Jalan Panjang Bumi Manusia Hingga Akhirnya Diangkat ke Layar Lebar

Pram selalu tidak puas dengan film adaptasi karyanya

Makassar, IDN Times - Gegap gempita hiasi pemberitaan sejumlah media saat Hanung Bramantyo mengumumkan dirinya mengambil alih kursi pemimpin usaha memindah isi novel pembuka Tetralogi Buru, Bumi Manusia (1980), ke medium layar lebar pada Maret 2018 silam. Animo serupa juga terjadi kala Richard Oh didapuk sebagai sutradara film adaptasi karya monumental lain Pramoedya Ananta Toer yakni Perburuan (1950).

Upaya menerjemahkan karya Pram ke pita seluloid sebenarnya bukan perkara baru. Pada dekade 1950-an, sejumlah cerita pendek milik penulis kelahiran Blora itu diangkat menjadi film seperti Peristiwa Surabaja Gubeng (rilis 1956) ---dari cerita pendek Gambir yang ditulis pada 1953-- dan Biola (rilis 1957) --dari cerita pendek Anak Haram yang ditulis pada 1952--. Peran sebagai penulis cerita pun dilakoni Pram.

1. Riri Riza, bersama Mira Lesmana dan Jujur Prananto, sempat diserahi tanggung jawab adaptasi film dari novel Bumi Manusia

Jalan Panjang Bumi Manusia Hingga Akhirnya Diangkat ke Layar LebarInstagram.com/rizariri

Pasca keruntuhan Orde Baru dan dicabutnya aturan penyitaan media cetak yang dianggap gangguan keamanan dan ketertiban, usaha pengejawantahan karya Pram kembali membara. Bumi Manusia yang sudah rilis di bioskop seluruh Indonesia sebenarnya sempat melalui proses jatuh-bangun lantaran sejumlah sutradara silih berganti masuk, coba mewujudkan visi Pram semaksimal mungkin. Bahkan sutradara Hollywood sekelas Oliver Stone pun kepincut meski ditolak oleh Pram sendiri.

Pada tahun 2004 silam, Elang Perkasa Film mendapat restu --atau lebih tepatnya tanda tangan-- Pram untuk  adaptasi film Bumi Manusia. Nilai kontraknya sendiri disinyalir hingga miliaran rupiah. Atas pertimbangan biaya produksi, Sinemart kemudian diajak turut serta. Sempat kesulitan bertemu sineas tepat, pasangan produser-sutradara Mira Lesmana dan Riri Riza plus penulis naskah Jujur Prananto digaet. Prosesnya tetap berlanjut setelah Pram mangkat pada 2006.

2. Sutradara Garin Nugroho sempat terlibat, namun mundur atas alasan perbedaan visi

Jalan Panjang Bumi Manusia Hingga Akhirnya Diangkat ke Layar LebarIDN Times/Prayugo Utomo

Namun, proyek besutan Riri-Mira-Jujur sempat tak ada kabarnya beberapa saat. Nasibnya simpang siur, hingga pada awal tahun 2007 tersiar kabar sutradara Garin Nugroho dan penulis naskah Armantono masuk ke dalam gerbong proyek. Lantaran kebiasaan Garin merevisi skenario yang sudah rampung, Jujur sudah yakin bahwa hasil kerjanya tak terpakai.

Namun, Bumi Manusia tak berjodoh dengan sosok gaek perfilman Indonesia tersebut. Saat persiapan pra-produksi hampir rampung, Garin mundur dengan alasan perbedaan visi. Mira Lesmana kembali terlibat pada medio 2010-2012. Segala sesuatu disiapkan mulai dari audisi pemain hingga pencarian lokasi syuting. Sayang, usaha menggaet investor penyokong dana berujung jalan buntu. Padahal, riset dan pengembangan naskah sudah dilakukan.

3. Nasib adaptasi pembuka Tetralogi Buru temui jalan terang di bawah Falcon Pictures

Jalan Panjang Bumi Manusia Hingga Akhirnya Diangkat ke Layar LebarIDN Times/Dhea Senduk

Waktu berlalu, Hatoek Soebroto selaku pemilik Elang Perkasa Film wafat pada 9 Oktober 2015. Hak adaptasi yang sudah lewat tenggat kontrak kemudian berpindah ke Falcon Pictures. Awalnya, pihak Falcon hanya membidik adaptasi novel Perburuan. Namun, keluarga Pram turut menyodorkan Bumi Manusia. Tawaran menggiurkan tersebut tentu saja langsung disambar oleh perusahaan film yang berdiri pada 1 Februari 2010 tersebut.

Neti sendiri sempat geger dengan kabar bahwa Anggy Umbara diberi tanggung jawab sebagai sutradara. Mayoritas ragu lantaran track record Anggy yang berkecimpung di genre komedi-aksi. Namun pemilik Falcon, HB Naveen, kemudian mempercayakan adaptasi Bumi Manusia ke tangan Hanung Bramantyo. Bagi Hanung, ini adalah mimpi yang menjadi nyata.

Baca Juga: Sebelum Bumi Manusia, Ini 6 Film yang Juga Diperankan Iqbaal Ramadhan

4. Bagi Hanung Bramantyo, menggarap Bumi Manusia ibarat mimpi yang menjadi nyata

Jalan Panjang Bumi Manusia Hingga Akhirnya Diangkat ke Layar LebarIDN Times/Stella Azasya

Hanung adalah penggemar berat karya Pram sejak masih duduk di bangku SMA. Bahkan saat menempuh pendidikan di Institut Kesenian Jakarta, ia pernah datang langsung ke rumah sang penulis di Bojong Gede, Bogor, pada tahun 1996/1997, minta izin memfilmkan Nyai Ontosoroh, salah satu tokoh sentral di Bumi Manusia, sebagai tugas ujian tengah semester. Namun Hanung tak mampu membeli hak adaptasi novel. Bisa dipahami, lantaran Pram dan keluarga menggantungkan hidup dari hasil penjualan buku.

Suami Zaskia Adya Mecca itu sempat mengiyakan tawaran Bumi Manusia pasca sukses Ayat-Ayat Cinta pada 2008. Kendati mengaku rela tak dibayar, tak ada kabar lanjutan perihal tawaran tersebut. Akhirnya gayung bersambut pada tawaran kedua. Di tangan Hanung, mahakarya yang lahir dari proses kreatif seorang penulis dalam dinginnya terungku rezim diktator, akhirnya lahir sebagai film pada 15 Agustus 2019.

5. Mendiang Pram enggan berbicara perihal keterlibatannya di dunia perfilman Indonesia dekade 1950-an

Jalan Panjang Bumi Manusia Hingga Akhirnya Diangkat ke Layar LebarDok. Pribadi Pramoedya Ananta Toer

Lantas bagaimana Pram memandang film yang diadaptasi dari karya fiksinya? Semasa hidup, ia jarang menyinggung keterlibatannya dalam layar perak dekade 1950-an. Sebagian menduga alasannya adalah agar dapur tetap mengepul. Kondisi ekonomi rumah tangga memburuk usai lawatan ke Tiongkok. Menjadi penulis cerita pun dilakoninya demi menyambung hidup.

Alasan kedua tertera dengan gamblang di buku memoar Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995). Pram menulis "...kemudian hubungan baru dengan dunia film, sekalipun ternyata kelak film-film yang dibuat itu sangat mengecewakan." (hal. 160). Ya, kualitas film yang berasal dari naskah garapannya ternyata jauh dari ekspektasi si penulis.

Sulit menerka reaksi Pram --jika masih hidup-- melihat penonton antri hendak menonton film yang naskah novelnya sempat ditulis pada bungkus rokok. Namun terlepas dari segala kritik, hal yang selama ini ditunggu-tunggu seorang Pramoedya Ananta Toer akhirnya terwujud: merayakan kebebasan.

Baca Juga: 10 Kutipan Mengena di Hati dari Pramoedya Ananta Toer di Bumi Manusia

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya