Masih Jadi Momok, Angka Kasus Stroke di Indonesia Ternyata Meningkat

Stroke adalah penyebab kematian tertinggi di Indonesia

Makassar, IDN Times - Stroke masih menjadi momok mengerikan bagi masyarakat Indonesia. Riset terbaru Kementerian Kesehatan menyebut penyakit mematikan tersebut masih menjadi penyebab kematian nomor satu di negeri ini yakni lebih dari 15%. Kemudian disusul hipertensi, diabetes, kanker dan penyakit paru kronis.

Dalam temu wicara Week Stroke Campaign jelang Hari Stroke Sedunia 29 Oktober di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) pada Jumat (25/10) kemarin, dr. Mursyid Bustami selaku Direktur RSPON kembali mengingatkan perihal bahaya stroke. 

"Jadi stroke yang dulu tahun 90-an menduduki rangking kelima, sekarang rangking kesatu. Jadi stroke menempati rangking kesatu sebagai penyebab kematian," ujarnya seperti dikutip dari laman kantor berita Antara.

1. Pada tahun 2018, kejadin stroke di Indonesia mencapai 10,9 per 1.000 orang

Masih Jadi Momok, Angka Kasus Stroke di Indonesia Ternyata Meningkatunsplash.com/Luis Melendez

Data yang dijabarkan turut menunjukkan bahwa prevalensi (proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu) kejadian stroke di Indonesia mencapai tujuh di antara 1.000 penduduk berdasarkan perhitungan tahun 2013.

Namun jumlahnya menanjak per 2018 menjadi 10,9 di antara 1.000 penduduk. "Ini mengalami peningkatan. Kita tidak tahu lima tahun ke depan apakah akan meningkat atau menurun," lanjutnya.

Sementara itu, menurut data yang pernah dikumpulkan oleh Badan Litbangkes (Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Kementerian Kesehatan RI, stroke menjadi penyebab kematian akibat berbagai penyakit dengan angka mencapai 21,1 persen.

2. Jumlah pasien yang menderita cacat akibat stroke mencapai 65 persen

Masih Jadi Momok, Angka Kasus Stroke di Indonesia Ternyata Meningkatpexels/rawpixel.com

"Jadi, seperlima kematian itu akibat stroke dan 15,4 persen pasien stroke yang masuk rumah sakit itu meninggal, berdasarkan riset Kementerian Kesehatan pada tahun 2013," jelas dr. Mursyid.

Data yang dihimpun oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) pada 2009 lebih rinci lagi. Mereka menyebut bahwa pasien stroke yang didera catat dari berbagai level mencapai 65 persen.

Gejala lain yang tergolong indikasi seseorang terkena stroke, misalnya gangguan konstentrasi dan bicara, pun turut dihitung. Tidak hanya para gejala umum penderita seperti seperti tidak bisa berjalan, bergerak atau beraktivitas dengan leluasa.

Baca Juga: 7 Efek yang Terjadi pada Tubuhmu Jika Terlalu Banyak Minum Soda

3. Masih ada harapan agar angka kasus stroke di Indonesia bisa diturunkan

Masih Jadi Momok, Angka Kasus Stroke di Indonesia Ternyata MeningkatPexels.com/Pixabay

Meski demikian, Indonesia tengah menikmati tren positif dalam hal usia harapan hidup. Per 2019, levelnya mencapai 71,4 tahun. Lebih tinggi ketimbang perhitungan sepuluh tahun silam yakni hanya 67,9 tahun. Tetapi, ini berbanding lurus dengan rentang masa seseorang mengalami fase penyakit berat alias sakit-sakitan.

"Jadi usia harapan hidup di Indonesia itu meningkat menjadi 71,4 tahun, tetapi usia hidup yang berkualitas hanya sekitar 60 tahun. Ada selisih sekitar delapan sampai 10 tahun hidup seseorang sakit-sakitan dan mungkin itu salah satunya akibat stroke," paparnya.

Dalam temu wicara tersebut, dr. Mursyid masih memanjatkan harapan agar kasus stroke di negeri ini bisa menurun. Beberapa caranya antara lain mengendalikan faktor resiko stroke --yang menjadi tugas penting tenaga medis-- ditambah pola hidup sehat.

Baca Juga: 7 Gejala yang Menandakan Ada Masalah pada Ginjal Kamu, yuk Perhatikan!

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya