ilustrasi istana Versailles di Prancis (pexels.com/Kirandeep Singh Walia)
Tahukah kalian, jika di masa lalu Prancis menganggap kentang dapat menyebabkan penyakit, bahkan hingga melarang warganya untuk memakannya? Hal itu dilatar belakangi atas kepercayaan orang-orang saat itu bahwa kentang beracun bagi tubuh manusia. Ketakutan tersebut lantas menyebar begitu luas, hingga parlemen Prancis pun pada tahun 1748 melarang budidaya kentang karena diyakini dapat menyebabkan penyakit kusta.
Di sisi lain, di Prusia, para penguasa berusaha membuat masyarakat makan lebih banyak kentang sebagai solusi mengatasi kelaparan yang terjadi pada saat itu. Bahkan, Frederick Agung, yang saat itu menjadi raja Prusia, mengeluarkan Dekrit Kentang (Kartofellbefehl). Keputusan tersebut bertujuan "untuk membuat para penguasa dan rakyatnya memahami manfaat menanam tanaman ini dan menasihati mereka bahwa mereka harus melakukannya". Akibat kebijakannya tersebut, ketika Perang Tujuh Tahun pecah pada tahun 1756 hingga tahun 1763, Prusia adalah satu-satunya wilayah yang tidak menderita kelaparan massal.
Pada saat berlangsung perang, tentara Prusia menangkap Antoine-Augustin Parmentier, seorang apoteker yang bekerja untuk tentara Prancis, dan memenjarakannya selama tiga tahun. Selama di penjara, ia diberi banyak kentang sebagai makanan, namun ia tidak terkena penyakit kusta. Setelah melalui pengalaman tersebut, lantas apoteker tersebut berpendapat kalau mungkin kentang tidak berbahaya untuk kesehatan, dan para dokter di Prancis melakukan kesalahan dengan menghubungkan kentang dengan beragam penyakit.
Dari situlah, perlahan kentang diterima oleh masyarakat Prancis, lantas kentang goreng mengikutinya. Menarik, bukan?