TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Serupa Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Dangkot dan Nasu Palekko

Menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan lidah

Instagram.com/viena_homemade

Makassar, IDN Times - Dangkot dan palekko adalah sedikit dari sekian banyak kuliner khas Sulawesi Selatan. Bagi kamu yang hobi makan, pasti gak asing dengan dua makanan tersebut. Tapi ada pertanyaan sepele sering muncul, loh. Apa sih perbedaan dangkot serta palekko ini?

Bisa dimengerti, kok. Keduanya terlihat serupa, sama-sama cacahan daging dan bisa disantap sebagai makanan. Berangkat dari asumsi "serupa tapi tak sama," IDN Times coba mengupas perbedaan mendasar antara dangkot dan palekko. Semoga bisa menjawab pertanyaanmu, ya.

Baca Juga: Filosofi di Balik Es Pisang Ijo, Jajanan Khas Makassar

1. Dangkot, kuliner khas Palopo dan Toraja

Instagram.com/mellymoet23

Kamu pernah mencicipi ini, gak? Bagi yang belum tahu, dangkot adalah singkatan dari daging kotte. Kotte di sini berarti itik atau bebek. Dangkot adalah makanan khas Toraja dengan bahan dasar daging ayam. Selain pedas, hidangan ini punya cita rasa yang khas.

Sereh, jahe, lengkuas, daun jeruk, bawang merah, cabai merah, cabai hijau, merica dan garam adalah bumbu dasar yang dipakai dalam proses pembuatan dangkot. Yang unik, makanan ini awalnya berfungsi sebagai penganan pendamping tuak tradisional.

"Biasanya dangkot ini disuguhkan dalam acara-acara tertentu seperti pesta pernikahan, adat dan lain-lain. Kalau ballo' (tuak tradisional) sudah tersedia, dangkot pasti menyusul," ungkap Beatrix Pongtuluran, anggota kelompok paduan suara salah satu perguruan tinggi negeri kepada IDN Times pada Sabtu (26/10).

2. Nasu Palekko, lauk pendamping nasi dari tanah Bugis

Instagram.com/jeaaeneseeen

Ini nih 'kembaran' dangkot. Nasu Palekko adalah gabungan dari dua kosakata dalam bahasa Bugis yakni nasu (memasak) dan palekko (periuk atau kuali tanah). Dengan kata lain, Nasu Palekko bermakna memasak daging dalam kuali. Unik juga ya, guys?

Palekko yang berbahan dasar daging itik bisa ditemui sebagai lauk pengisi piring nasi di sejumlah wilayah yakni Pinrang, Sidrap dan Barru. Jika kamu pernah pelesiran ke tiga daerah itu, kamu bakal menemukan warung-warung makan yang menjajakan kuliner pedas dengan mudah di sepanjang jalan.

Bumbu-bumbu dasarnya pun sama dengan dangkot, kok. Tapi yang membedakan adalah ditambahnya sedikit minyak saat proses memasak daging. Jadinya, daging yang disajikan keliatan basah, beda banget dengan palekko yang tampak kering.

Baca Juga: 7 Seserahan "Tak Biasa" Demi Melamar Gadis Toraja

Berita Terkini Lainnya