Bagi masyarakat Bugis-Makassar, Apang Paranggi termasuk camilan populer. Kue mirip brownies ini biasanya jadi kudapan di saat santai. Teksturnya yang empuk membuatnya cocok jadi teman minum kopi atau teh hangat.
Siapa sangka, Apang Paranggi yang juga dikenal dengan nama Bolu Paranggi ini jadi salah satu bukti jejak Portugis di Kota Makassar di abad ke-17. Kendati Kesultanan Gowa-Tallo hanya memiliki hubungan diplomatik selama 125 tahun, Portugis sedikit banyak memengaruhi budaya lokal. Mulai dari serapan kosa kata, nama tempat, termasuk kuliner.
Nama kue "bolu" sendiri berasal dari bahasa Portugis "bolo", yang juga berarti kue (cake). Adapun "paranggi", menurut Zainuddin Tika dalam buku Makassar Tempo Doeloe (Pustaka Taman Ilmu, 2019), adalah sebutan bahasa Makassar untuk Portugis.