TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ekspor CPO dan Turunannya Sumbang Devisa Rp2,3 Triliun bagi Sulbar

Sawit dan turunannya sumbang Rp2,3 triliun devisa di Sulbar

Kepala Karantina Pertanian Mamuju Agus Karyono. Dok.Balai Karantina Pertanian Mamuju

Makassar, IDN Times - Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit dan turunannya menjadi komoditas ekspor penyumbang devisa terbesar Sulawesi Barat (Sulbar). Karantina Pertanian Mamuju telah mensertifikasi komoditas tersebut sebanyak 184 ribu ton dengan nilai barang Rp2,3 triliun selama periode Januari hingga Agustus 2022. 

Sub sektor perkebunan CPO dan turunannya berkontribusi lebih dari 90 persen sebagai penyumbang devisa terbesar ekspor. Turunan sawit tersebut terdiri dari Refined Bleached Deodorized (RBD) Palm Olein sebanyak 132.000 ton, RBD Palm Stearin 46.000 ton, Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) 4.000 ton dan RBD Palm Oil 1.750 ton.  

"Selama periode tersebut RBD Palm Olein menyumbang Rp1,7 triliun, kemudian RBD Palm Stearin sebanyak Rp505,8 miliar, disusul oleh PFAD sebanyak Rp57,3 miliar dan ditutup oleh RBD Palm Oil sebanyak Rp21,6 miliar," kata Kepala Karantina Pertanian Mamuju, Agus Karyono melalui siaran pers, Kamis (1/9/2022). 

1. Minyak sawit sempat dilarang diekspor

Ilustrasi kelapa sawit. (IDN Times/Sunariyah)

Agus menyebutkan perbandingan dengan tahun lalu. Dibandingkan tahun 2021 lalu dengan periode yang sama, capaian ekspor tahun ini mengalami penurunan. 

"Hal ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah terkait pelarangan ekspor CPO dan prioritas mencukupi kebutuhan dalam negeri, namun setelah ada pencabutan larangan ekspor CPO sejak 23 Mei 2022 secara bertahap ekspor mulai meningkat" kata Agus.  

Adapun 11 negara tujuan ekspor Sulbar yaitu Tiongkok, Filipina, Pakistan, India, Malaysia, Korea, Jepang, Denmark, Yordania dan Yaman. Berbagai komoditas ekspor dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Bakau Pasangkayu dan Pelabuhan Belang-Belang Mamuju. 

Ada 9 komoditas pertanian ekspor Sulbar yang meliputi olein, stearin, PFAD, oil, cangkang sawit, kopi, sapu lidi, briket batok kelapa, dan durian. 

2. Ekspor diyakini mulai membaik

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara itu, Plant Manager PT. TSL, Eka Prasetyawan, menyatakan optimistis bahwa ekspor tahun ini berangsur membaik. Dia berkaca pada kondisi pandemik COVID-19 yang mulai lambat laun terus mereda.

“Pulihnya ekonomi nasional dan global akibat pandemik COVID-19 serta tingginya permintaan negara tujuan terhadap CPO dan turunannya optimis ekspor tahun ini perlahan akan membaik,” katanya.

Di samping itu, Eka juga menyebut bahwa tahun ini ada penambahan ragam komoditas pertanian yang mengalami lonjakan signifikan, baik dari sisi volume maupun nilai barang. Komoditas tersebut adalah cangkang sawit, kopi dan sapu lidi. 

Sebagai contoh, cangkang sawit memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Setelah tahun lalu diekspor ke Jepang sebanyak 2 kali dengan volume 25 kilogram, tahun ini ekspor menjadi 6 kali dengan volume 46.500 ton senilai Rp65,9 miliar.

"Cangkang sawit diminati oleh Jepang sebagai sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan," ujar Agus.

Baca Juga: Karantina Pertanian Mamuju Catat 2.423 Ton Beras Dikirim Keluar

Berita Terkini Lainnya