potret cao sebagai menu pendamping pisang batu muda (lemon8.com/Nur Jannah)
Cao merupakan olahan tradisional khas suku Bugis dan Makassar khususnya di daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cao adalah ikan kecil yang diawetkan dalam botol dengan menggunakan garam dan pengawet kemudian diberi pewarna. Tanpa pewarna makanan, cao tampak berwarna kuning kecoklatan dan memiliki tekstur menyerupai pasta nasi yang berair. Dari segi aroma dan rasa, cao memiliki aroma yang khas dengan cita rasa asam dan asin.
Cao dihasilkan dari proses fermentasi hasil laut. Dalam proses pembuatan cao, dibutuhkan bahan-bahan seperti ikan atau udang, ragi, garam, MSG, nasi dari beras putih, dan pewarna makanan berwarna merah muda. Untuk jenis ikan yang umum diolah sebagai cao ialah ikan teri.
Umumnya, cao dimanfaatkan masyarakat Pangkep sebagai menu pendamping lalapan seperti mentimun, pisang batu muda, mangga muda, jambu dan anggur laut. Selain itu, cao juga disajikan sebagai lauk pendamping nasi dan juga dimanfaatkan sebagai penyedap rasa. Agar terasa lezat ketika disajikan, cao ditumis terlebih dahulu dengan irisan bawang goreng, kelapa parut dan dibumbui dengan merica bubuk.
Bahan turunan beras seperti nasi pada proses fermentasi ikan berperan sebagai pencipta mikroorganisme berupa probiotik. Pemanfaatan bahan turunan beras dalam proses fermentasi menjadi langkah cerdas khususnya masyarakat pada negara-negara Asia Tenggara untuk mengawetkan ikan.