TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hotel dan Restoran di Makassar Kejar Cuan dari Kegiatan Lokal-Nasional

Geliat industri hotel dan restoran membaik di kuartal IV

ilustrasi kamar hotel (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Makassar, IDN Times - Hotel dan restoran di Sulawesi Selatan menjadi salah satu industri yang paling terdampak pandemik COVID-19. Tingkat okupansi atau hunian hotel mengalami penurunan tajam.

Setelah delapan bulan pandemik, industri tersebut kini telah menggeliat kembali. Hotel dan restoran kembali beroperasi namun dengan catatan wajib menerapkan protokol kesehatan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga, mengakui bahwa kondisi okupansi hotel di kuartal II benar-benar tiarap akibat pandemik. Namun harapan mulai muncul saat di kuartal III dengan pertumbuhan okupansi hotel yang jauh lebih baik.

"Kalau kuartal II rata-rata tingkat hunian 5-10 persen. kuartal III kemarin sudah masuk ke 35 persen. Kuartal IV bahkan sudah ada yang 40 persen," kata Anggiat usai menghadiri rapat Satgas Penanganan COVID-19 di Swiss-Belhotel Makassar, Rabu (25/11/2020).

1. Hotel mengandalkan event atau kegiatan besar

Ilustrasi Hotel (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Untuk mendorong okupansi, PHRI Sulsel mengandalkan penyelenggaraan event baik yang berskala lokal maupun nasional. Menurutnya, saat ini penyelenggaraan kegiatan sudah mulai banyak seiring dengan terkendalinya kasus COVID-19 di Sulsel, khususnya Makassar.

"Terbukti ketika COVID-19 sudah terkendali banyak yang buat event, termasuk yang dibuat oleh Kementerian di Makassar. Semakin banyak event, maka semakin banyak okupansi," kata Anggiat.

Anggiat mengatakan, event-event mulai banyak digelar di hotel sejak kuartal III, khususnya di bulan September. Hal itu pun menjadi angin segar bagi para pelaku industri hotel. Menurut Anggiat, jika event banyak, maka hotel tidak perlu banyak berharap pada wisatawan, cukup event saja.

"Karena event ini skala banyak dan long off stay-nya adalah rata-rata di atas 3 hari. Jadi mudah-mudahan semakin banyak event, okupansi semakin bagus," kata Anggiat.

2. Mengutamakan protokol kesehatan

Ilustrasi Room Attedant (Dok. Kemenparekraf).

Anggiat juga mengaku pihaknya sangat memperhatikan pemberlakuan dan pelaksanaan protokol kesehatan di lingkungan hotel dan restoran, khususnya yang berada di bawah naungan PHRI Sulsel. 

Menurutnya, hotel-hotel sudah siap melaksanakan protokol kesehatan bahkan tanpa perlu mengingatkan soal sanksi. Sejauh ini, kata dia, protokol kesehatan sudah diterapkan di berbagai hotel. 

"Yang satu saja kita minta, komitmen. Kemarin 1 Oktober semua sudah kita laksanakan seperti yang mereka (Satgas) minta tidak ada buffet (prasmanan). Semua dalam bentuk meal box (makanan kotak)," kata Anggiat.

Tidak diberlakukannya prasmanan saat menggelar acara di hotel merupakan instruksi dari Satgas Penanganan COVID-19. Hal ini banyak disorot sebab masih ada hotel yang menerapkan penyajian makanan prasmanan daripada makanan kotak.

"Apa yang beliau (Gubernur) minta meal, di awal November kita berubah. Beliau lihat ada yang berubah, makanya mereka minta ketemu untuk mengingatkan komitmen awal," kata Anggiat.

Baca Juga: Pemkot Makassar Beri Lampu Hijau Pernikahan di Hotel

3. Optimistis di kuartal IV

Ketua PHRI Sulsel Anggiat Sinaga. IDN Times/Istimewa

Di kuartal IV ini, Anggiat lebih optimis lagi bahwa okupansi hotel akan meningkat. Pasalnya, ada sejumlah kegiatan nasional yang akan diselenggarakan di Makassar seperti muktamar PPP dan sebagainya. 

Kegiatan besar, kata Anggiat, tentu tidak hanya memanfaatkan satu hotel saja melainkan sejumlah hotel. Dengan demikian, dia optimistis okupansi hotel akan meningkat di kuartal IV. 

"Kuartal IV ini saya pikir lebih baik lagi. Yang menjadi parameter saya adalah kementerian lagi kencang-kencangnya buat event. Ada kegiatan nasional seperti muktamar PPP," kata Anggiat. 

Baca Juga: Libur Panjang, Okupansi Hotel di Makassar Malah Anjlok

Berita Terkini Lainnya