep melalui visual stortelling.

Bessé sendiri adalah temuan kerangka perempuan yang diperkirakan hidup sekitar 7.200 tahun lampau di Leang Panningnge (kawasan karst Maros-Pangkep), Desa Batu Pute, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros. Dipublikasikan melalui jurnal ilmiah Nature pada Agustus 2021, Bessé yang berasal dari rumpun Melanesia kian menarik sebab ternyata kerangkanya mengandung DNA Denisovan yang masih menjadi misteri para ilmuwan.

3. Buku tersebut juga jadi rangkuman simposium MB 2021 Pangkep selama sembilan hari

Larut dalam Seni Masa Prasejarah di Buku Yang Hilang Ditelan KuasaSuasana kegiatan Makassar Biennale 2021 di Kampung Belae, Desa Kabba, Kabupaten Pangkep. (Dok. Yayasan Makassar Biennale)

Selain itu, buku setebal 192 halaman tersebut juga menjadi rangkuman dari kegiatan simposium MB 2021 di Pangkep selama 9 hari. Mulai dari upaya menjawab teka-teki lukisan purba di Belae, "menyusuri" garis waktu peradaban manusia, pembahasan tentang gambar gua yang jadi peninggalan prasejarah, ditambah praktik penyebarluasan hingga pengarsipan materi sejarah.

Yang Hilang Ditelan Kuasa sendiri juga akan dibedah pada hari Sabtu ini (7/1/2023) oleh Komunitas Rumah Saraung Pangkep. Bertindak sebagai pembicara yakni pegiat karst Adi Supriadi yang hadir di MB 2021, Muhammad Syakur selaku analis layanan perpustakaan daerah Pangkep, serta jurnalis Badauni AP.

Baca Juga: Apa Kabar Geopark Maros-Pangkep setelah Diakui UNESCO?

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya